PAPER
TUGAS TERSTRUKTUR
KOMUNIKASI
AGRIBISNIS
Disusun
Oleh:
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
2013
Peran
Media Komunikasi dalam Konteks Agribisnis
Indonesia
merupakan Negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani. Oleh karena itu pertanian menjadi sebuah sektor yang memiliki peranan cukup penting. Salah
satu ciri dari pertanian di Indonesia adalah pemilikan lahan pertanian yang
sempit, Sehingga dengan demikian pengusaha pertanian di Indonesia dicirikan
oleh banyaknya rumah tangga tani yang berusahatani dalam skala kecil.
Dalam banyak
kenyataan di negara-negara berkembang, seringkali peranan petani kecil ini dilupakan, sehingga mereka sering pula
terlupakan untuk mendapatkan pelayanan, apakah itu pelayanan dalam bidang
pertanian, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Akibatnya, mereka sering
kurang responsif terhadap pengenalan teknologi baru, atau kurang mau melakukan
usahatani yang sifatnya mempunyai resiko (dan ketidakpastian) yang tinggi.
Dalam kaitan
dengan komunikasi pertanian, maka upaya yang perlu mendapatkan perhatian adalah
bagaimana melakukan komunikasi dengan petani-petani kecil dengan segala
keterbatasan yang mereka miliki, agar pesan yang disampaikan melalui komunikasi
pertanian dapat diserap dan selanjutnya diterapkan dalam usahatani mereka.
Dalam metode
penyuluhan pertanian, pengertian diterapkan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Bagaimana
petani kecil dapat bertani atau berusahatani dengan cara yang lebih baik,
misalnya cara bercocoktanam, cara memelihara kesuburan tanah, cara
memperlakukan teknologi lepas panen, dan sebagainya;
b. Bagaimana
petani kecil mampu dan mau berusahatani secara menguntungkan, baik dalam
usahatani secara monokultur ataupun secara tumpangsari; dan
c. Bagaimana
petani kecil mampu meningkatkan kesejahteraannya atau bagaimana mereka dapat
hidup sejahtera.
Dengan demikian,
peranan komunikasi pertanian terhadap kehidupan petani kecil di Indonesia
adalah sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan hidup petani dan
keluarganya. Dalam proses komunikasi pertanian sendiri bukan saja dilakukan
melaui cara satu arah (one-way traffic), tetapi juga dua arah (two-way
traffic), yang tentu perlu diperhatikan aspek lingkungan atau sistem sosial
yang ada disekelilingnya.
Berhubung karena
sistem pertanian di Indonesia dicirikan oleh adanya banyak petani kecil, maka
komunikasi pertanian sangat bermanfaat kalau diperhatikan kelompok sasaran
petani kecil ini. Perlu diingat bahwa ciri petani kecil ini sangat kondisional
dimana kehidupan petani kecil yang tinggal di satu daerah tentu berbeda dengan
petani kecil lain yang tinggal di daerah lain, sehingga pelaksanaan pemberian
pesan dari komunikator dalam melaksanakan komunikasi pertanian, perlu pula
diperhatikan lingkungan seperti ini.
Pengenalan
Sasaran dalam Praktek Bisnis Bidang Pertanian
Sasaran atau
komunikan yaitu pihak yang menerima pesan komunikasi seseorang atau sekelompok
orang atau organisasi institusi yang menjadi sasaran penerima pesan. Komunikan
harus berkonsentrasi pada pesan untuk mengerti dengan baik dan benar akan pesan
yang diterima dan memberikan umpan balik kepada pengirim untuk memastikan
pembicara atau pengirim bahwa pesan telah diterima dan dimengerti.
Pengertian
tersebut mengandung makna bahwa didalam proses komunikasi terdapat
proses-proses lain yang terjadi secara simultan, yaitu:
1. Proses
komunikasi persuasif, yang dilakukan oleh penyuluh dalam memfasilitasi sasaran
(pelaku utama dan pelaku usaha) beserta keluarganya guna membantu mencari
pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahan mereka,
komunikasi ini sifatnya mengajak dengan menyajikan alternatif-alternatif
pemecahan masalah, namun keputusan tetap pada sasaran.
2. Proses
pemberdayaan, maknanya adalah memberikan “kuasa dan wenang” kepada pelaku utama
dan pelaku usaha serta mendudukkannya sebagai “subyek” dalam proses pembangunan
pertanian, bukan sebagai “obyek”, sehingga setiap orang pelaku utama dan pelaku
usaha (laki-laki dan perempuan) mempunyai kesempatan yang sama untuk a). Berpartisipasi;
b). Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan m odal; c) . Melakukan kontrol
terhadap setiap pengambilan keputusan; dan d). Memperoleh manfaat dalam setiap
lini proses dan hasil pembangunan pertanian.
3. Proses
pertukaran informasi timbal-balik antara penyuluh dan sasaran (pelaku utama
maupun pelaku usaha). Proses pertukaran informasi timbal-balik ini mengenai
berbagai alternatif yang dilakukan dalam upaya pemecahan masalah berkaitan
dengan perbaikan dan pengembangan usahanya.
Fungsi
penyuluhan pertanian terutama adalah memfasilitasi dan memotivasi proses
pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha agar tercapai tujuan pengembangan
sumberdaya manusia (SDM) dan peningkatan modal sosial, sehingga mereka mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan adanya
program Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan (PUAP), fungsi penyuluhan
pertanian memfasilitasi dalam bimbingan, pendampingan dan advokasi pengelolaan
usaha agribisnis di perdesaan, memfasilitasi dan memotivasi penumbuhan dan
pengembangan kelompoktani serta gabungan kelompok tani. Untuk melaksanakan
fungsi tersebut, maka penyuluh sebagai fasilitator harus menguasai selain
falsafah dan prinsip-prinsip penyuluhan pertanian, juga Teknik Komunikasi
Persuasif.Tugas dan fungsi Penyuluh Pertanian secara garis besar adalah
melaksanakan fungsi sebagai fasilitator dalam kegiatan penyuluhan pertanian
secara rinci dapat dibaca pada Pedoman Pembinaan Penyuluh Pertanian, Per.Men.
No.37/Permentan/OT.140/3/2007.
Sasaran dalam
Bidang Pertanian
·
Sasaran Utama: Petani
dan seluruh keluarganya.
·
Sasaran Penentu:
Pejabat Pemerintah, Peneliti, Lembaga Perkreditan, Produsen, Industriawan,
Distributor, Periklanan.
·
Sasaran Pendukung :
Anggota organisasi massa, seniman, tokoh agama & masyarakat konsumen hasil
pertanian.
Berdasarkan
kelompok sasaran, maka metode pendekatan komunikasi dapat dilakukan melalui:
1. Metode
pendekatan massa (mass approach method)
Cara pendekatan
komunikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan awal serta
kesadaran bagi petani tentang suatu inovasi yang berguna dalam meningkatkan
hasil produksi usahatani mereka. Penyampaian pesan melalui cara ini biasanya
disampaikan dalam pertemuan massal, melalui media massa: televisi, koran, film
dan sebagainya. Pendekatan ini kurang efektif bagi petani-petani di Indonesia
umumnya dan di Nusa Tenggara Timur khususnya, karena beberapa faktor berikut:
(a) tidak bisa dipantau ataupun dievaluasi secara pasti keberhasilan yang telah
dicapai oleh para petani; (b) wilayah jangkauan pendekatan sasaran terlalu
luas; (c) rendahnya daya tangkap masyarakat petani, karena mereka rata-rata
berpendidikan sangat rendah; dan (d) harga beberapa media yang digunakan
seperti televisi dan koran sangat sulit dijangkau oleh tingkat ekonomi para
petani
2. Metode
pendekatan kelompok (group approach method)
Cara pendekatan
komunikasi ini dilakukan melalui penyampaian informasi inovasi kepada petani
yang tergabung dalam kelompok-kelompok petani, baik kelompok-kelompok petani
tradisional, seperti Subak di Bali dan kelompok-kelompok petani yang sengaja
dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti kelompnecapir di TVRI, Kelompok
Tani dan Nelayan, Kelompok Swadaya Masyarakat, dan sebagainya. Dalam kegiatan
komunikasi penyuluhan pertanian di Indonesia, pendekatan kelompok sudah menjadi
metode dalam pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia di desa maupun di
kota dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Dipandang dari segi komunikasi informasi, maka pendekatan kelompok ini jauh
lebih efektif jika dibandingkan dengan pendekatan massa, karena mempunyai
beberapa keuntungan, sebagai berikut: (a) penyebaran inovasi teknologi dapat
dipantau atau dievaluasi secara baik karena jumlah anggota sasarannya jelas;
(b) Diantara anggota kelompok yang satu dengan yang lainnya dapat saling
memberi dan menerima informasi, terutama tentang hal-hal yang belum jelas; (c)
akan terjadi akumulasi modal (fisik maupun non-fisik) sehingga dapat
memperlancar jalannya komunikasi dalam kelompok yang bersangkutan; (d) antara
anggota kelompok dapat dilakukan reward and punishment system secara efektif
dan efisien; dan (e) lebih menghemat biaya, tenaga dan waktu, tetap akan
diperoleh hasil yang jauh lebih baik. Sebaliknya, pendekatan kelompok juga
mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut: (a) jika manajemen kelompok
kurang baik, maka akan terjadi penyimpangan, baik penyimpangan penyebaran
informasi maupun penyimpangan pembagian keuntungan dari suatu inovasi; (b)
komunikasi akan tidak efektif jika jenis usaha anggota kelompok beragam; dan
(c) kemungkinan akan muncul kaum elit tertentu dalam kelompok apabila tidak
diarahkan secara baik sehingga akan menghambat kehidupan berdemokrasi kelompok;
dan (d) rendahnya keterampilan para petani dalam kehidupan
kelompok/berorganisasi.
3. Metode
pendekatan individu (personal approach method)
Cara pendekatan ini
dilakukan dengan cara mengunjungi para petani satu per satu, baik ke rumah
petani maupun di kebun petani ataupun tempat-tempat tertentu yang memungkinkan
untuk dilakukan komunikasi inovasi. Keuntungan-keuntung an dari metode
pendekatan perorangan, antara lain: (a) petani yang dikunjungi seorang petugas
merasa dihargai oleh petugas yang melakukan komunikasi pertanian; (b)
meningkatkan kepercayaan diri petani karena komunikasi ini dapat dilakukan dari
hati ke hati; (c) petani dapat menyampaikan segala macam keluhan/masukan-
masukan bagi petugas/penyuluh tanpa merasa canggung dan malu dengan sesama
teman petani; (d) petugas/penyuluh dapat menggali semua masalah serta kebutuhan
maupun hambatan-hambatan yang dihadapi petani selama berusahatani; dan (e)
petugas/penyuluh dapat memberikan informasi yang cocok dengan kebutuhan serta
masalah petani pada saat itu.
Sebaliknya, metode
pendekatan ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (a) tidak bisa menjangkau
petani dalam jumlah yang banyak; (b) memakan waktu yang lama; (c) membutuhkan
biaya yang tinggi; dan (d) membutuhkan banyak tenaga petugas/penyuluh.
4. Metode
Pendekatan Materi
Berdasarkan cara
penyajian inovasi dalam rangka lebih menjamin efektivitas hasil komunikasi
(khususnya dalam pertemuan kelompok), maka digunakan pendekatan gabungan
berikut: (a) ceramah, diskusi dan tanya jawab; (b) demonstrasi cara dan
demonstrasi hasil; dan (c) penggunaan alat bantu flipchart dan folder.
Penggunaan metode gabungan ini cukup efektif, baik dalam mewujudkan komunikasi
dua arah (two-way traffic communication) maupun peningkatan pemahaman serta
kemampuan menerapkan inovasi yang diberikan. Dengan demikian, para petani akan
lebih memahami dan mengerti tentang cara-cara menerapkan inovasi dalam praktek
usahatani mereka.
PENGERTIAN
PERDAGANGAN
Perdagangan dibedakan
atas perdagangan besar dan perdagangan kecil. Dalam perdagangan besar jual beli
berlangsung secara besar-besaran. Dalam perdagangan besar, barang tidak dijual/disampaikanl
angsung kepada konsumen atau pengguna, sedangkan dalam perdagangan kecil, jual beli
berlangsung secara kecil-kecilan dan barang dijual langsung kepada konsumen.
Sementara itu,
pedagang sendiri jenisnya bermacam-macam. Ada pedagang keliling, pedagang asongan,
pedagang dari pintu kepintu (door to door), pedangang kios, pedangang kaki
lima, grosir (pedagang besar), pedagang supermarket dan sebagainya. Jenis-jenis
pedagang ini lazim dibedakan berdasarkan pada cara menawarkan barang dagangannya
masing-masing.
Pedagang keliling
adalah pedagang yang menawarkan barang dagangannya dengan cara berkeliling.
Berkeliling di sini biasanya dilakukan dari RT ke RT, dari RW ke RW, dari kampung
ke kampung, atau dari desa ke desa. Barang yang mereka tawarkan biasanya digendong,
dipikul. Didorong dengang erobak, atau diangkut dengan sepeda atau kendaraan bermotor
yang termasuk pedagang jenis ini adalah pedagang jamu gendong, pedagang bakso,
pedagang eskrim dan lain-lain.
Pedagang asongan
adalah pedagang yang menawarkan barang dagangannya dengan cara menempatkannya
di kotak kecil yang mudah dibawa dan dipindah-pindahkan. Kotak tersebut biasanya
mereka kalungkan di leher sepertitas, dan barang-barang yang merek atawa rkan biasanya
berupa rokok, kore kapi, kembang gula, kertas tisu, kacang, kuaci, buah, dan barang-barang
ringan lainnya.
Pedagang kaki
lima adalah pedagang yang menawarkan barang dagangannya dengan cara menggelarnya
di trotoar atau di tepi jalan yang ramai. Untuk menggelar dagangannya, mereka menggunakan
tikar, terpal atau semacam balai-balai.Barang-barang yang mereka tawarkan umumnya
berupa sepatu, pakaian, makanan, buah-buahan dan lain – lain.
Grosir adalah pedagang
yang dalam menawarkan barang tidak langsung berhadapan dengan calon pembeli. Pedagang
grosir tidak langsung menawarkan barang kepada
calon pembeli sebagaimana pedagang eceran, melainkan calon pembelilah yang
mendatangi pedagang grosir.
Fungsi-fungsi Pedagang besar ini ialah :
1. Pengumpulan
dan penyebaran (assembling and distributing)
Inilah fungsi utama
grosir, mereka berusaha mengumpulkan barang dari berbagai produsen kemudian menyebarkan
kepedagang eceran
2. Pembeliandanpenjual
(buyers and selling)
Kegiatan pembelian
sangat menentukan kelancaran grosir untuk mengembangkan tugas dan tanggungjawab
menyampaikan barang dan jasa ke konsumen.
Setiap pembelian harus berdasarkan barang yang laku di pasar, karenase belum melakukan
pembelian pasti mereka mengadakan penelitian walaupunb elum mendapatkan data
lengkap.Sekurang-kurangnya mereka bisa mendapat data dalam selera konsumsi yang
akan dihadapi.
3. Pemilihan
barang (selection of goods)
Pemilihan barang
(sorting and standardizing) tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelian dan penjualan.
Sebab grosir melakukan pemilihan terutama berdasarkan jenis, mutu, dan harga barang
pilihannya. Keahlian grosir merupakan jaminan bagi produsen untuk mengetahui bahwa
hasil produksinya mendapat permintaan dari konsumen atau laku di pasaran. Pilihan
grosir yang ahli merupakan pedoman bagi produsen.
4. Pemberian
kredit (financing)
Dengan
meningkatnya hasil perusahaan dan meluasnya pasaranbarang,
Maka pemberian kredit meningkat. Dalam hal
ini, fungsi kredit sangat memegang peranan penting umumnya dalam hasil industri
yang ditampung oleh grosir. Grosir memberikan kredit kepada pedagang eceran
yang dikenal sebagai istilah kredit leveransir.
5. Penyimpanan
(storage)
Penyimpanan merupakan
fungsi grosir yang tidak pat diabaikan apalagi dengan semakin jauhnya konsumen.
Setiap kali proses pembelian terjadi biasanya disimpan lebih dulu dalam gudang untuk
diolah lagi atau dipilih untuk memudahkan penjualan.
6. Pengangkutan
(transportation)
Mengingat jauhnya
pedagan geceran dan konsumen yang harusditemuiolehgrosir, maka fungsi pengangkutan
sangat penting bagi kelancaran penyampaian barang pada pedagang eceran atau konsumen.
PENGERTIAN
PENYULUHAN PERTANIAN DAN TUJUAN
Penyuluhan
pertanian merupakan suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga
tani dipedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu dan
bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi secara baik,
menguntungkandanmemuaskan.
Penyuluhan
pertanian dilaksanakan untuk menambah kesanggupan para petani dalam usahanya memperoleh
hasil-hasil yang dapat memenuhi keinginan mereka. Bila keluarga tani ingin maju,
maka kaum taninya juga akan dinamis, yaitu tinggi respivitas dan penuh
responsive terhadap hal-hal yang baru. Bila kaum tani dinamis, maka masyarakat luas
akan besar kesadarannya untuk masalah-masalah social. Tujuan yang demikian disebut
tujuan edukatif yang memberikan hasil sosiologis, misalnya: perubahan perilaku,
keluarga tani maju, kaumtani dinamis dan masyarakat yang besa rkesadaranya.
Disamping
tujuan edukatif sosiologi s adaj uga tujuan-tujuan edukatif yang memberi hasil-hasil
ekonomis, mislnya: penyuluhan pertanian bertujuan tercapainya penambahan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang selanjutnya menyebabkan keluarga-keluarga tani bertambah
penghasilan, maka kaum tani akan tambah baik taraf hidupnya. Bila hal ini terjadi
maka akant erdapat suatu masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Untuk
mengetahui apakah tujuan-tujuan itu bermanfaat, maka harus memenuhi syarat berikut
ini:
1. Dinamis
dan mendorong beraksi
2. Diinginkan
masyarakat, biasanya akan mengarah kepada tujuan akhir dari penyuluhan pertanian
3. Dapat
dicapai dengans ingkat dan dapat dilakukan
4. Membangun,
senantiasa menjenjang kepadat ingkatan yang lebih tinggi
5. Dapat
dinilai, diukur dan memungkinkan pembuktian tentang adanya pengembangan seseorang
6. Jelas
7. Dapat
diuraikan dalam artian perilaku akan perubajan seseorang
PeranPenyedia
Jasa Dalam Komunikasi Agribisnis
Rudi Andrianto
(2012) menjelaskan peran dan fungsi lembaga pendukung agribisnis sebagai berikut:
•
Sebagai channelling
institution, berfungsi :melakukan mediasi diantara sub sistem utama.
•
Sebagai lembaga
supporting institution, berfungsi :melayani kebutuhan yang diperlukan.
(informasi, modal, cara, dan lain-lain.)
•
Sebagai advocating
institution, berfungsi : melakukan pendampingan danpelatihan. Pendampingan ---
membimbing, memberitahukan pada suatu bidang.
•
Sebagai safety
institution, berfungsi : melakukan perlindungan dan penjaminan aktivitas kegiatan
Dari penjelasan diatas,penyedia
jasa agribisnis atau lembaga pendukung agribisnis merupakan salah satu pelaku agribisnis
yang penting keberadaannya dalam proses komunikasi agribisnis. Dalam perannya sebagai
advocating institution, penyedia jasa berfungsi untuk melakukan pendampingan dan
pelatihan kepada petani seputar kegiatan usahatani yang dijalankan petani tersebut.Sebagai
lembaga supporting institution, penyedia jasa berfungsi untuk melayani setiap kebutuhan
yang diperlukan petani dalam kegiatan usahataninya seperti informasi terbaru dalam
bidang pertanian, bantuan modal, dan lain sebagainnya. Sebagai contoh, koperasi
sebagai penyedia jasa dalam agribisnis menjadi chanel/perantara dalam kegiatan
yang mendukung kegiatan agribisnis.
Peran
Petani Dalam Kegiatan Komunikasi Agribisnis Serta Pembangunan Pertanian
Peran petani dalam
kegiatan komunikasi agribisnis merupakan target atau receiver dari petugas penyuluhan
dengan memberikan informasi-informasi seputar usahatani kepada parapetani.
Kemudian petani yang mendapatkan informasi dapat menerapkan informasi tersebut dengan
mengadaptasi hal-hal dari informasi yang sesuai dengan kondisi usahatani mereka.
Dengan diberikannya informasi terkait usahatani diharapkan petani dapat mengembangkan
usahatani mereka, oleh karena itu komunikasi agribisnis sangat pemting bagi perkembangan
usahatani para petani.
Petani adalah pelaksana
utama pembangunan pertanian, maka keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusia pertanian (Kasryno, 2000).Sedangkan menurut Krishnamurthi
(2003) yang dikutip Trubus, 80 persen keberhasilan pertanian ditentukan petani.
Peran petani dalam pembangunan pertanian sangat penting karena pembangunan pertanians
angat bergantung dari bagaimana petani dapat mengembangkan usahatani mereka. Perkembangan
usahatani petani merupakant itikterpentin gpembangunan pertanian negara sehingga
perlu perhatian lebih yang diperukan bagi petani dalam usahatani mereka. Bantuan
dari berbagai pihak dapat dimanfaatkan petani dalam mengembangkan usahataninya,
sehingga pembangunan pertanian pun dapat terus berkembang.
KOMODITI TANAMAN PANGAN
(UBI KAYU) DAN HORTIKULTURA (MANNGIS)
Komunikasi agribisnis
salah satunya dalah penyampaian informasi kepada komunikan (petani atau
pengusaha dalam sektor pertanian dan pihak terakiat) dari sumber dengan
berbagai bentuk media yang digunakan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengenalan komoditi tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah
satu bentuk komunikasi itu sendiri sehingga dapat diketahui informasi tentang
tanaman tersebut dan dapat diketahui teknik budidayanya, pengolahan hasil
hingga prospek pasar. Oleh karena itu diperlukan suatu pengenalan berbagai
komoditi pertanian agar terdapat banyak alternatif pilihan dalam berusaha tani.
A.
PENGENALAN
KOMODITI TANAMAN PANGAN (UBI KAYU)
Menurut Pasal 1 UU
Nomor 18 tahun 2012 tentang pangan ini disebutkan bahwa “definisi pangan
adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan peternakan, perairan dan air baik yang
diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia”. Sedangkan, komoditas adalah
sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan, dapat diserahkan secara
fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan
dengan produk lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat dibeli atau
dijual oleh investor melalui bursa
berjangka. Secara lebih umum, komoditas adalah
suatu produk yang
diperdagangkan, termasuk valuta asing,
instrumen keuangan dan indeks.
Dari kedua definisi tersebut dapat kita
ambil suatu kesimpulan bahwa komoditas pangan adalah hasil sumber daya hayati
yang diperdagangkan guna sebagai terwujudnya kesejahteraan manusia. Di
Indonesia Dalam http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/e_makro/TWII/Tabel_html/Impor_TP.htm
disebutkan berbagai volume impor komoditas pangan Indonesia antara tahun
2008-2011, komoditanya yaitu: beras, gandum, jagung, kacang tanah, kedelai, ubi jalar, ubi kayu dll. Dalam paper
ini dibahas secara singkat tentang ubi kayu.
A.
UBI KAYU
Ubi kayu
atau singkong (Mannihot esculenta) berasal dari Brazil, Amerika Selatan,
menyebar ke Asia pada awal abad ke-17 dibawa oleh pedagang Spanyol dari Mexico
ke Philipina. Kemudian menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ubi kayu
merupakan makanan pokok di beberapa negara Afrika. Di samping sebagai bahan
makanan, ubi kayu juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri dan pakan
ternak. Ubinya mengandung air sekitar 60%, pati 25-35%, serta protein, mineral,
serat, kalsium, dan fosfat. Ubi kayu merupakan sumber energi yang lebih tinggi
dibanding padi, jagung, ubi jalar, dan sorgum.
Singkong
diolah menjadi bioetanol, pengganti premium. Menurut Dr Ir Tatang H
Soerawidjaja, dari Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), singkong
salah satu sumber pati. Pati senyawa karbohidrat kompleks. Sebelum
difermentasi, pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana.
Untuk mengurai pati, perlu bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan itu
menghasilkan enzim alfamilase dan glukoamilase yang berperan mengurai pati
menjadi glukosa alias gula sederhana. Setelah menjadi gula, baru difermentasi
menjadi etanol.
Sejak lima
tahun terakhir Indonesia mengalami penurunan produksi minyak nasional yang
disebabkan menurunnya secara alamiah (natural decline) cadangan minyak pada
sumur-sumur yang berproduksi. Di lain pihak, pertambahan jumlah penduduk telah
meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang
berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Untuk memenuhi kebutuhan BBM tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM.
Menurut Ditjen Migas, impor BBM terus mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dari 106,9 juta barrel pada 2002 menjadi 116,2 juta barrel pada 2003
dan 154,4 juta barrel pada 2004. Dilihat dari jenis BBM yang diimpor, minyak
solar (ADO) merupakan volume impor terbesar setiap tahunnya. Pada 2002, impor
BBM jenis ini mencapai 60,6 juta barrel atau 56,7 % dari total, kemudian
meningkat menjadi 61,1 juta barrel pada 2003 dan 77,6 juta barrel pada 2004.
Untuk
mencukupi kebutuhan pabrik komersial bioetanol yang merupakan bahan baku utama
gasohol (bahan bakar campuran bensin dan etanol) B2TPBBPT saat ini memiliki
fasilitas pengkajian dan pengembangan produksi bioetanol menggunakan bahan baku
berpati. Agar produksi bioetanol dapat terus meningkat, Departemen Pertanian
harus bersikap proaktif, yakni mendorong para petani untuk menggenjot produksi
aneka bahan baku, termasuk ubi kayu, ubi jalar,sagu, dan tebu. Pengembangan
gasohol perlu dikembangkan, karena bukan hanya dapat mengurangi konsumsi
bensin, melainkan juga berdampak pada emisi gas buang kendaraan yang lebih
bersih dan ramah lingkungan. Beberapa negara yang sudah mulai menggunakan
gasohol berbasis alkohol nabati adalah Amerika Serikat, Swedia, Perancis,
Brasil, dan India. Mulai sekarang Indonesia harus mengembangkan gasohol.
Apalagi, sumber daya hayati berkarbohidrat yang kita miliki sangat berlimpah.
Disisi lain,
kendaraan yang beroperasi di Indonesia kebanyakan berbahan bakar bensin dan
solar yang berasal dari energi fosil. Menurut Nuralamsyah (2005), konsumsi
bahan bakar minyak (BBM) secara nasional mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Secara keseluruhan konsumsi BBM selama tahun 2004 mencapai 61,7 juta
kiloliter, dengan rincian 26,9 juta kiloliter minyak solar, 16,2 juta kiloliter
premium, 11,7 juta kiloliter minyak tanah, 5,7 juta kiloliter minyak bakar, dan
1,1 juta kiloliter minyak diesel. Padahal kemampuan produksi bahan bakar minyak
di dalam negeri hanya sekitar 44,8 juta kiloliter, sehingga sebahagian
kebutuhan bahan bakar di dalam negeri harus diimpor. Setiap bulan, impor minyak
mentah dan BBM mencapai 1,5 Milyar dollar AS atau sekitar 15 Triliyun rupiah.
1.
Sistematika ubi kayu
Ubi kayu (Mannihot esculenta) termaasuk tumbuhan
berbatang pohon lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan
bergerigi yang terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya
bergabus dan termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian
1-4 meter. Pemeliharaannya mudah dan produktif. Ubi kayu dapat tumbuh subur di
daerah yang berketinggian 1200 meter di atas permukaan air laut. Daun ubi kayu
memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan
tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna
kuning, hijau atau merah.
Ubi kayu dikenal dengan nama Cassava (Inggris),
Kasapen, sampeu, kowi dangdeur (Sunda); Ubi kayu, singkong, ketela pohon
(Indonesia); Pohon, bodin, ketela bodin, tela jendral, tela kaspo (Jawa).
Ubi kayu mempunyai komposisi kandungan kimia ( per 100
gram ) antara lain : – Kalori 146 kal – Protein 1,2 gram – Lemak 0,3 gram –
Hidrat arang 34,7 gram – Kalsium 33 mg – Fosfor 40 mg – Zat besi 0,7 mg Buah
ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) : – Vitamin B1 0,06 mg – Vitamin C 30 mg –
dan 75 % bagian buah dapat dimakan. Daun ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) :
– Vitamin A 11000 SI – Vitamin C 275 mg – Vitamin B1 0,12 mg – Kalsium 165 mg –
Kalori 73 kal – Fosfor 54 mg – Protein 6,8 gram – Lemak 1,2 gram – Hidrat arang
13 gram – Zat besi 2 mg – dan 87 % bagian daun dapat dimakan. Kulit batang ubi
kayu mengandung tanin, enzim peroksidase, glikosida dan kalsium oksalat.
Secara taksonomi ubi kayu dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Suku : Euphorbiaceae
Subsuku : Crotonoideae
Tribe : Manihoteae
Marga : Mannihot
Spesies : M.
esculenta
Fungsi singkong (ubi kayu) sudah mulai bergeser, dari
penyediaan bahan pangan, berpotensi menjadi bahan baku untuk pengembangan
bio-ethanol. Kebutuhan bio-ethanol sampai dengan 2010 tergolong cukup tinggi,
yaitu mencapai 1,8 juta kilo liter. Demikian yang dilaporkan Mingguan AgroIndonesia,
dalam seminar di Puslitbang Tanaman Pangan Bogor.
Dalam seminar yang berjudul “Skenario Pengembangan Ubi
Kayu Mendukung Program Pengembangan Energei Alternatif Bersumber dari
Bio-Ethanol”, J. Wargiono dalm http://shirodwikka.blogspot.com/2010/04/ubi-kayu.html
mengatakan
bahwa untuk mendukung program tersebut perlu “menggenjot” produksi ubi kayu
secara nasional hingga 15%. Lebih lanjut mengatakan bahwa besarnya kebutuhan
industri agar pasokannya bahan bakunya aman, memang sudah dihitung. Selain itu
tidak semua propinsi wajib mengembangkan dan mengikuti skenario ini. Jika
daerah-daerah tersebut terdapat daerah kantung-kantung kemiskinan dan
kelaparan, prioritas utama untuk mendukung penyediaan bahan pangan.
2.
Teknik Budidaya
Dalam budidaya ubi kayu dikembangkan teknik baru yaitu
teknologi produksi ubi kayu
monokultur dan tumpangsari double-row.
Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai
tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau
tumpang-sisip). Untuk petani yang mengutamakan hasil ubi kayu, namun ingin
mendapatkan tambahan penghasilan dari kacang-kacangan, padi gogo, atau jagung,
maka dapat menggunakan teknik budidaya secara baris ganda (double row). Dengan
pengaturan tanam double-row dimungkinkan untuk menanam dua kali tanaman
kacang-kacangan, tanpa mengurangi hasil panenan ubi kayu. Dengan teknik ini,
petani lebih cepat mendapat hasil tunai dari panen kacang-kacangan sementara
menunggu tanaman ubi kayu dapat dipanen.
Penyiapan Bibit dan Varietas
1.
Bibit /
Stek
§
Bibit berupa stek diambil dari
tanaman yang sehat dan berumur lebih dari 7 bulan namun kurang dari 14 bulan.
§
Yang digunakan untuk stek adalah
bagian tengah batang yang bagus. Bagian pucuk yang masih terlalu muda (sekitar
50 cm) dan bagian pangkal yang terlalu tua (sekitar 20 cm) sebaiknya tidak
digunakan untuk stek.
§
Batang kemudian dipotong-potong
dengan gergaji. Untuk stek normal panjang stek sekitar 15–25 cm.
§
Apabila terpaksa menggunakan batang
yang terserang hama/penyakit, maka stek perlu disemprot atau direndam dalam
pestisida sebelum ditanam.
2.
Varietas
Unggul
§
Pemilihan varietas disesuaikan
dengan keperluan. Saat ini banyak tersedia pilihan varietas unggul ubi kayu.
Untuk konsumsi langsung, pilih yang kualitas rebusnya baik dan rasanya enak
(tidak pahit), seperti Malang-1 atau Adira-1. Untuk tepung/tapioka, pilih
varietas unggul yang kadar patinya tinggi, walaupun rasanya biasanya pahit
(langu).
3.
Budi Daya
Monokultur
1.
Pengolahan Tanah dan Tanam
§
Tanah diolah sedalam sekitar 25 cm
§
Pada awal pertumbuhan, ubi kayu
memerlukan air yang cukup. Oleh karena itu, apabila tidak menggunakan irigasi,
tanam sebaiknya dilakukan pada musim hujan.
§
Stek ditanam dengan cara menancapkan
ke tanah sedalam sekitar 3 - 5 cm. Posisi stek jangan sampai terbalik.
§
Jarak tanam yang umum digunakan
adalah 80 x 70 cm atau 100 x 70 cm, tergantung varietas. Dengan jarak
tanam ini populasi mencapai 13.000–17.000 tanaman/ha. Jarak tanam yang lebih
rapat biasanya menghasilkan umbi yang lebih kecil walaupun produksi per
hektarnya tidak berkurang.
2. Pemupukan
§
Takaran pupuk yang dibutuhkan adalah
200 kg Urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl per hektar, yang diberikan dalam dua
tahap:
§
umur 7–10 hari dipupuk dengan takaran
100 kg Urea, 100 kg SP36, dan 50 kg KCl per hektar.
§
umur 2–3 bulan dipupuk dengan
takaran 100 kg Urea dan 50 kg KCl per hektar.
§
bila dianggap perlu, pada umur 5
bulan bisa ditambahkan Urea.
§
Pupuk diberikan secara tugal,
sekitar 15 cm dari tanaman
3. Wiwil (membatasi jumlah tunas)
§
pada umur 1 bulan tunas-tunas yang
berlebih dibuang/dirempes, menyisakan 2 tunas yang paling baik.
4. Penyiangan dan Pembumbunan
§
penyiangan dilakukan sedikitnya 1–2
kali, sehingga tanaman bebas gulma hingga umur 3 bulan.
§
pada umur 2–3 bulan perlu dilakukan
pembumbunan.
5. Panen
§ umur panen
ubi kayu bervariasi menurut varietasnya. Varietas unggul umumnya dapat dipanen
pada umur 8–11 bulan.
Tumpangsari Ubi Kayu dan
Kacang-Kacangan Sistem Double-Row
Pada
dasarnya teknik ini adalah menggabungkan tiga macam budi daya, yakni
§
budi daya monokultur tanaman kacang
tanah pada musim pertama (awal musim hujan)
§
tumpang-sisip dengan penanaman ubi
kayu yang diatur secara baris ganda (double-row) (umur kacang tanah 20
hari)
§
budi daya lorong tanaman
kacang-kacangan di antara ubi kayu pada musim kedua (menjelang akhir musim
hujan)
Walaupun
populasi ubi kayu sedikit lebih rendah dibanding populasi monokultur (sekitar
90%), namun pengaturan jarak tanam yang berbeda tersebut dan penanaman tumpangsari
hasil ubi kayu bisa lebih tinggi daripada monokultur.
1.
Penanaman Kacang tanah (pada awal
Musim Hujan-1)
§
Kacang tanah ditanam dengan populasi
100% (budi daya monokultur biasa).
2. Penanaman
Ubi Kayu Double-row
a.
Tanaman ubi kayu ditanam 20 hari setelah
tanaman kacang tanah ditanam.
b.
Ubi kayu ditanam secara baris ganda
dengan jarak tanam (60x70) x 260 cm. Jarak tanam 60 x 70 cm adalah jarak
tanam ubi kayu dalam baris ganda, sedangkan 260 cm adalah jarak antar baris
ganda ubi kayu (lihat gambar).
c.
Dengan pola tersebut, populasi ubi
kayu sekitar 90% dari cara tanam monokultur (populasi monokultur 10.000
tanaman/ha).
3. Pemupukan
dan Pemeliharaan
a.
Pemupukan dan pemeliharaan tanaman
kacang-kacangan sama dengan pola monokultur.
b.
Selama masih ada pertanaman kacang-kacangan,
pemeliharaan ubi kayu tidak dilakukan, kecuali “wiwil” (pembatasan tunas) yang
dilakukan pada umur 1 bulan (lihat budi daya ubi kayu monokultur).
c.
Pemeliharaan dan pemupukan ubi
kayu dilakukan setelah kacang-kacangan pertama dipanen. Acuan dosis pemupukan
dan pemeliharaan (penyiangan, pembumbunan, dst) seperti pada budidaya monokultur.
4. Penanaman
Kacang-kacangan Kedua (akhir musim hujan/MH-2)
a.
Setelah kacang-kacangan dipanen,
maka tersedia ruang di antara baris ganda ubi kayu selebar 260 cm.
b.
Di antara lorong tersebut
dapat ditanam kacang-kacangan sebanyak 5 (lima) baris dengan jarak tanam 40 x
15 cm atau 35 x 20 cm. Dengan jarak tanam ini populasi sekitar 70% dari
monokultur.
5. Pemupukan,
Pemeliharaan, dan Panen
a.
Melihat teknik budi
daya monokultur masing-masing komoditas.
Varietas
Unggul Ubi Kayu
Adira-1 (enak)
|
Malang-1 (enak)
|
|||||
Hasil 25 t/ha
|
|
Hasil 36 t/ha
|
|
|||
Umur panen 7–10 bulan
|
Umur panen 9–10 bulan
|
|||||
Daging umbi kuning, rasa enak
|
Daging umbi putih kekuningan
|
|||||
sesuai untuk kripik, tape, dan ubi
kukus
|
kualitas rebus baik, rasa enak dan
manis
|
|||||
Agak tahan hama tungau
merah
|
Sesuai untuk konsumsi maupun pati
|
|||||
tahan penyakit bakteri hawar daun
|
Toleran hama tungau merah dan
penyakit becak daun
|
|||||
Adira-4
|
UJ-3
|
|||||
Hasil 40 t/ha
|
|
Hasil 30 t/ha
|
|
|||
Umur panen 10 bulan
|
Umur panen 8–10 bulan
|
|||||
Daging umbi putih, rasa agak pahit
|
Daging umbi putih kekuningan, rasa
pahit,
|
|||||
Sesuai untuk pati atau tepung
|
sesuai untuk tepung dan
pati.
|
|||||
Agak tahan hama tungau merah dan
penyakit bakteri hawar daun
|
Agak tahan penyakit CBB (Cassava
Bacterial Blight)
|
|||||
Beradaptasi dengan baik pada
berbagai jenis tanah dan kesuburan
|
||||||
UJ-5
|
Malang-4
|
|||||
Hasil 36 t/ha
|
|
Hasil 40 t/ha
|
|
|||
Umur panen 8–10 bulan
|
umur panen 9 bulan
|
|||||
Daging umbi putih, rasa pahit,
|
Daging umbi putih, rasa pahit,
|
|||||
sesuai untuk tepung dan pati
|
sesuai untuk pati dan tepung
|
|||||
Agak tahan Cassava Bacterial
Blight
|
Agak tahan hama tungau merah
|
|||||
Adaptif pada tanah bertekstur
ringan
|
Beradaptasi dengan baik pada lahan
kurang subur dan bertekstur berat
|
|||||
Malang 6
|
CMM 99008-3 (Calon Varietas)
|
|||||
Hasil 40 t/ha
|
|
Hasil umbi rata-rata 32
t/ha.
|
|
|||
umur panen 9 bulan
|
Umur panen 9–10 bulan.
|
|||||
Daging umbi putih, rasa pahit;
|
Rasa enak, warna daging umbi
putih,
|
|||||
sesuai untuk pati dan tepung
|
sesuai untuk bahan pangan,
|
|||||
Agak tahan hama tungau merah
|
hemat untuk bahan bioetanol (4,23
kg/liter bioetanol)
|
|||||
Beradaptasi dengan baik pada lahan
kurang subur dan tekstur berat
|
||||||
CMM 02048-6 (Calon Varietas)
|
||||||
Hasil umbi rata-rata 32 t/ha.
|
|
|||||
Umur panen 7–8 bulan.
|
||||||
Rasa enak,
|
||||||
warna umbi agak kuning (kaya
vitamin A),
|
||||||
sesuai untuk pangan dan industri.
|
||||||
Toleran hama tungau
|
|
|||||
Manfaat ubi kayu dalam http://maulanabijak.blogspot.com/2013/06/kandungan-dan-manfaat-ubi-kayu.html
manfaat ubi
kayu sendiri untuk kesehatan sangatlah baik, dan juga sangat berguna untuk mengobati
macam penyakit, ubi kayu sendiri Memiliki banyak kandunagn dan banyak penyakit
yang bisa diobati antara nya adalah demam, diare dan luka bernanah selain itu
masih ada lagi.
A.
Kandungan kimia ubi kayu per 100
gram
Kalori 146 kal
Protein 1,2 gram
Lemak 0,3 gram
Hidrat arang 34,7 gram
Kalsium 33 mg
Fosfor 40 mg
Zat besi 0,7 mg
B.
Kandungan gizi ubi kayu per 100
gram
Vitamin B1 0,06 mg
Vitamin C 30 mg
Dan 70% bagian buah umbi kayu dapat
dimakan.
C.
Kandungan daun ubi kayu per 100 gram
Vitamin A 11000 SI
Vitamin C 275 mg
Vitamin B1 0,12 mg
Kalsium 165 mg
Kalori 73 kal
Fosfor 54 mg
Protein 6,8 gram
Lemak 1,2 gram
Hidrat arang 13 gram
Zat besi 2 mg
87% Bagian daun daun dapat dimakan.
D.
Kulit batang ubi kayu
Tanin
Enzim peroksidase
Glikosida
Kalsium oksalat.
Dari sekian banyaknya kandungan gizi
dan kimia ubi kayu, sehingga tak mengherankan kalau khasiat ubi kayu sangat banyak
sekali dibidang kesehatan, Berikut ini adalah beberapa khasiat ubi kayu untuk
mengobati beberapa penyakit dan cara mengolahnya.
1.
Sakit demam
Siap 1 potong batang daun ubi kayu, rebus dengan 3
gelas air sampai mendidih. Kemudian saring untuk diambil airnya, lalu minum dua
kali sehari pagi dan sore.
2.
Obat diare
Ambil tujuh lembar daun ubi kayu, cuci sampai bersih
kemudian rebus dengan volume air 4 gelas sampai mendidih dan tersisa 2 gelas,
kemudian saring ambil airnya. Minum dua kali sehari, pagi dan sore, Untuk
anak-anak yang masih menyusui terkena diare, ibunya yang minum air ramuan
tersebut.
3.
Luka baru barang panas
Ambil 1 potong buah ubi kayu buang kulitnya lalu parut
peras ambil airnya. Biarkan beberapa saat sampai tepungnya mengendap. Ambil
tepungnya dan gunakan untuk mengolesi bagian tubuh yang luka.
4.
Luka bernanah
Ambil batang daun ubi kayu yang masih muda secukupnya,
tumbuk sampai halus, gunakan untuk membalur tubuh yang mengalami luka.
B.
HORTIKULTURA
Hortikultura berasal dari kata “hortus” (= garden atau
kebun) dan “colere” (= to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah
Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan,
sayuran dan tanaman hias (Janick, 1972 ; Edmond et al., 1975).
Sehingga Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang
mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam
GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk
dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan.
Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat
memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari
buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa
tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga).
Peranan hortikultura adalah : a). Memperbaiki gizi
masyarakat, b) memperbesar devisa negara, c) memperluas kesempatan kerja, d)
meningkatkan pendapatan petani, dan e)pemenuhan kebutuhan keindahan dan
kelestarian lingkungan. Namun dalam kita membahas masalah hortikultura perlu
diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a).
Tidak dpat disimpan lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c) mudah rusak
(perishable) dalam pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka
pada musim yang lain, dan e) fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997).
Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan
hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang
lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut.
Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa
depan sangat cerah menilik dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang
dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang. Oleh
karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini.
Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan devisanya dari hasil
hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas hortikultura yang
serba Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya,
bahkan Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan
sebagainya.
Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya
masih dalam skala perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan
tradisional, sedangkan jenis komoditas hortikultura yang diusahakan masih
terbatas. Apabila dilihat dari data selama Pelita V pengembangan
hortikultura yang lebih ditekankan pada peningkatan keragaman komoditas telah
menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, yaitu pada periode 1988 –
1992 telah terjadi peningkatan produktivitas sayuran dari 3,3 ton/ha menjadi
7,7 ton/ha, dan buah-buahan dari 7,5 ton/ha menjadi 9,9 ton/ha (Amrin
Kahar, 1994).
Terjadinya peningkatan tersebut dapat dikatakan bahwa
petani hortikultura merupakan petani yang responsif terhadap inovasi teknologi
berupa : penerapan teknologi budidaya, penggunaan sarana produksi dan pemakaian
benih/bibit yang bermutu. Tampak disini bahwa komoditas hortikultura memiliki
potensi untuk menjadi salah satu pertumbuhan baru di sektor pertanian. Oleh
karena itu dimasa mendatang perlu ditingkatkan lagi penanganannya terutama
dalam menyongsong pasar bebas abad 21.
TANTANGAN DAN PELUANG
Indonesia adalah negara tropis dengan wilayah cukup
luas, dengan variasi agroklimat yang tinggi, merupakan daerah yang
potensial bagi pengembangan Hortikultura baik untuk tanaman dataran rendah
maupun dataran tinggi. Variasi agroklimat ini juga menguntungkan bagi
Indonesia, karena musim buah, sayur dan bunga dapat berlangsung sepanjang
tahun.
Peluang pasar dalam negeri bagi komoditas hortikultura
diharapkan akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk
dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan
masyarakat. Peningkatan kebutuhan komoditas hortikultura ini juga ditunjang
oleh perkembangan sektor industri pariwisata dan peningkatan ekspor. Apabila
dilihat terhadap kebutuhan konsumsi buah dan sayuran, nampak bahwa kebutuhan
masing-masing adalah 32,6 kg/kapita/tahun dan 32 kg/kapita/tahun, ternyata baru
tercapai sekitar 21,1 kg/kapita/tahun dan 14 kg/kapita/tahun (Sunaryono, 1987,
dalam Notodimedjo, 1997). Dari kenyataan tersebut tercermin adanya peluang dan
tantangan yang harus kita hadapi.
Di era globalisasi ini, kita dihadapkan pada persaingan
yang semakin ketat, oleh karena itu kita harus mampu memanfaatkan keunggulan
yang kita miliki, baik keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang
perlu ditingkatkan secara kualitatif. Globalisasi ini jelas akan menimbulkan
peluang sekaligus ancaman bagi pembangunan pertanian dan perdagangan nasional
di masa mendatang. Sukses tidaknya Indonesia dalam memanfaatkan peluang dan
menghadapi ancaman akan ditentukan oleh kemampuan untuk mendayagunakan kekuatan
yang dimiliki dan mengatasi kelemahan yang ada secara efisien, produktif dan
efektif dalam rangka mewujudkan daya saing yang semakin meningkat dalam skala
global atas barang dan jasa yang dihasilkan.
Menghadapi persaingan yang semakin tajam mutlak
diperlukan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat,
pemerintah dan terlebih dunia usaha diharuskan mempersiapkan diri dengan
langkah-langkah yang konkrit, sehingga mampu membangun suatu sistem ekonomi
yang memiliki daya hidup dan berkembang secara mandiri serta mengakar pada
struktur ekonomi dan struktur masyarakat Indonesia.
Kita perlu menyadari bahwa kita dikelilingi oleh
negara-negara yang memiliki daya saing yang kuat, apabila kita tidak
meningkatkan daya saing maka tidak akan mampu bersaing, bukan hanya di pasar
luar negeri, tetapi juga di pasar dalam negeri sendiri, yang telah nampak pada
kasus sekarang ini, seperti : beras, gula, buah-buahan dan lainnya.
Rendahnya daya saing sektor pertanian kita disebabkan
oleh : sempitnya penguasaan lahan, tidak efisiennya usahatani, dan iklim usaha
yang kurang kondusif serta ketergantungan pada alam masih tinggi. Untuk
meningkatkan daya saing sektor pertanian ini tidak ada jalan lain, selain kerja
keras masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
pertanian, membuka areal pertanian baru yang dibagikan kepada petani-petani
gurem/buruh tani, memperluas pengusahaan lahan oleh setiap keluarga tani dan
menggunakan teknologi maju untuk meningkatkan produktivitas dan produksi
pertanian (Siswono Yudohusodo, 1999).
Dengan adanya arus globalisasi, tidak mungkin
dihindari semakin lama produk hortikultura yang masuk ke Indonesia dari
negara-negara lain akan semakin beragam jenisnya dan volumenya semakin banyak.
Menghadapi realitas ini mau tidak mau produk hortikultura harus bersaing dengan
produk dari negara lain. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut dengan tanpa
mengesampingkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai tentunya perlu
dikaji berbagai permasalahan yang ada sehingga upaya pencapaian tujuan di atas
dapat terlaksana dengan baik.
Permasalahan yang menonjol dalam upaya pengembangan
hortikultura ialah produktivitas yang masih tergolong rendah, hal ini merupakan
refleksi dari rangkaian berbagai faktor yang ada, antara lain : pola usahatani
yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang oleh keragaman
jenis/varietas, serta rendahnya penerapan teknologi budidaya (Dudung
Abdul Adjid, 1993).
Selanjutnya Dudung Abdul Adjid (1993) menyatakan bahwa
pada Pelita VI yang merupakan awal PJPT II ditandai dengan terjadinya arus
globalisasi yang mengakibatkan pembangunan nasional semakin terkait dengan
perkembangan dunia internasional antara lain dengan adanya putaran Uruguay
(GATT) sehingga pasar Indonesia khususnya di bidang pertanian makin terbuka
akan produk pertanian dari luar negeri. Kondisi ini selain mengandung berbagai
kendala juga membuka peluang pasar internasional yang besar bagi produk
pertanian yang sifatnya kompetitif.
Kondisi tersebut merupakan tantangan yang cukup berat
bagi pengembangan hortikultura pada khususnya, karena dalam pengusahaannya
dituntut untuk efisien, mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil,
meningkatkan mutu pengolahan hasil serta menunjang pembangunan wilayah. Oleh
karena itu dalam pengembangan hortikultura tidak lagi hanya memperhatikan aspek
produksi, tetapi lebih menitik beratkan pada pengembangan komoditi yang
berorientasi pasar (agribisnis).
PENGELOLAAN
HORTIKULTURA YANG BERKELANJUTAN
Komoditas
hortikultura selain menjadi salah satu komoditas andalan ekspor non migas, tanaman
dan produk yang dihasilkannya banyak memberikan keuntungan bagi manusia dan
lingkungan hidup. Buah-buahan dan sayuran yang dikonsumsi bermanfaat bagi
kesehatan tubuh manusia; pohon buah-buahan, sayuran dan tanaman hias dapat
berfungsi sebagai penyejuk, penyerap air hujan, peneduh dan penyerap CO2 atau
pencemar udara lainnya; limbah tanamannya serta limbah buah atau sayuran dapat
dipergunakan sebagai pupuk organik atau kompos yang dapat menyuburkan tanah,
sedang keindahannya dapat dinikmati dan berpengaruh baik bagi kesehatan jiwa.
Tetapi keuntungan-keuntungan tersebut menjadi berkurang manakala teknik
budidaya yang dilaksanakan malah menimbulkan pencemaran, baik terhadap
lingkungan hidup maupun terhadap kesehatan manusia.
Dalam
GBHN 1993 pembangunan pertanian hortikultura yang meliputi tanaman sayuran,
buah-buahan dan tanaman hias ditumbuh kembangkan menjadi agribisnis dalam
rangka memanfaatkan peluang dan keunggulan komparatif berupa : iklim yang
bervariasi, tanah yang subur, tenaga kerja yang banyak serta lahan yang
tersedia. Produksi hortikultura diarahkan agar mampu mencukupi kebutuhan pasar
dalam negeri termasuk agroindustri serta memenuhi kebutuhan pasar luar negeri.
Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu penerapan sistem budidaya hortikultura yang
lebih baik serta penggunaan teknologi yang tepat dan berwawasan lingkungan,
yang sering dikenal dengan sistem GAP (Good Agricultural Practice). Sebagaimana
kita ketahui sektor hortikultura baru mendapat perhatian setelah usaha
swasembada beras tercapai, sehingga hasil-hasil penelitian yang dapat
diterapkan untuk pengembangan hortikultura di Indonesia masih terbatas.
Teknologi
yang saat ini diterapkan merupakan teknologi yang berorientasi pada pencapaian
target produksi dengan menggunakan masukan produksi yang semakin meningkat,
seperti bibit unggul, pupuk buatan, pestisida dan zat pengatur tumbuh.
Disamping hasil positif dengan peningkatan produksi, penggunaan masukan modern
juga mendatangkan dampak negatif bagi lingkungan hidup dan kesehatan
masyarakat, antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Penggunaan
pupuk buatan mendatangkan pencemaran pada air permukaan dan air tanah dengan
adanya residu nitrat dan fosfat, dan tanah menjadi semakin berkurang
kesuburannya karena penggunaan pupuk berlebihan.
2.
Penggunaan
varietas unggul yang monogenik dan seragam secara spesial dan temporal
mengurangi keanekaragaman hayati, dan hilangnya berbagai jenis tanaman asli.
3.
Penggunaan
pestisida yang berlebihan akan mengakibatkan resistensi, resurjensi hama,
timbulnya hama sekunder, terbunuhnya binatang bukan sasaran dan residu racun
pada buah dan sayuran serta lingkungan.
Selain
itu kegiatan pertanian secara intensif juga berperan dalam proses pemanasan
bumi atau efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon antara lain melalui emisi gas
metan dan N2O akibat penggunaan pupuk buatan ( Kasumbogo Untung,
1994). Dengan
demikian usaha pencapaian sasaran produksi untuk memenuhi permintaan dan target
dikhawatirkan akan semakin mengurangi sumber daya alam, mengurangi keaneka
ragaman hayati dan meningkatkan pencemaran lingkungan.
Dewasa
ini lingkungan yang dikaitkan dengan produk pertanian sedemikian kuatnya
diluncurkan terutama di negara-negara maju, sehingga penduduknya menuntut agar
produk pertanian bebas dari cemaran bahan kimia, dan mereka mulai lebih
suka mengkonsumsi produk yang dihasilkan melalui proses alami yang dikenal
dengan pertanian organik (“organic farming”).
Pertanian
organik merupakan salah satu alternatif budidaya pertanian yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan yang bebas dari segala bentuk bahan inorganik
seperti pupuk buatan, pestisida dan zat pengatur tumbuh. Pertanian
organik memadukan berbagai cara seperti pergiliran tanaman, tumpangsari,
penggunaan sisa bahan organik sebagai pupuk, serta pengendalian hama secara
terpadu dengan mengoptimalkan cara biologis (Kasumbogo Untung, 1994).
Kecenderungan seperti ini membuka suatu peluang baru dalam bisnis di bidang
pertanian terutama tanaman hortikultura yang produknya sering dikonsumsi secara
langsung atau dalam keadaan segar.
Selain
itu ada alasan-alasan yang mendorong berkembangnya teknik bertani yang
berwawasan lingkungan yaitu ratifikasi hasil KTT Bumi di Rio de Janeiro pada
tahun 1992 yang dicantumkan dalam agenda 21, chapter 14, yang meminta agar
setiap negara meninjau kembali berbagai kebijaksanaan pembangunan pertanian
sayuran atau buah-buahan yang diproduksi secara konvensional. Dewasa ini banyak
negara telah memberlakukan persyaratan akan “ecolabelling” atau
“green product” terhadap produk pertanian yang akan diimpornya
(Kasumbogo Untung, 1994), sehingga hal ini harus mulai direncanakan sejak dari
sekarang apabila kita para pelaku hortikultura ingin mengembangkan Hortikultura
dalam menghadapi Pasar Bebas pada abad 21 mendatang.
Selanjutnya
dikemukakan oleh Kasumbogo Untung (1994), bahwa berbagai bentuk dan konsep
pertanian berwawasan lingkungan banyak dihubungkan dengan perkembangan berbagai
jenis praktek pertanian yang telah mulai banyak dilakukan pada tingkat petani,
antara lain dengan istilah pertanian ekologi, pertanian biologi, ecofarming
(Egger dan Martens, 1988), pertanian hemat energi, LISA (Low Input Sustainable
Agriculture), serta pertanian alternatif (Vogtmann, 1988; NAS, 1990).
PERAN PERGURUAN
TINGGI DALAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
Peran
Perguruan Tinggi untuk ikut mensukseskan pengembangan Hortikultura perlu
ditingkatkan melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu : Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat. Dalam
pendidikan manusia yang bermutu, untuk memiliki sumber daya manusia yang
berwatak membangun, bukan hanya pengetahuan semata yang perlu diajarkan, tetapi
juga sikap hidup yang baik. Pendukung pembangunan masa depan dengan makin
majunya pengetahuan dan teknologi (industri), namun makin padatnya manusia
Indonesia dan makin menciutnya sumber daya alam, menuntut kita makin peduli
lingkungan, berarti harus lebih beradab dan santun, serta akrab dengan
lingkungan. Bukannya angka produksi semata yang perlu kita raih, namun juga
perlu diperhatikan mutu produknya.
Untuk
mencapai hal tersebut, masyarakat Hortikultura dituntut untuk peduli pada
kehidupan subsisten di berbagai pelosok marginal, namun juga menyiapkan
perkembangan ekonomi global yang menuntut sistem produksi hortikultura yang
canggih dan efisien untuk meraih devisa yang memiliki daya saing internal
maupun internasional. Untuk menjadi hortikulturis modern, pendidikan dasar
secara konvensional dalam hal teknik bercocok tanam intensif masih perlu
diketahui, tetapi inovasi teknologi (bioteknologi dalam penciptaan varietas,
sistem hidroponik maupun organic farming dalam produksi, atmosfir terkendali
dalam penanganan segar, cara-cara prosesing canggih) perlu diajarkan (Sri
Setyati, 1994).
Melihat
tantangan dan peluang di bidang hortikultura yang masih membentang luas,
perlulah kiranya dipikirkan mengenai pendidikan bagi para pelaku hortikultura
nantinya dengan kurikulum yang diharapkan mampu menjawab tantangan yang
dihadapi sesuai dengan sumberdaya dan fasilitas yang dimiliki. Dalam hal ini
mencakup : level Sarjana S1; Diploma ataupun tingkat SLTA yang saling mendukung
untuk mencapai pengembangan hortikultura di Indonesia. Pendidikan hortikultura
harusnya disertai dengan mengembangkan inisiatif, serta menanamkan disiplin dan
dedikasi yang tinggi.
Sri
Setyati (1994) menyatakan bahwa perbaikan pendidikan hortikultura di level S1
diharapkan agar lulusannya menjadi : 1) Pengantar teknologi atau penyuluh
hortikultura. 2). Pendidik hortikultura di tingkat Diploma atau SLTA. 3).
Asisten Peneliti hortikultura yang tangguh. Salah satu tujuan pengembangan
hortikultura adalah peningkatan pendapatan petani yang dicapai melalui
peningkatan produksi dan produktivitas. Menurut Amrin Kahar (1994) upaya
tersebut dapat dicapai antara lain melalui pemanfaatan IPTEK yang mencakup
kegiatan :
a.
Menghasilkan
teknologi tepat guna sesuai dengan kebutuhan oleh para peneliti.
b.
Penyampaian
teknologi yaitu menyampaikan dan mengembangkan teknologi yang dihasilkan
peneliti melalui para penyuluh kepada para pengguna.
c.
Penggunaan
teknologi, yaitu penerimaan dan adopsi teknologi oleh para petani.
Dari
uraian di atas nampak jelas bahwa salah satu kunci keberhasilan dalam
pengembangan hortikultura ialah kualitas sumber daya manusia dari pelaku-pelaku
yang berperan dalam pengembangan tersebut, yang erat kaitannya dengan tingkat
pendidikannya. Oleh karena itu salah satu faktor penting dalam upaya
pengembangan hortikultura adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Petani
sebagai mata rantai akhir dari suatu proses alih teknologi dan sebagai pengguna
teknologi tentunya kualitasnya perlu ditingkatkan pula, sehingga mereka
dapat responsif terhadap informasi teknologi yang disampaikan. Mengingat
keragaman karakteristik budaya, wilayah, sosial ekonomi dan komoditas yang
dikembangkan petani, maka pola peningkatan kualitasnya perlu mempertimbangkan
kondisi-kondisi tersebut. Pola pendidikan yang dianggap sesuai untuk diterapkan
di tingkat petani adalah dalam bentuk Sekolah Lapang dengan sasaran para
kelompok tani. Dengan porsi lapangan lebih besar dari pada teori dan sebagai obyek
pembahasan adalah kondisi di wilayah mereka, maka pola ini dinilai sangat
efektif dalam penyampaian informasi teknologi kepada petani (Amrin Kahar,
1994).
Puslitbang
Hortikultura menekankan kegiatan dari program penelitian hortikultura dewasa
ini mencakup beberapa bidang (Adhi Santika , 1994), yaitu :
1.
Bidang
Penelitian Teknologi Pertanian meliputi :
a.
Rekayasa
genetik dan perbaikan mutu bebrapa tanaman hortikultura.
b.
Diversifikasi
produk tanaman hortikultura.
c.
Peningkatan
efisiensi produk dan standar mutu.
d.
Rekayasa,
rancang bangun dan pengujian alat dan mesin pertanian termasuk konstruksi rumah
kaca (Green House) dan pengendalian suhu, penanganan produk
segar dan pengemasan hasil.
2.
Bidang
Penelitian Sarana dan Prasarana meliputi : Sistem produksi, penyimpanan
dan distri- busi benih dan bibit hortikultura.
3.
Bidang
Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan, meliputi :
a.
Pemanfaatan
lahan marginal untuk pengembangan hortikultura.
b.
Penggunaan
pestisida secara bijaksana dalam pengendalian hama penyakit tanaman
hortikultura.
c.
Konservasi,
karakteristik, evaluasi dan pemanfaatan plasma nutfah.
4.
Bidang
Penelitian Sunber Daya Manusia, meliputi : Pengkajian perilaku dan kinerja
petani serta pedagang dalam menyelenggarakan usahatani hortikultura.
5.
Bidang
Penelitian Kebijaksanaan dan Kelembagaan, meliputi :
a.
Pengkajian
sistem insentif, investasi usahatani hortikultura
b.
Pengkajian
masalah paten produk penelitian hortikultura
c.
Pengkajian
pembinaan, pengawasan dan sertifikasi benih dan bibit hortikultura.
Adapun
hasil-hasil penelitian dari Perguruan Tinggi yang telah dilaksanakan baik oleh
mahasiswa maupun Staf Pengajarnya, dapat diterapkan pada petani
hortikultura di daerah sekitarnya sesuai dengan sumberdaya dan fasilitas yang
dimiliki daerah tersebut untuk dikembangkan, sehingga nantinya mampu
memberdayakan masyarakat tani hortikultura menjadi mandiri, maju, sejahtera dan
berkeadilan secara berkelanjutan.
Masalah penanganan
produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen) sampai saat ini masih mejadi
masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius baik dikalangan petani,
pedagang, maupun dikalangan konsumen sekalipun. Walau hasil yang diperoleh
petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan setelah dipanen
tidak mendapat perhatian maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan
mutu atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa produk hortikultura relatif
tidak tahan disimpan lama dibandingkan dengan produk pertanian yang lain.
Hal tersebutlah yang
menjadi perhatian kita semua, bagaimana agar produk hortikultura yang telah
dengan susah payah diupayakan agar hasil yang dapat panen mencapai jumlah yang
setinggi-tingginya dengan kualitas yang sebaik-baiknya dapat dipertahankan
kesegarannya atau kualitasnya selama mungkin. Sehubungan dengan hal tersebut
maka sangatlah perlu diketahui terlebih dahulu tentang macam-macam penyebab
kerusakan pada produk hortikultura tersebut, serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya terhadap penyebab kerusakannya. Selanjutnya perlu pula
diketahui bagaimana atau upaya-upaya apa saja yang mungkin dapat dilakukan
untuk mengurangi atau meniadakan terjadinya kerusakan tersebut sehingga
kalaupun tejadi kerusakan terjadinya sekecil mungkin.
JENIS KERUSAKAN PADA PRODUK HORTIKULTURA
A.
Kehilangan Berat dan
Kualitas
Secara umum produk
hortikultura yang telah dipanen sebelum sampai ke konsumen atau dalam simpanan
penyebab kerusakan yang utama adalah terjadinya kehilangan air dari produk
tersebut. Kalau kehilangan air dari dalam produk yang telah dipanen
jumlahnya relatif masih kecil mungkin tidak akan menyebabkan kerugian atau
dapat ditolelir, tetapi apabila kehilangan air tersebut jumlahnya banyak akan
menyebabkan hasil panen yang diperoleh menjadi layu dan bahkan dapat
menyebabkan produk hortikultura menjadi mengkerut.
B.
Mikroorganisme
Agar produk hortikultura
tidak lekas layu maka dalam penyimpanannya diusahakan kelembaban lingkungan
simpannya tinggi, tetapi kondisi kelembaban tinggi dipenyimpanan sering
menyebabkan munculnya jamur pada permukaan produk hortikultura yang disimpan.
Munculnya jamur pada permukaan produk hortikultura yang disimpan akan
menyebabkan kenampakan produknya menjadi kurang menarik atau jelek sehingga
akan menurunkan nilai kualitas dari produk tersebut.
Agar produk hortikultura
yang disimpan tidak cepat mengalami proses kerusakan oleh mikroorganisme,
diantaranya diupayakan dengan:
o
Menjaga kebersihan pada
seluruh ruang penyimpanan
o
Menjaga sirkulasi uara
pada ruang
o
Mengurangi terjadinya
proses pegembunan pada produk yang dikemas
o
Mengurangi / menghindari
menjalarnya perkembangan spora dari jamur.
o
Menggunakan bahan
pencegah jamur, misalnya: dengan uap yang sangat panas selama kurang lebih dua
(2) menit pada ruang simpan atau kalau sangat terpaksa dipergunakan bahan kimia
seperti: Sodium Hypochlorit / trisodium Phosphat, larutan Calsium Hypochlorit.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERUSAKAN
PRODUK
A.
Relatif Humidity
(Kelembaban Relatif)
Relatif humidity (RH)
ruangan di mana produk hortikultura disimpan akan mempengaruhi kualitas
produknya. Apabila RH ruang simpan produk hortikulura terlalu rendah maka akan
menyebabkan produk hortikulura yang disimpan akan mengalami kelayuan dan
pengkerutan yang lebih cepat. Tetapi sebaliknya apabila RH ruang simpan produk
hortikultura terlalu tinggi juga akan mempercepat proses kerusakan produk
simpanan, karena akan memacu munculnya jamur-jamur pada produk simpanan. Pada
RH mendekati 100 % akan memberikan kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan
jamur atau pertumbuhan jamur akan sangat hebat sehingga sampai pada bagian
dinding ruang simpan juga bagian atapnyapun akan ditumbuhi jamur.
B.
Sirkulasi Udara
Pergeseran atau sikulasi udara diruang
penyimpanan yang cepat selama proses precooling produk simpanan dimaksudkan
untuk menghilangkan panas dari produk hortikultura yang dibawa dari lapang,
setelah panas dari lapang tersebut dipindahkan maka selanjutnya kecepatan
sirkulasi udaranya dikurangi. Di dalam ruang penyimpanan sirkulasi udara
diperlukan dengan tujuan agar panas yang terjadi selama berlangsungnya
proses respirasi dari produk dapat diturunkan atau dihilangkan juga dengan
maksud untuk menyeragamkan kondisi / suhu ruang simpan dari
ujung satu dengan ujung yang lainnya.
C.
Respirasi
Produk hortikultura yang disimpan dalam bentuk segar
baik itu sayur-sayuran ataupun buah-buahan proses yang terjadi dalam produk
adalah respirasi. Dalam
proses respirasi ini akan terjadi perombakan gula menjadi CO2 dan
air (H2O).
USAHA UNTUK MENGURANGI KERUSAKAN PRODUK HORTIKULTURA DALAM SIMPANAN
A.
Sanitasi
Ruang penyimpanan produk
hortikultura perlu dipelihara dalam kondisi yang bersih dan sehat hal ini
sangat penting dilakukan untuk menjaga agar produk hortikultura yang disimpan
tetap dapat terjaga dalam kondisi segar. Ruang penyimpanan yang dijaga tetap
dalam kondisi bersih dan sehat akan memperkecil serangan jamur dan organisme
lainnya. Dalam sanitasi sering dipergunakan senyawa kimiawi yang bersifat racun
seperti insektisida, untuk penggunaannya perlu memperhatikan konsep keamanan pangan/HACCP.
B.
Refrigeration
Tujuan dari refrigerasi dalam ruang
penyimpanan produk hortikultura terutama adalah untuk menekan aktivitas enzym
respirasi, agar aktivitasnya menjadi serendah mungkin sehingga laju
respirasinya sekecil/selambat mungkin produk hortikultura yang disimpan tetap
terjaga kesegarannya.
C.
Pelilinan (Waxing)
Perlakuan dengan menggunakan lilin atau emulsi lilin
buatan pada produk hortikultura yang mudah busuk yang disimpan telah banyak
dilakukan. Maksud dari pelilinan pada produk yang disimpan ini terutama adalah
untuk mengambat sirkulasi udara dan menghambat kelayuan (menjadi layunya produk
simpanan), sehingga produk yang disimpan tidak cepat kehilangan berat karena
adanya proses transpirasi.
D.
Irradiasi
Pengendalian proses pembusukan produk hortikultura
yang disimpan serta perpanjangan umur simpannya baik itu produk buah-buahan
maupun sayur-sayuran segar dapat dilakukan dengan perlakuan penyinaran dengan
mempergunakan sinar Gamma.
E.
Perlakuan Kimiawi dan Fumigasi
Perlakuan dengan menggunakan senyawa kimiawi telah
banyak dipergunakan dalam usaha memperpanjang lama penyimpanan produk-produk
pertanian termasuk produk hortikultura baik buah-buahan maupun sayur-sayuran,
dan dapat dikatakan sebagai cara yang umum dilakukan atau biasa dilakukan. Yang
harus diperhatikan dalam pemakaian senyawa kimia adalah penggunaan tetap
menjaga keamanan pangan sehingga
tidak memberikan dampak yang merugikan bagi keselamatan manusia mengingat
produk hortikulura merupakan produk yang dikonsumsi dan sering dokonsumsi dalam
bentuk mentah / bukan olahan.
F.
Pengemasan
Upaya lain untuk memperpanjang waktu simpan produk
hortikultura adalah dengan pewadahan / pengemasan yang
baik. Dengan pewadahan ini diharapkan paling tidak dapat mengurangi terjadinya kerusakan karena terjadinya benturan sesama produk selama
proses penyimpanan, selain juga dapat mengendalikan kelembaban dari produk
sehingga produk dapat tetap segar.
Dalam paper ini kami membahas tentang buah
manggis.
MANGGIS
A.
SEJARAH
Manggis (mangosteen) dengan
nama Garciniamangostana ini
berasal dari Asia Tenggara. The queen of fruits ini hanya
tumbuh di hutan dan dataran tinggi beriklim tropis seperti Indonesia, Filipina,
Malaysia, Vietnam, Myanmar, Thailand, selain itu juga tumbuh di Hawaii, dan
Australia Utara. Manggis juga dikenal sebagai tanaman budidaya yang
pertumbuhannya paling lambat, tetapi umurnya paling panjang. Buah tropik ini
memerlukan waktu pertumbuhan untuk berbuah selama 10-15 tahun dengn tinggi
10-30 meter. Manggis (mangosteen) sudah dipergunakan masyarakat Indonesia untuk
berbagai macam pengobatan seperti untuk mengobati luka,demam, diare, sariawan,
sembelit, serta penyakit-penyakit lainnya sejak ratusan tahun yang lalu dengan
menggunakan air rebusan kulit manggis.
Konon kabarnya, tahun 1800-an
Ratu Victoria dari Inggris pernah menawarkan hadiah uang yang sangat banyak
kepada barang siapa yang dapat membawakan buah manggis untuknya, dimana buah
manggis dianggap sebagai buah dalam dongeng. Mungkin karena itu lalu buah
manggis mendapat julukan ‘ ratu dari segala buah’ (the queen of
fruits).
Asal-usul tanaman manggis ini
diduga berasal dari Indonesia tepatnya berasal dari pulau kalimantan. Tanaman
manggis menyebar dari Indonesia lalu ke timur sampai ke Papua Nugini dan
kepulauan Mindanau (Filipina), lalu ke utara menuju Semenanjung Malaysia dan
terus menyebar ke Thailand bagian selatan, myanmar, vietnam, dan kamboja.
Tanaman manggis ini sudah dikenal oleh peneliti dari negara-negara Barat sejak
awal tahun 1631.
Dalam dua abad terakhir, tanaman
manggis telah menyebar ke negara-negara tropik lainnya seperti India bagian
selatan, Brasil, Amerika Tengah, dan Australia Utara. Yang pertama kali
menemukan buah manggis ini adalah penjelajah dari Prancis bernama Laurent
Garcin (1683-1751) dan dibudidayakan dengan waktu yang lama di daerah tropik
basah. Dan nama dari penemu itulah yang kemudian penamaan latin buah
manggis disebut Garcinia Mangostana.
Di Asia Tenggara, manggis dikenal
dengan berbagai nama, manggis di Indonesia, di Malaysia, selain dikenal dengan
nama manggis kadang juga dikenal dengan nama setor, mesetor, atau sementah, di
Filipina dikenal dengan nama mangustan atau manggis, di Kamboja dikenal
dengan nama mongkhul, di Laos dikenal dengan nama mangkhud, di Thailand dikenal
dengan dodol, atau mangkhut, di Vietnam dikenal dengan cay mang cut, di Tamil
dikenal dengan mangustai. Di Prancis disebut mangotanaier, mangouste, atau
mangostier, di Spanyol disebut mangostan, di Jerman mangostane, di Belanda
mangoestan, atau manggis, sedangkan di Portugis dikenal dengan mangosta atau
mangusta.
B.
JENIS TANAMAN
Klasifikasi
botani pohon manggis adalah sebagai berikut:
o Divisi : Spermatophyta
o Sub divisi : Angiospermae
o Kelas : Dicotyledonae
o Keluarga : Guttiferae
o Genus : Garcinia
o Spesies : Garcinia mangostana L
Balai Penelitian Pohon Buah-buahan
Solok merekomendasikan tiga klon manggis, yaitu:
1.
Kelompok besar: panjang daun>20
cm; lebar>10 cm; ketebalan kulit buah>9 mm; diameter buah>6,5 cm;
berat buah>140 gram; buah tiap tandan 1 butir.
2.
Kelompok sedang: panjang daun 17-20
cm; lebar 8,5-10 cm; ketebalan kulit buah 6-9 mm; diameter buah 5,5-6,5 cm;
berat buah 70-140 gram; buah tiap tandan 1-2 butir.
3.
Kelompok kecil: panjang daun<17
cm; lebar<8,5 cm; ketebalan kulit buah<6 mm; diameter buah<5,5, cm;
berat buah<70 gram; buah tiap tandan>2 butir. Klon yang
dikembangkan adalah MBS1, MBS2, MBS3, MBS4, MBS5, MBS6 & MBS 7.
C.
MANFAAT TANAMAN
Buah manggis dapat disajikan dlm bentuk segar, sebagai
buah kaleng, dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis
adalah obat sariawan,
wasir & luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk utk tekstil
& air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon
dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan.
D.
SENTRA PENANAMAN
Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera
Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur & Sulawesi Utara.
E.
SYARAT TUMBUH
1.
Iklim
a.
Dalam budidaya manggis, angin
berperan dlm penyerbukan bunga utk tumbuhnya buah. Angin yang baik tidak
terlalu kencang.
b.
Daerah yang cocok utk budidaya
manggis adalah daerah yang memiliki curah hujan tahunan 1.500–2.500 mm/tahun
& merata sepanjang tahun.
c.
Temperatur udara yang ideal berada
pada kisaran 22-32°C.
2.
Media Tanam
a.
Tanah yang paling baik utk budidaya
manggis adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik.
b.
Derajat keasaman tanah (pH tanah)
ideal utk budidaya manggis adalah 5–7.
c.
Untuk pertumbuhan tanaman manggis
memerlukan daerah dengan drainase baik & tidak tergenang serta air tanah
berada pada kedalaman 50–200 m
3.
Ketinggian Tempat
Pohon manggis dapat tumbuh di daerah dataran rendah
sampai di ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Pertumbuhan terbaik dicapai pada
daerah dengan ketinggian di bawah 500-600 m dpl.
F.
PEDOMAN BUDIDAYA
a.
Pembibitan
Pohon manggis dapat diperbanyak dengan biji/bibit
hasil penyambungan pucuk & susuan. Pohon yang ditanam dari biji baru
berbunga pada umur 10-15 tahun sedangkan yang ditanam dari bibit hasil
sambungan dapat berbunga pada umur 5-7 tahun.
Persyaratan
Benih
i.
Perbanyakan dengan biji utk batang
bawah Biji yang akan dijadikan benih diambil dari buah tua yang berisi 5-6
segmen daging buah dengan 1-2 segmen yang berbiji, tidak rusak, beratnya
minimal satu gram & daya kecambah sedikitnya 75%. Buah diambil dari pohon yang
berumur sedikitnya 10 tahun.
ii.
Untuk pembuatan bibit dengan cara
sambungan diperlukan batang bawah & pucuk (entres) yang sehat. Batang bawah
adalah bibit dari biji berumur lebih dari dua tahun dengan diameter batang 0.5
cm & kulitnya berwarna hijau kecoklatan.
Penyiapan
Benih
i.
Perbanyakan dengan biji utk
batang bawah utk
menghilangkan daging buah, rendam buah dlm air bersih selama 1 minggu (dua hari
sekali air diganti) sehingga lendir & jamur terbuang. Biji akan mengelupas
dengan sendirinya & biji dicuci sampai bersih. Celupkan biji kedalam
fungisida Benlate dengan konsentrasi 3 g/L selama 2-5 menit. Keringanginkan
biji di tempat teduh selama beberapa hari sampai kadar airnya 12-14%.
ii.
Pucuk utk sambungan berupa pucuk
(satu buku) yang masih berdaun muda berasal dari pohon induk yang unggul &
sehat. Dua minggu sebelum penyambungan bagian bidang sayatan batang bawah &
pucuk diolesi zat pengatur tumbuh Adenin/Kinetin dengan konsentrasi 500 ppm utk
lebih memacu pertumbuhan.
Teknik
Penyemaian Benih
i.
Perbanyakan dengan biji dlm bedengan
Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100-120 cm dengan jarak antar bedengan
60-100 cm. Tanah diolah kedalam 30 cm, kemudian campurkan pasir, tanah &
bahan organik halus (3:2:1) dengan merata. Persemaian diberi atap jerami/daun
kelapa dengan ketinggian sisi Timur 150-175 cm & sisi Barat 10-125
cm. Benih ditanam di dlm lubang tanam berukuran 10 x 10 cm
dengan jarak tanam 3 x 3 cm & jarak antar baris 5 cm pada kedalaman 0,5-1,0
cm. Tutup benih dengan tanah & selanjutnya bedengan ditutup dengan karung
goni basah atau jerami setebal 3 cm. Persemaian disiram 1-2 kali sehari, diberi
pupuk urea & SP-36 masing-masing 2 g/tanaman setiap bulan. Setelah berumur
1 tahun, bibit dipindahkan ke dlm polybag ukuran 20 x 30 cm berisi campuran
tanah & kompos/pupuk kandang (1:1). Bibit ini dipelihara sampai berumur 2
tahun & siap ditanam dilapangan/dijadikan batang bawah pada penyambungan.
ii.
Penyemaian & pembibitan di dlm
polybag berukuran 20 x 30 cm. Satu/dua benih disemai di dlm polybag 20 x 30 cm yang
dasarnya dilubangi kecil-kecil pada kedalaman 0.5-1.0 cm. Media tanam berupa
campuran tanah halus, kompos/pupuk kandang halus & pasir (1:1:1). Simpan
polybag di bedengan yang sisinya dilingkari papan/bilah bambu agar polybag
tidak roboh. Persemaian disiram 1-2 hari sekali & diberi urea & SP-36
sebanyak 2-3 g/tanaman setiap bulan. Bibit ini dipelihara sampai berumur 2
tahun & siap ditanam di lapangan atau dijadikan batang bawah pada
penyambungan.
Adapun cara penyambungan pucuk adalah sebagai
berikut:
i.
Potong bahan bawah setinggi 15-25 cm
dari pangkal leher lalu buat celah di ujung batang sepanjang 3-5 cm.
ii.
Runcingkan pangkal batang atas
sepanjang 3-5 cm.
iii.
Selipkan bagian runcing batang atas
(pucuk) ke dlm celah batang bawah.
iv.
Balut bidang pertautan batang bawah
& atas dengan tali rafia. Pembalutan dimulai dari atas, lalu ikat ujung
balutan dengan kuat.
v.
Tutupi hasil sambungan dengan
kantung plastik transparan & simpan di tempat teduh. Setelah 2-3 minggu
penutup dibuka & bibit dibiarkan tumbuh selama 3-4 minggu. Balutan dapat
dilepas setelah berumur 3 bulan yaitu pada saat bibit telah bertunas. Setelah
berumur 6 bulan bibit siap dipindahtanamkan ke kebun.
vi.
Selama penyambungan siram bibit
secara rutin & siangi gulma.
Perbanyakan dengan penyambungan susuan
Adapun cara penyambungan susuan adalah sebagai berikut:
a.
Pilih pohon induk yang produktif
sebagai batang atas.
b.
Siapkan batang bawah di dlm polibag
& letakan di atas tempat yang lebih tinggi daripada pohon induk.
c.
Pilih satu cabang (entres) dari
pohon induk utk bahan cabang atas. Diameter cabang lebih kecil atau sama dengan
batang bawah.
d.
Sayat batang bawah dengan kayunya
kira-kira 1/3-1/2 diameter batang sepanjang 5-8 cm.
e.
Sayat pula cabang entres dengan cara
yang sama.
f.
Satukan bidang sayatan kedua batang
& balut dengan tali rafia.
g.
Biarkan bibit susuan selama 5 - 6
bulan.
h.
Pelihara pohon induk & batang
bawah di dlm polibag dengan intensif.
i.
Susuan berhasil jika tumbuh tunas
muda pada pucuk batang atas (entres) & ada pembengkakan (kalus) di tempat
ikatan tali.
j.
Bibit susuan yang baru dipotong
segera disimpan di tempat teduh dengan penyinaran 30% selama 3-6 bulan sampai
tumbuh tunas baru. Pada saat ini bibit siap dipindahtanamkan.
Pengolahan
Media Tanam
1.
Persiapan : Penetapan areal utk
perkebunan mangga harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi &
sumber air.
2.
Pembukaan Lahan
i.
Membongkar tanaman yang tidak
diperlukan & mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar &
perdu dari areal tanam.
ii.
Membajak tanah utk menghilangkan
bongkahan tanah yang terlalu besar.
3.
Pengaturan Jarak Tanam : Pada tanah yang
kurang subur, jarak tanam dirapatkan sedangkan pada tanah subur, jarak tanam
lebih renggang. Jarak tanam standar adalah 10 m & diatur dengan cara:
1. segi tiga sama kaki.
2. diagonal.
4. Pemupukan : Bibit ditanam di musim hujan kecuali di
daerah yang beririgasi sepanjang tahun. Sebelum tanam taburkan campuran 500
gram ZA, 250 gram SP-36 & 200 gram KCl ke dlm lubang tanam & tutup
dengan tanah.
Teknik
Penanaman
1) Pembuatan Lubang Tanam
Buat lubang tanam ukuran 50 x 50 cm
sedalam 25 cm & tempatkan tanah galian tanah di satu sisi. Perdalam lubang
tanam sampai 50 cm & tempatkan tanah galian di sisi lain. Keringanginkan
lubang tanam 15-30 hari sebelum tanam. Kemudian masukkan tanah bagian dlm
(galian ke dua) & masukkan kembali lapisan tanah atas yang telah dicampur
20-30 kg pupuk kandang. Jarak antar lubang 8 x 10 m atau 10 x 10 m dihitung
dari titik tengah lubang. utk lahan berlereng perlu dibuat teras, tanggul &
saluran drainase utk mencegah erosi.
Dengan jarak tanam 10x 10 m atau 8 x
10 m diperlukan 100-125 bibit per hektar. Cara menanam bibit yang benar adalah
sebagai berikut:
1. Siram bibit di dlm polybag dengan air sampai
polibag dapat dilepaskan dengan mudah.
3. Masukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam,
timbun dengan tanah sampai batas akar & padatkan tanah
perlahan-lahan.
4. Siram sampai tanah cukup lembab.
5. Beri naungan yang terbuat dari tiang-tiang bambu
beratap jerami. Jika sudah ada pepohonan di sekitarnya, pohon-pohon ini bisa
berfungsi sebagai pelindung alami. Pohon pelindung harus bersifat alami &
mengubah iklim mikro, misalnya tanaman Albisia & Lamtoro.
Pemeliharaan
Tanaman
1) Penyiangan
Lakukan penyiangan secara kontinyu
& sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pemupukan & penggemburanyaitu
dua kali dlm setahun.
2) Perempalan/Pemangkasan
Ranting-ranting yang tumbuh kembar
& sudah tidak berbuah perlu dipangkas utk mencegah serangan hama &
penyakit. Gunakan gunting pangkas yang bersih & tajam utk menghindari
infeksi & lapisi bekas pangkasan dengan ter.
3) Pemupukan
Jenis & dosis pemupukan anjuran adalah:
a.
Pohon berumur 6 bulan dipupuk
campuran urea, SP-36 & KCl (3:2:1) sebanyak 200-250 gram/pohon.
b.
Pohon berumur 1-3 tahun dipupuk
campuran 400-500 gram Urea, 650-700 gram SP-36 & 900-1000 gram KCl (3:1:2) yang
diberikan dlm dua sampai tiga kali.
c.
Pohon berumur 4 tahun &
seterusnya dipupuk campuran urea, SP-36 & KCl (1:4:3) sebanyak 3-6 kg.pohon
ditambah 40 kg/pohon pupuk kandang. Pupuk ditaburkan di dlm larikan/di dlm
lubang-lubang di sekeliling batang dengan diameter sejauh ukuran tajuk pohon.
dlm larikan & lubang sekitar 10-20 cm sedangkan jarak antar lubang sekitar
100-150 cm.
Pengairan
& Penyiraman
Tanaman yang berumur di bawah lima
tahun memerlukan ketersediaan air yang cukup & terus menerus sehingga harus
disiram satu sampai dua hari sekali. Sedangkan pada pohon manggis yang berumur
lebih dari lima tahun, frekuensi penyiraman berangsur-angsur dapat dikurangi.
Penyiraman dilakukan pagi hari dengan cara menggenangi saluran irigasi atau
disiram.
Pemberian
Mulsa
Mulsa jerami dihamparkan setebal 3-5
cm menutupi tanah di sekeliling batang yang masih kecil utk
menekan gulma, menjaga kelembaban & aerasi & mengurangi penguapan air.
HAMA &
PENYAKIT
1.
Hama
i.
Ulat bulu
ii.
Hama ini melubangi daun.
iii.
Pengendalian: (1) menjaga sanitasi
lingkungan & pemeliharaan tanaman yang baik; (2) penyemprotan insektisida
Bayrusil 250 EC/Cymbush 50 EC dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
2.
Penyakit
a.
Bercak daun
Gejala: bercak pada daun yang tidak beraturan
berwarna abu-abu pada pusatnya (Pestalotia
sp.), coklat (Helminthosporium sp.)
& hitam pada sisi atas & bawah daun (Gloesporium sp.).
Pengendalian: mengurangi kelembaban yang berasal dari
tanaman pelindung, memotong bagian yang terserang & menyemprotkan fungisida
Bayfidan 250 EC/Baycolar 300 EC dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
b.
Jamur upas
Penyebab: Corticium
salmonicolor Berk.et Br.
Gejala: cabang/ranting mati karena jaringan kulit
mengering.
Pengendalian: memotong cabang/ranting, mengerok kulit
& kayu yang terserang parah & mengolesi bagian yang dipotong dengan
cat, atau disemprot dengan Derosal 60 WP 0.1-0.2 %.
c.
Hawar benang
Gejala: miselium jamur tumbuh pada permukaan cabang
& ranting membentuk benang putih yang dapat meluas sampai menutupi
permukaan bawah daun.
Pengendalian: menjaga kebersihan & memangkas daun yang
terserang.
d.
Kanker batang
Penyebab:
jamur Botryophaerisa ribis.
Gejala: warna kulit batang & cabang berubah &
mengeluarkan getah.
Pengendalian:
o
perbaikan drainase, menjaga
kebersihan kebun, pemotongan tanaman yang sakit;
o
penyemprotan fungisida Benlate utk
kanker batang, Cobox atau Cupravit bagi penyakit lainnya.
e.
Hawar rambut
§
Penyebab: jamur Marasmius equicrinis Mull.
§
Gejala: permukaan tanaman manggis
ditutupi bentuk serupa benang berwarna coklat tua kehitaman mirip ekor
kuda.
f.
Busuk buah
i.
Penyebab: jamur Botryodiplodia theobromae Penz.
ii. Gejala:
diawali dengan dengan membusuknya pangkal buah & meluas ke seluruh bagian
buah sehingga kulit buah menjadi suram.
iii.
Pengendalian: sama dengan kanker
batang.
g.
Busuk akar
o Penyebab: jamur Fomes
noxious Corner.
o Gejala: akar busuk & berwarna coklat.
PANEN
A.
Ciri & Umur Panen
Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu
& daya simpan manggis. Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga
mekar (SBM). Umur panen & ciri fisik manggis siap panen dapat dilihat berikut
ini :
1.
Panen 104 hari: warna kulit hijau
bintik ungu; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.
2.
Panen 106 hari: warna kulit ungu
merah 10-25%; berat 80-130 gram; diameter 55- 60 mm.
3.
Panen 108 hari: warna kulit ungu
merah 25-50%; berat 80-130 gram; diameter 55- 60 mm.
4.
Panen 110 hari: warna kulit ungu
merah 50-75%; berat 80-130 gram; diameter 55- 60 mm.
5.
Panen 114 hari: warna kulit ungu
merah; berat 80-130 gram; diameter 55-65 mm.
Untuk konsumsi lokal, buah dipetik
pada umur 114 SBM sedangkan utk ekspor pada umur 104-108 SBM.
B.
Cara Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara
memetik/memotong pangkal tangkai buah dengan alat bantu pisau tajam. utk
mencapai buah di tempat yang tinggi dapat digunakan tangga bertingkat dari
kayu/galah yang dilengkapi pisau & keranjang di ujungnya. Pemanjatan
seringkali diperlukan karena manggis adalah pohon hutan yang umurnya
dapat lebih dari 25 tahun.
C.
Periode Panen
Produksi panen pertama hanya 5-10
buah/pohon, kedua rata-rata 30 buah/pohon selanjutnya 600-1.000 buah/pohon
sesuai dengan umur pohon. Pada
puncak produksi, tanaman yang dipelihara intensif dapat menghasilkan 3.000
buah/pohon dengan rata-rata 2.000 buah/pohon. Produksi satu hektar (100
tanaman) dapat mencapai 200.000 butir atau sekitar 20 ton buah.
PASCAPANEN
b.
Penyortiran & Penggolongan :
Tempatkan buah yang baik dengan yang rusak & yang busuk dlm wadah yang
berbeda. Lakukan penyortiran berdasarkan ukuran buah hasil pengelompokan dari
Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok yaitu besar, sedang & kecil.
c.
Penyimpanan : Pada ruangan dengan
temperatur 4-6 derajat C buah dapat tetap segar selama 40 hari sedangkan pada
9-12 derajat C tahan sampai 33 hari.
Pengenalan
Berbagai Jenis Tanaman Perkebunan
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan
tanaman tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang
sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan
bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Buah alpukat kaya vitamin A dan
karoten yang baik , biasa tumbuh di dataran tinggi. Demikian juga dengan
mineral kalium dan rendah natrium. Manfaat alpukat adalah sebagai penghitam
rambut., untuk penderita diabetes, untuk kecantikan dan mengatasi mata lelah
dan sembab.
Buah manggis biasa di tanam di
daerah perkebunan karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.. Buah
manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat
sirop/sari buah. Dapat pula dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil
dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai
sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan.
Pengenalan
Berbagai Jenis Tanaman Kehutanan
Hutan
adalah kawasan yang ditumbuhi dengan pepohonan terutama pepohonan berkayu ,
yang menempati daerah yang cukup luas.
Contoh Tanaman Kehutanan
Gaharu atau Aquilaria merupakan kebutuhan pokok
bagi masyarakat di sejumlah negara di Timur Tengah. Manfaatnya untuk obat, kayu
Gaharu juga digunakan sebagai dupa untuk ritual keagamaan, minyaknya digunakan
sebagai bahan baku industri kosmetik dengan nilai sangat mahal.
Cengkeh adalah kuntum bunga kering yang
dihasilkan dari pohon cengkeh, pohon cengkeh banyak tumbuh di daerah tropis.
Cengkeh dimanfaatkan untuk penyedap makanan, minyaknya untuk meningkatkan
metabolisme tubuh dengan meningkatkan sirkulasi darah dan pembasmi kuman yang
ampuh dan penyembuh luka serta dapat melegakan tenggorokan.
Pengenalan Berbagai Jenis Tanaman Obat-obatan
Tanaman obat adalah
tanaman hasil budidaya rumahan yang berkhasiat sebagai oabat. Tanaman obat
biasanya ditanam pada sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun ataupun
ladang. Budidaya tanaman dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang
obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual. Setiap
orang dapat membudidayakan tanaman obat dan memanfaatkannya.
Temulawak
(Curcuma xanthorhiza roxb) sebagai tanaman obat asli Indonesia.Temulawak
digunakan secara turun temurun untuk mengobati sakit kuning, diare, maag, perut
kembung , pegal-pegal, menurunkan lemak darah, mencegah penggumpalan darah
sebagai antioksidan dan meningkatkan daya kekebalan tubuh.
Kencur
(Kaempferia galangal), rimpang ini adalah bagian tubuh yang paling penting,
kencur dapat hidup di mana
saja, selama tanah gembur dan subur, dengan sedikit teduh.
Manfaat kencur dapat sebagai obat, seperti Influenza, sakit kepala, dan
keseleo.
Beluntas
merupakan tanaman perdu tegak, berkayu, bercabang banyak, dengan tinggi bisa
mencapai dua meter. Secara tradisional daun beluntas digunakan sebagai obat
untuk menghilangkan bau badan, obat turun panas, obat batuk, dan obat diare.
Daun beluntas yang telah direbus sangat baik untuk mengobati sakit kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Aldhous, J.
R. & Low, A. J. 1974. The potential of Western Hemlock, Western Red Cedar,
Grand Fir and Noble Fir in Britain. Forestry Commission Bulletin 49.
Andrianto,
Rudi. 2012. Pengantar Agribisnis(online)(http://rudi-andrianto.blogspot.com/2012/12/materi-pengantar-agribisnis-pertanian.html diakses pada tanggal 02 Oktober 2013).
Anonim.
2010. Ubi kayu, (Online). http://shirodwikka.blogspot.com/2010/04/ubi-kayu.html. Diakses
4 Oktober 2013.
Anonim.
2012. Sejarah Singkat Buah Manggis,
(Online). http://atahadixamthoneplus93.blogspot.com/2012/08/sejarah-singkat-buah-manggis-queen-of.html.
Diakses 4 Oktober 2013.
Anonim.
2013. Teknis Budidaya Tanaman
Manggis.,(Online). http://om-tani.blogspot.com/2013/02/teknis-budidaya-tanaman-manggis.html.
Diakses 4 Oktober 2013.
Anonim.
2013. Kandungan dan Manfaat Ubi Kayu,
(Online).http://maulanabijak.blogspot.com/2013/06/kandungan-dan-manfaat-ubi-kayu.html.
Diakses 4 Oktober 2013.
Adhi Santika, 1994. Program Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
dalam Pelita VI. Proc. Simp. Hort. Nas., Malang. P. 36 – 42.
Amrin Kahar, 1994. Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura.
Proc. Simp. Hort. Nas., Malang. P. 54 -59.
Beveridge,
T. H. J. (2003). “Maturity and Quality Grades for Fruits and Vegetables”. In Handbook of Postharvest Technology, cereals,
fuits, vegetables, tea and spices. Ed. A. Chakraverty, .. Mujumdar,
G.S.V. Raghavan and H. S. Ramaswamy. Marcel Dekker, Inc. New York.
DEPTAN.
2012. Hasil Penelitian Ubi Kayu, (Online). http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/hasil-penelitian/ubi-kayu/250-teknologiproduksiubikayu.html.
Diakses 4 Oktober 2013.
Dudung Abdul Adjid, 1993. Kebijaksanaan Pengembangan
Hortikultura di Indonesia dalam Pelita VI. Seminar dan
Konggres PERHORTI. Malang 20-21 Nopember 1993. 13 pp.
Edmond, J.B., T.L. Senn, F.S. Andrew and R.G. Halfacre,
1975. Fundamentals of Horticulture. Tata McGraw Hill Publ. Co. Ltd. New Delhi. 560
pp.
Erlangga,
Donny. 2012. Definisi Komunikasi Agribisnis. http://donny-erlangga.blogspot.com/2012/04/definisi-komunikasi-agribisnis.html.
Diakses tanggal 2 Oktober 2013
Everard, J.
E. & Fourt, D. F. 1974. Monterey Pine and Bishop Pine as plantation trees
in southern Britain. Quarterly Journal of Forestry 68: 111-125.
Fadli,
Riski.2013. Sosialisasi
UU Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan,(Online). http://www.p2hp.kkp.go.id/berita-sosialisasi-uu-nomor-18-tahun-2012-tentang-pangan-.html.
Diakses 4 Oktober 2013.
Imatetani, 2010.
Inovasi Lingkungan Hidup Berbasis
Pertanian Kehutanan. Siaran pers. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2013.
Janick, J., 1972. Horticultural Science. W.H.
Freeman and Co. San Francisco. 586 pp.
Kasryno
F. 2000. Sumberdaya Manusia dan
Pengelolaan Lahan Pertanian di Indonesia. FAE, Vol. 18 No. 1 dan 2,
Desember 2000. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian.
Hal.25-51.
Kasumbogo Untung, 1994. Peranan Hortikultura dalam
Perbaikan Lingkungan Hidup.
Proc. Simp. Hort. Nas., Malang. P 22 – 25.
Kenzha.2012.
Peran Komunikasi dalam Sektor Agribisnis.
http://dimykenzha.blogspot.com/2012/03/peran-komunikasi-dalam-sektor.html.
Diakses tanggal 2 Oktober 2013
Notodimedjo, Soewarno. 1997. Strategi Pengembangan Hortikultura
Khususnya Buah-buahan dalam menyongsong Era Pasar Bebas. Pidato Pengukuhan Guru Besar
dalam Ilmu Hortikultura, Fak.Pertanian Unibraw, Malang. 74 pp.
Pantastico,
E.B. 1975. Postharvest Phyisiology, Handling and Utilization of Tropical and
Subtropical Fruits and Vegetables. The Avi Publishing Company, Inc.
Westport, Conecticut
Siswono Yudohusodo, 1999. Upaya Pemberdayaan Petani sebagai Faktor
Utama Program Pembangunan Nasional. Gerakan Terpadu Peduli Pertanian, Undip Semarang. 11 pp.
Sri Setyati Haryadi, 1994. Perbaikan Pendidikan di Bidang
Hortikultura. Proc. Simp. Hort. Nas., Malang. P
27 – 29.
Sugiyanto.
2013. Komunikasi Efektif Dalam
Pengembangan Agribisnis. Malang: Universitas Brawijaya
http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/e_makro/TWII/Tabel_html/Impor_TP.htm.
Diakses 4 Oktober 2013.
Tim
Dosen. 2012. Modul Praktikum Dasar
Komunikasi. Malang: Universitas Brawijaya.
Trubus.
2003. Bergandeng Tangan Sambut AFTA.
No.401, April 2003 XXXIV. Topik: Lobster Akuarium 10 Bulan Balik Modal. Hal.67.
0 comments:
Post a Comment