Pertanian Adalah penompang hidup bagi umat manusia April 2014 | Pertanian

Pages

Monday 21 April 2014

tugas kombis terstruktur

PAPER TUGAS TERSTRUKTUR
KOMUNIKASI AGRIBISNIS




Disusun Oleh:



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013
Peran Media Komunikasi dalam Konteks Agribisnis
Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Oleh karena itu pertanian menjadi sebuah sektor  yang memiliki peranan cukup penting. Salah satu ciri dari pertanian di Indonesia adalah pemilikan lahan pertanian yang sempit, Sehingga dengan demikian pengusaha pertanian di Indonesia dicirikan oleh banyaknya rumah tangga tani yang berusahatani dalam skala kecil.
Dalam banyak kenyataan di negara-negara berkembang, seringkali peranan petani kecil ini  dilupakan, sehingga mereka sering pula terlupakan untuk mendapatkan pelayanan, apakah itu pelayanan dalam bidang pertanian, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Akibatnya, mereka sering kurang responsif terhadap pengenalan teknologi baru, atau kurang mau melakukan usahatani yang sifatnya mempunyai resiko (dan ketidakpastian) yang tinggi.
Dalam kaitan dengan komunikasi pertanian, maka upaya yang perlu mendapatkan perhatian adalah bagaimana melakukan komunikasi dengan petani-petani kecil dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, agar pesan yang disampaikan melalui komunikasi pertanian dapat diserap dan selanjutnya diterapkan dalam usahatani mereka.
Dalam metode penyuluhan pertanian, pengertian diterapkan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Bagaimana petani kecil dapat bertani atau berusahatani dengan cara yang lebih baik, misalnya cara bercocoktanam, cara memelihara kesuburan tanah, cara memperlakukan teknologi lepas panen, dan sebagainya;
b.      Bagaimana petani kecil mampu dan mau berusahatani secara menguntungkan, baik dalam usahatani secara monokultur ataupun secara tumpangsari; dan
c.       Bagaimana petani kecil mampu meningkatkan kesejahteraannya atau bagaimana mereka dapat hidup sejahtera.
Dengan demikian, peranan komunikasi pertanian terhadap kehidupan petani kecil di Indonesia adalah sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan hidup petani dan keluarganya. Dalam proses komunikasi pertanian sendiri bukan saja dilakukan melaui cara satu arah (one-way traffic), tetapi juga dua arah (two-way traffic), yang tentu perlu diperhatikan aspek lingkungan atau sistem sosial yang ada disekelilingnya.
Berhubung karena sistem pertanian di Indonesia dicirikan oleh adanya banyak petani kecil, maka komunikasi pertanian sangat bermanfaat kalau diperhatikan kelompok sasaran petani kecil ini. Perlu diingat bahwa ciri petani kecil ini sangat kondisional dimana kehidupan petani kecil yang tinggal di satu daerah tentu berbeda dengan petani kecil lain yang tinggal di daerah lain, sehingga pelaksanaan pemberian pesan dari komunikator dalam melaksanakan komunikasi pertanian, perlu pula diperhatikan lingkungan seperti ini.
Pengenalan Sasaran dalam Praktek Bisnis Bidang Pertanian
Sasaran atau komunikan yaitu pihak yang menerima pesan komunikasi seseorang atau sekelompok orang atau organisasi institusi yang menjadi sasaran penerima pesan. Komunikan harus berkonsentrasi pada pesan untuk mengerti dengan baik dan benar akan pesan yang diterima dan memberikan umpan balik kepada pengirim untuk memastikan pembicara atau pengirim bahwa pesan telah diterima dan dimengerti.
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa didalam proses komunikasi terdapat proses-proses lain yang terjadi secara simultan, yaitu:
1.      Proses komunikasi persuasif, yang dilakukan oleh penyuluh dalam memfasilitasi sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) beserta keluarganya guna membantu mencari pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahan mereka, komunikasi ini sifatnya mengajak dengan menyajikan alternatif-alternatif pemecahan masalah, namun keputusan tetap pada sasaran.
2.      Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan “kuasa dan wenang” kepada pelaku utama dan pelaku usaha serta mendudukkannya sebagai “subyek” dalam proses pembangunan pertanian, bukan sebagai “obyek”, sehingga setiap orang pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki dan perempuan) mempunyai kesempatan yang sama untuk a). Berpartisipasi; b). Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan m odal; c) . Melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan keputusan; dan d). Memperoleh manfaat dalam setiap lini proses dan hasil pembangunan pertanian.
3.      Proses pertukaran informasi timbal-balik antara penyuluh dan sasaran (pelaku utama maupun pelaku usaha). Proses pertukaran informasi timbal-balik ini mengenai berbagai alternatif yang dilakukan dalam upaya pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahanya.
Fungsi penyuluhan pertanian terutama adalah memfasilitasi dan memotivasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha agar tercapai tujuan pengembangan sumberdaya manusia (SDM) dan peningkatan modal sosial, sehingga mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan (PUAP), fungsi penyuluhan pertanian memfasilitasi dalam bimbingan, pendampingan dan advokasi pengelolaan usaha agribisnis di perdesaan, memfasilitasi dan memotivasi penumbuhan dan pengembangan kelompoktani serta gabungan kelompok tani. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka penyuluh sebagai fasilitator harus menguasai selain falsafah dan prinsip-prinsip penyuluhan pertanian, juga Teknik Komunikasi Persuasif.Tugas dan fungsi Penyuluh Pertanian secara garis besar adalah melaksanakan fungsi sebagai fasilitator dalam kegiatan penyuluhan pertanian secara rinci dapat dibaca pada Pedoman Pembinaan Penyuluh Pertanian, Per.Men. No.37/Permentan/OT.140/3/2007.
Sasaran dalam Bidang Pertanian
·         Sasaran Utama: Petani dan seluruh keluarganya.
·         Sasaran Penentu: Pejabat Pemerintah, Peneliti, Lembaga Perkreditan, Produsen, Industriawan, Distributor, Periklanan.
·         Sasaran Pendukung : Anggota organisasi massa, seniman, tokoh agama & masyarakat konsumen hasil pertanian.
Berdasarkan kelompok sasaran, maka metode pendekatan komunikasi dapat dilakukan melalui:
1.      Metode pendekatan massa (mass approach method)
Cara pendekatan komunikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan awal serta kesadaran bagi petani tentang suatu inovasi yang berguna dalam meningkatkan hasil produksi usahatani mereka. Penyampaian pesan melalui cara ini biasanya disampaikan dalam pertemuan massal, melalui media massa: televisi, koran, film dan sebagainya. Pendekatan ini kurang efektif bagi petani-petani di Indonesia umumnya dan di Nusa Tenggara Timur khususnya, karena beberapa faktor berikut: (a) tidak bisa dipantau ataupun dievaluasi secara pasti keberhasilan yang telah dicapai oleh para petani; (b) wilayah jangkauan pendekatan sasaran terlalu luas; (c) rendahnya daya tangkap masyarakat petani, karena mereka rata-rata berpendidikan sangat rendah; dan (d) harga beberapa media yang digunakan seperti televisi dan koran sangat sulit dijangkau oleh tingkat ekonomi para petani
2.      Metode pendekatan kelompok (group approach method)
Cara pendekatan komunikasi ini dilakukan melalui penyampaian informasi inovasi kepada petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok petani, baik kelompok-kelompok petani tradisional, seperti Subak di Bali dan kelompok-kelompok petani yang sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti kelompnecapir di TVRI, Kelompok Tani dan Nelayan, Kelompok Swadaya Masyarakat, dan sebagainya. Dalam kegiatan komunikasi penyuluhan pertanian di Indonesia, pendekatan kelompok sudah menjadi metode dalam pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia di desa maupun di kota dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Dipandang dari segi komunikasi informasi, maka pendekatan kelompok ini jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan pendekatan massa, karena mempunyai beberapa keuntungan, sebagai berikut: (a) penyebaran inovasi teknologi dapat dipantau atau dievaluasi secara baik karena jumlah anggota sasarannya jelas; (b) Diantara anggota kelompok yang satu dengan yang lainnya dapat saling memberi dan menerima informasi, terutama tentang hal-hal yang belum jelas; (c) akan terjadi akumulasi modal (fisik maupun non-fisik) sehingga dapat memperlancar jalannya komunikasi dalam kelompok yang bersangkutan; (d) antara anggota kelompok dapat dilakukan reward and punishment system secara efektif dan efisien; dan (e) lebih menghemat biaya, tenaga dan waktu, tetap akan diperoleh hasil yang jauh lebih baik. Sebaliknya, pendekatan kelompok juga mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut: (a) jika manajemen kelompok kurang baik, maka akan terjadi penyimpangan, baik penyimpangan penyebaran informasi maupun penyimpangan pembagian keuntungan dari suatu inovasi; (b) komunikasi akan tidak efektif jika jenis usaha anggota kelompok beragam; dan (c) kemungkinan akan muncul kaum elit tertentu dalam kelompok apabila tidak diarahkan secara baik sehingga akan menghambat kehidupan berdemokrasi kelompok; dan (d) rendahnya keterampilan para petani dalam kehidupan kelompok/berorganisasi.
3.      Metode pendekatan individu (personal approach method)
Cara pendekatan ini dilakukan dengan cara mengunjungi para petani satu per satu, baik ke rumah petani maupun di kebun petani ataupun tempat-tempat tertentu yang memungkinkan untuk dilakukan komunikasi inovasi. Keuntungan-keuntung an dari metode pendekatan perorangan, antara lain: (a) petani yang dikunjungi seorang petugas merasa dihargai oleh petugas yang melakukan komunikasi pertanian; (b) meningkatkan kepercayaan diri petani karena komunikasi ini dapat dilakukan dari hati ke hati; (c) petani dapat menyampaikan segala macam keluhan/masukan- masukan bagi petugas/penyuluh tanpa merasa canggung dan malu dengan sesama teman petani; (d) petugas/penyuluh dapat menggali semua masalah serta kebutuhan maupun hambatan-hambatan yang dihadapi petani selama berusahatani; dan (e) petugas/penyuluh dapat memberikan informasi yang cocok dengan kebutuhan serta masalah petani pada saat itu.
Sebaliknya, metode pendekatan ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (a) tidak bisa menjangkau petani dalam jumlah yang banyak; (b) memakan waktu yang lama; (c) membutuhkan biaya yang tinggi; dan (d) membutuhkan banyak tenaga petugas/penyuluh.


4.      Metode Pendekatan Materi
Berdasarkan cara penyajian inovasi dalam rangka lebih menjamin efektivitas hasil komunikasi (khususnya dalam pertemuan kelompok), maka digunakan pendekatan gabungan berikut: (a) ceramah, diskusi dan tanya jawab; (b) demonstrasi cara dan demonstrasi hasil; dan (c) penggunaan alat bantu flipchart dan folder. Penggunaan metode gabungan ini cukup efektif, baik dalam mewujudkan komunikasi dua arah (two-way traffic communication) maupun peningkatan pemahaman serta kemampuan menerapkan inovasi yang diberikan. Dengan demikian, para petani akan lebih memahami dan mengerti tentang cara-cara menerapkan inovasi dalam praktek usahatani mereka.

PENGERTIAN PERDAGANGAN
Perdagangan dibedakan atas perdagangan besar dan perdagangan kecil. Dalam perdagangan besar jual beli berlangsung secara besar-besaran. Dalam perdagangan besar, barang tidak dijual/disampaikanl angsung kepada konsumen atau pengguna, sedangkan dalam perdagangan kecil, jual beli berlangsung secara kecil-kecilan dan barang dijual langsung kepada konsumen.
Sementara itu, pedagang sendiri jenisnya bermacam-macam. Ada pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang dari pintu kepintu (door to door), pedangang kios, pedangang kaki lima, grosir (pedagang besar), pedagang supermarket dan sebagainya. Jenis-jenis pedagang ini lazim dibedakan berdasarkan pada cara menawarkan barang dagangannya masing-masing.
Pedagang keliling adalah pedagang yang menawarkan barang dagangannya dengan cara berkeliling. Berkeliling di sini biasanya dilakukan dari RT ke RT, dari RW ke RW, dari kampung ke kampung, atau dari desa ke desa. Barang yang mereka tawarkan biasanya digendong, dipikul. Didorong dengang erobak, atau diangkut dengan sepeda atau kendaraan bermotor yang termasuk pedagang jenis ini adalah pedagang jamu gendong, pedagang bakso, pedagang eskrim dan lain-lain.
Pedagang asongan adalah pedagang yang menawarkan barang dagangannya dengan cara menempatkannya di kotak kecil yang mudah dibawa dan dipindah-pindahkan. Kotak tersebut biasanya mereka kalungkan di leher sepertitas, dan barang-barang yang merek atawa rkan biasanya berupa rokok, kore kapi, kembang gula, kertas tisu, kacang, kuaci, buah, dan barang-barang ringan lainnya.
Pedagang kaki lima adalah pedagang yang menawarkan barang dagangannya dengan cara menggelarnya di trotoar atau di tepi jalan yang ramai. Untuk menggelar dagangannya, mereka menggunakan tikar, terpal atau semacam balai-balai.Barang-barang yang mereka tawarkan umumnya berupa sepatu, pakaian, makanan, buah-buahan dan lain – lain.
Grosir adalah pedagang yang dalam menawarkan barang tidak langsung berhadapan dengan calon pembeli. Pedagang grosir  tidak langsung menawarkan barang kepada calon pembeli sebagaimana pedagang eceran, melainkan calon pembelilah yang mendatangi pedagang grosir.
Fungsi-fungsi Pedagang besar ini ialah :
1.      Pengumpulan dan penyebaran (assembling and distributing)
Inilah fungsi utama grosir, mereka berusaha mengumpulkan barang dari berbagai produsen kemudian menyebarkan kepedagang eceran
2.      Pembeliandanpenjual (buyers and selling)
Kegiatan pembelian sangat menentukan kelancaran grosir untuk mengembangkan tugas dan tanggungjawab menyampaikan  barang dan jasa ke konsumen. Setiap pembelian harus berdasarkan barang yang laku di pasar, karenase belum melakukan pembelian pasti mereka mengadakan penelitian walaupunb elum mendapatkan data lengkap.Sekurang-kurangnya mereka bisa mendapat data dalam selera konsumsi yang akan dihadapi.
3.      Pemilihan barang (selection of goods)
Pemilihan barang (sorting and standardizing) tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelian dan penjualan. Sebab grosir melakukan pemilihan terutama berdasarkan jenis, mutu, dan harga barang pilihannya. Keahlian grosir merupakan jaminan bagi produsen untuk mengetahui bahwa hasil produksinya mendapat permintaan dari konsumen atau laku di pasaran. Pilihan grosir yang ahli merupakan pedoman bagi produsen.
4.      Pemberian kredit (financing)
Dengan meningkatnya hasil perusahaan dan meluasnya pasaranbarang,
 Maka pemberian kredit meningkat. Dalam hal ini, fungsi kredit sangat memegang peranan penting umumnya dalam hasil industri yang ditampung oleh grosir. Grosir memberikan kredit kepada pedagang eceran yang dikenal sebagai istilah kredit leveransir.
5.      Penyimpanan (storage)
Penyimpanan merupakan fungsi grosir yang tidak pat diabaikan apalagi dengan semakin jauhnya konsumen. Setiap kali proses pembelian terjadi biasanya disimpan lebih dulu dalam gudang untuk diolah lagi atau dipilih untuk memudahkan penjualan.
6.      Pengangkutan (transportation)
Mengingat jauhnya pedagan geceran dan konsumen yang harusditemuiolehgrosir, maka fungsi pengangkutan sangat penting bagi kelancaran penyampaian barang pada pedagang eceran atau konsumen.

PENGERTIAN PENYULUHAN PERTANIAN DAN TUJUAN
            Penyuluhan pertanian merupakan suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani dipedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi secara baik, menguntungkandanmemuaskan.
            Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah kesanggupan para petani dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi keinginan mereka. Bila keluarga tani ingin maju, maka kaum taninya juga akan dinamis, yaitu tinggi respivitas dan penuh responsive terhadap hal-hal yang baru. Bila kaum tani dinamis, maka masyarakat luas akan besar kesadarannya untuk masalah-masalah social. Tujuan yang demikian disebut tujuan edukatif yang memberikan hasil sosiologis, misalnya: perubahan perilaku, keluarga tani maju, kaumtani dinamis dan masyarakat yang besa rkesadaranya.
            Disamping tujuan edukatif sosiologi s adaj uga tujuan-tujuan edukatif yang memberi hasil-hasil ekonomis, mislnya: penyuluhan pertanian bertujuan tercapainya penambahan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang selanjutnya menyebabkan keluarga-keluarga tani bertambah penghasilan, maka kaum tani akan tambah baik taraf hidupnya. Bila hal ini terjadi maka akant erdapat suatu masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
            Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan itu bermanfaat, maka harus memenuhi syarat berikut ini:
1.      Dinamis dan mendorong beraksi
2.      Diinginkan masyarakat, biasanya akan mengarah kepada tujuan akhir dari penyuluhan pertanian
3.      Dapat dicapai dengans ingkat dan dapat dilakukan
4.      Membangun, senantiasa menjenjang kepadat ingkatan yang lebih tinggi
5.      Dapat dinilai, diukur dan memungkinkan pembuktian tentang adanya pengembangan seseorang
6.      Jelas
7.      Dapat diuraikan dalam artian perilaku akan perubajan seseorang
PeranPenyedia Jasa Dalam Komunikasi Agribisnis
Rudi Andrianto (2012) menjelaskan peran dan fungsi lembaga pendukung agribisnis sebagai berikut:
                  Sebagai channelling institution, berfungsi :melakukan mediasi diantara sub sistem utama.
                  Sebagai lembaga supporting institution, berfungsi :melayani kebutuhan yang diperlukan. (informasi, modal, cara, dan lain-lain.)
                  Sebagai advocating institution, berfungsi : melakukan pendampingan danpelatihan. Pendampingan --- membimbing, memberitahukan pada suatu bidang.
                  Sebagai safety institution, berfungsi : melakukan perlindungan dan penjaminan aktivitas kegiatan
Dari penjelasan diatas,penyedia jasa agribisnis atau lembaga pendukung agribisnis merupakan salah satu pelaku agribisnis yang penting keberadaannya dalam proses komunikasi agribisnis. Dalam perannya sebagai advocating institution, penyedia jasa berfungsi untuk melakukan pendampingan dan pelatihan kepada petani seputar kegiatan usahatani yang dijalankan petani tersebut.Sebagai lembaga supporting institution, penyedia jasa berfungsi untuk melayani setiap kebutuhan yang diperlukan petani dalam kegiatan usahataninya seperti informasi terbaru dalam bidang pertanian, bantuan modal, dan lain sebagainnya. Sebagai contoh, koperasi sebagai penyedia jasa dalam agribisnis menjadi chanel/perantara dalam kegiatan yang mendukung kegiatan agribisnis.
Peran Petani Dalam Kegiatan Komunikasi Agribisnis Serta Pembangunan Pertanian
Peran petani dalam kegiatan komunikasi agribisnis merupakan target atau receiver dari petugas penyuluhan dengan memberikan informasi-informasi seputar usahatani kepada parapetani. Kemudian petani yang mendapatkan informasi dapat menerapkan informasi tersebut dengan mengadaptasi hal-hal dari informasi yang sesuai dengan kondisi usahatani mereka. Dengan diberikannya informasi terkait usahatani diharapkan petani dapat mengembangkan usahatani mereka, oleh karena itu komunikasi agribisnis sangat pemting bagi perkembangan usahatani para petani.
Petani adalah pelaksana utama pembangunan pertanian, maka keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia pertanian (Kasryno, 2000).Sedangkan menurut Krishnamurthi (2003) yang dikutip Trubus, 80 persen keberhasilan pertanian ditentukan petani. Peran petani dalam pembangunan pertanian sangat penting karena pembangunan pertanians angat bergantung dari bagaimana petani dapat mengembangkan usahatani mereka. Perkembangan usahatani petani merupakant itikterpentin gpembangunan pertanian negara sehingga perlu perhatian lebih yang diperukan bagi petani dalam usahatani mereka. Bantuan dari berbagai pihak dapat dimanfaatkan petani dalam mengembangkan usahataninya, sehingga pembangunan pertanian pun dapat terus berkembang.

KOMODITI TANAMAN PANGAN (UBI KAYU) DAN HORTIKULTURA (MANNGIS)
            Komunikasi agribisnis salah satunya dalah penyampaian informasi kepada komunikan (petani atau pengusaha dalam sektor pertanian dan pihak terakiat) dari sumber dengan berbagai bentuk media yang digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengenalan komoditi tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu bentuk komunikasi itu sendiri sehingga dapat diketahui informasi tentang tanaman tersebut dan dapat diketahui teknik budidayanya, pengolahan hasil hingga prospek pasar. Oleh karena itu diperlukan suatu pengenalan berbagai komoditi pertanian agar terdapat banyak alternatif pilihan dalam berusaha tani.
A.    PENGENALAN KOMODITI TANAMAN PANGAN (UBI KAYU)
Menurut Pasal 1 UU Nomor 18 tahun 2012 tentang pangan ini  disebutkan bahwa “definisi pangan adalah  segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan peternakan, perairan dan air  baik yang diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia”. Sedangkan, komoditas adalah sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh investor melalui bursa berjangka. Secara lebih umum, komoditas adalah suatu produk yang diperdagangkan, termasuk valuta asing, instrumen keuangan dan indeks.
Dari kedua definisi tersebut dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa komoditas pangan adalah hasil sumber daya hayati yang diperdagangkan guna sebagai terwujudnya kesejahteraan manusia. Di Indonesia  Dalam http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/e_makro/TWII/Tabel_html/Impor_TP.htm disebutkan berbagai volume impor komoditas pangan Indonesia antara tahun 2008-2011, komoditanya yaitu: beras, gandum, jagung, kacang tanah,  kedelai, ubi jalar, ubi kayu dll. Dalam paper ini dibahas secara singkat tentang ubi kayu.
A.    UBI KAYU
Ubi kayu atau singkong (Mannihot esculenta) berasal dari Brazil, Amerika Selatan, menyebar ke Asia pada awal abad ke-17 dibawa oleh pedagang Spanyol dari Mexico ke Philipina. Kemudian menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ubi kayu merupakan makanan pokok di beberapa negara Afrika. Di samping sebagai bahan makanan, ubi kayu juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Ubinya mengandung air sekitar 60%, pati 25-35%, serta protein, mineral, serat, kalsium, dan fosfat. Ubi kayu merupakan sumber energi yang lebih tinggi dibanding padi, jagung, ubi jalar, dan sorgum.
Singkong diolah menjadi bioetanol, pengganti premium. Menurut Dr Ir Tatang H Soerawidjaja, dari Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), singkong salah satu sumber pati. Pati senyawa karbohidrat kompleks. Sebelum difermentasi, pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana. Untuk mengurai pati, perlu bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan itu menghasilkan enzim alfamilase dan glukoamilase yang berperan mengurai pati menjadi glukosa alias gula sederhana. Setelah menjadi gula, baru difermentasi menjadi etanol.
Sejak lima tahun terakhir Indonesia mengalami penurunan produksi minyak nasional yang disebabkan menurunnya secara alamiah (natural decline) cadangan minyak pada sumur-sumur yang berproduksi. Di lain pihak, pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk memenuhi kebutuhan BBM tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Menurut Ditjen Migas, impor BBM terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 106,9 juta barrel pada 2002 menjadi 116,2 juta barrel pada 2003 dan 154,4 juta barrel pada 2004. Dilihat dari jenis BBM yang diimpor, minyak solar (ADO) merupakan volume impor terbesar setiap tahunnya. Pada 2002, impor BBM jenis ini mencapai 60,6 juta barrel atau 56,7 % dari total, kemudian meningkat menjadi 61,1 juta barrel pada 2003 dan 77,6 juta barrel pada 2004.
Untuk mencukupi kebutuhan pabrik komersial bioetanol yang merupakan bahan baku utama gasohol (bahan bakar campuran bensin dan etanol) B2TPBBPT saat ini memiliki fasilitas pengkajian dan pengembangan produksi bioetanol menggunakan bahan baku berpati. Agar produksi bioetanol dapat terus meningkat, Departemen Pertanian harus bersikap proaktif, yakni mendorong para petani untuk menggenjot produksi aneka bahan baku, termasuk ubi kayu, ubi jalar,sagu, dan tebu. Pengembangan gasohol perlu dikembangkan, karena bukan hanya dapat mengurangi konsumsi bensin, melainkan juga berdampak pada emisi gas buang kendaraan yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Beberapa negara yang sudah mulai menggunakan gasohol berbasis alkohol nabati adalah Amerika Serikat, Swedia, Perancis, Brasil, dan India. Mulai sekarang Indonesia harus mengembangkan gasohol. Apalagi, sumber daya hayati berkarbohidrat yang kita miliki sangat berlimpah.
Disisi lain, kendaraan yang beroperasi di Indonesia kebanyakan berbahan bakar bensin dan solar yang berasal dari energi fosil. Menurut Nuralamsyah (2005), konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Secara keseluruhan konsumsi BBM selama tahun 2004 mencapai 61,7 juta kiloliter, dengan rincian 26,9 juta kiloliter minyak solar, 16,2 juta kiloliter premium, 11,7 juta kiloliter minyak tanah, 5,7 juta kiloliter minyak bakar, dan 1,1 juta kiloliter minyak diesel. Padahal kemampuan produksi bahan bakar minyak di dalam negeri hanya sekitar 44,8 juta kiloliter, sehingga sebahagian kebutuhan bahan bakar di dalam negeri harus diimpor. Setiap bulan, impor minyak mentah dan BBM mencapai 1,5 Milyar dollar AS atau sekitar 15 Triliyun rupiah.
1.      Sistematika ubi kayu
Ubi kayu (Mannihot esculenta) termaasuk tumbuhan berbatang pohon lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter. Pemeliharaannya mudah dan produktif. Ubi kayu dapat tumbuh subur di daerah yang berketinggian 1200 meter di atas permukaan air laut. Daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau atau merah.
Ubi kayu dikenal dengan nama Cassava (Inggris), Kasapen, sampeu, kowi dangdeur (Sunda); Ubi kayu, singkong, ketela pohon (Indonesia); Pohon, bodin, ketela bodin, tela jendral, tela kaspo (Jawa).
Ubi kayu mempunyai komposisi kandungan kimia ( per 100 gram ) antara lain : – Kalori 146 kal – Protein 1,2 gram – Lemak 0,3 gram – Hidrat arang 34,7 gram – Kalsium 33 mg – Fosfor 40 mg – Zat besi 0,7 mg Buah ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) : – Vitamin B1 0,06 mg – Vitamin C 30 mg – dan 75 % bagian buah dapat dimakan. Daun ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) : – Vitamin A 11000 SI – Vitamin C 275 mg – Vitamin B1 0,12 mg – Kalsium 165 mg – Kalori 73 kal – Fosfor 54 mg – Protein 6,8 gram – Lemak 1,2 gram – Hidrat arang 13 gram – Zat besi 2 mg – dan 87 % bagian daun dapat dimakan. Kulit batang ubi kayu mengandung tanin, enzim peroksidase, glikosida dan kalsium oksalat.
Secara taksonomi ubi kayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Suku : Euphorbiaceae
Subsuku : Crotonoideae
Tribe : Manihoteae
Marga : Mannihot
Spesies : M. esculenta

Fungsi singkong (ubi kayu) sudah mulai bergeser, dari penyediaan bahan pangan, berpotensi menjadi bahan baku untuk pengembangan bio-ethanol. Kebutuhan bio-ethanol sampai dengan 2010 tergolong cukup tinggi, yaitu mencapai 1,8 juta kilo liter. Demikian yang dilaporkan Mingguan AgroIndonesia, dalam seminar di Puslitbang Tanaman Pangan Bogor.
Dalam seminar yang berjudul “Skenario Pengembangan Ubi Kayu Mendukung Program Pengembangan Energei Alternatif Bersumber dari Bio-Ethanol”, J. Wargiono dalm http://shirodwikka.blogspot.com/2010/04/ubi-kayu.html mengatakan bahwa untuk mendukung program tersebut perlu “menggenjot” produksi ubi kayu secara nasional hingga 15%. Lebih lanjut mengatakan bahwa besarnya kebutuhan industri agar pasokannya bahan bakunya aman, memang sudah dihitung. Selain itu tidak semua propinsi wajib mengembangkan dan mengikuti skenario ini. Jika daerah-daerah tersebut terdapat daerah kantung-kantung kemiskinan dan kelaparan, prioritas utama untuk mendukung penyediaan bahan pangan.
2.      Teknik Budidaya
Dalam budidaya ubi kayu dikembangkan teknik baru yaitu teknologi produksi ubi kayu monokultur dan tumpangsari double-row. Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau tumpang-sisip). Untuk petani yang mengutamakan hasil ubi kayu, namun ingin mendapatkan tambahan penghasilan dari kacang-kacangan, padi gogo, atau jagung, maka dapat menggunakan teknik budidaya secara baris ganda (double row). Dengan pengaturan tanam double-row dimungkinkan untuk menanam dua kali tanaman kacang-kacangan, tanpa mengurangi hasil panenan ubi kayu. Dengan teknik ini, petani lebih cepat mendapat hasil tunai dari panen kacang-kacangan sementara menunggu tanaman ubi kayu dapat dipanen.
Penyiapan Bibit dan Varietas
1.      Bibit / Stek
§  Bibit berupa stek diambil dari tanaman yang sehat dan berumur lebih dari 7 bulan namun kurang dari 14 bulan.
§  Yang digunakan untuk stek adalah bagian tengah batang yang bagus. Bagian pucuk yang masih terlalu muda (sekitar 50 cm) dan bagian pangkal yang terlalu tua (sekitar 20 cm) sebaiknya tidak digunakan untuk stek.
§  Batang kemudian dipotong-potong dengan gergaji. Untuk stek normal panjang stek sekitar 15–25 cm.
§  Apabila terpaksa menggunakan batang yang terserang hama/penyakit, maka stek perlu disemprot atau direndam dalam pestisida sebelum ditanam.
2.      Varietas Unggul
§  Pemilihan varietas disesuaikan dengan keperluan. Saat ini banyak tersedia pilihan varietas unggul ubi kayu. Untuk konsumsi langsung, pilih yang kualitas rebusnya baik dan rasanya enak (tidak pahit), seperti Malang-1 atau  Adira-1. Untuk tepung/tapioka, pilih varietas unggul yang kadar patinya tinggi, walaupun rasanya biasanya pahit (langu).
3.      Budi Daya Monokultur
1.    Pengolahan Tanah dan Tanam
§  Tanah diolah sedalam sekitar 25 cm
§  Pada awal pertumbuhan, ubi kayu memerlukan air yang cukup. Oleh karena itu, apabila tidak menggunakan irigasi, tanam sebaiknya dilakukan pada musim hujan.
§  Stek ditanam dengan cara menancapkan ke tanah sedalam sekitar 3 - 5 cm. Posisi stek jangan sampai terbalik.
§  Jarak tanam yang umum digunakan adalah 80 x 70 cm atau 100 x 70 cm, tergantung varietas.  Dengan jarak tanam ini populasi mencapai 13.000–17.000 tanaman/ha. Jarak tanam yang lebih rapat biasanya menghasilkan umbi yang lebih kecil walaupun produksi per hektarnya tidak berkurang.
2.    Pemupukan
§  Takaran pupuk yang dibutuhkan adalah 200 kg Urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl per hektar, yang diberikan dalam dua tahap:
§  umur 7–10 hari dipupuk dengan takaran 100 kg Urea, 100 kg SP36, dan 50 kg KCl per hektar.
§  umur 2–3 bulan dipupuk dengan takaran 100 kg Urea dan 50 kg KCl per hektar.
§  bila dianggap perlu, pada umur 5 bulan bisa ditambahkan Urea.
§  Pupuk diberikan secara tugal, sekitar 15 cm dari tanaman
3.    Wiwil (membatasi jumlah tunas)
§  pada umur 1 bulan tunas-tunas yang berlebih dibuang/dirempes, menyisakan 2 tunas yang paling baik.
4.    Penyiangan dan Pembumbunan
§  penyiangan dilakukan sedikitnya 1–2 kali, sehingga tanaman bebas gulma hingga umur 3 bulan.
§  pada umur 2–3 bulan perlu dilakukan pembumbunan.
5.    Panen
§  umur panen ubi kayu bervariasi menurut varietasnya. Varietas unggul umumnya dapat dipanen pada umur 8–11 bulan.
            Tumpangsari Ubi Kayu dan Kacang-Kacangan Sistem Double-Row
Pada dasarnya teknik ini adalah menggabungkan tiga macam budi daya, yakni
§  budi daya monokultur tanaman kacang tanah pada musim pertama (awal musim hujan)
§  tumpang-sisip dengan penanaman ubi kayu  yang diatur secara baris ganda (double-row) (umur kacang tanah 20 hari)
§  budi daya lorong tanaman kacang-kacangan di antara ubi kayu pada musim kedua (menjelang akhir musim hujan)
Walaupun populasi ubi kayu sedikit lebih rendah dibanding populasi monokultur (sekitar 90%), namun pengaturan jarak tanam yang berbeda tersebut dan penanaman tumpangsari hasil ubi kayu bisa lebih tinggi daripada monokultur.
1.      Penanaman Kacang tanah (pada awal Musim Hujan-1)
§  Kacang tanah ditanam dengan populasi 100% (budi daya monokultur biasa).
2.      Penanaman Ubi Kayu Double-row
a.       Tanaman ubi kayu ditanam 20 hari setelah tanaman kacang tanah ditanam.
b.      Ubi kayu ditanam secara baris ganda dengan jarak tanam (60x70) x 260 cm.  Jarak tanam 60 x 70 cm adalah jarak tanam ubi kayu dalam baris ganda, sedangkan 260 cm adalah jarak antar baris ganda ubi kayu (lihat gambar).
c.       Dengan pola tersebut, populasi ubi kayu sekitar 90% dari cara tanam monokultur (populasi monokultur 10.000 tanaman/ha).
3.      Pemupukan dan Pemeliharaan
a.       Pemupukan dan pemeliharaan tanaman kacang-kacangan sama dengan pola monokultur.
b.      Selama masih ada pertanaman kacang-kacangan, pemeliharaan ubi kayu tidak dilakukan, kecuali “wiwil” (pembatasan tunas) yang dilakukan pada umur 1 bulan (lihat budi daya ubi kayu monokultur).
c.       Pemeliharaan dan pemupukan ubi  kayu dilakukan setelah kacang-kacangan pertama dipanen. Acuan dosis pemupukan dan pemeliharaan (penyiangan, pembumbunan, dst) seperti pada budidaya monokultur.
4.      Penanaman Kacang-kacangan Kedua (akhir musim hujan/MH-2)
a.       Setelah kacang-kacangan dipanen, maka tersedia ruang di antara baris ganda ubi kayu selebar 260 cm.
b.      Di  antara lorong tersebut dapat ditanam kacang-kacangan sebanyak 5 (lima) baris dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 35 x 20 cm. Dengan jarak tanam ini populasi sekitar 70% dari monokultur.
5.      Pemupukan, Pemeliharaan, dan Panen
a.       Melihat teknik budi daya monokultur masing-masing komoditas.


Varietas Unggul Ubi Kayu
Adira-1 (enak)
Malang-1 (enak)
Hasil 25 t/ha
Hasil 36 t/ha
Umur panen 7–10 bulan
Umur panen 9–10 bulan
Daging umbi kuning, rasa enak
Daging umbi putih kekuningan
sesuai untuk kripik, tape, dan ubi kukus
kualitas rebus baik, rasa enak dan manis
Agak tahan hama tungau merah  
Sesuai untuk konsumsi maupun pati
tahan penyakit bakteri hawar daun
Toleran hama tungau merah dan penyakit becak daun
Adira-4
UJ-3
Hasil 40 t/ha
Hasil 30 t/ha
Umur panen 10 bulan
Umur panen 8–10 bulan
Daging umbi putih, rasa agak pahit
Daging umbi putih kekuningan, rasa pahit, 
Sesuai untuk pati atau tepung
sesuai untuk tepung dan pati. 
Agak tahan hama tungau merah dan penyakit bakteri hawar daun
Agak tahan penyakit CBB (Cassava Bacterial Blight)
Beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah dan kesuburan
UJ-5
Malang-4
Hasil 36 t/ha
Hasil 40 t/ha
Umur panen 8–10 bulan
umur panen 9 bulan
Daging umbi putih, rasa pahit,
Daging umbi putih, rasa pahit,
sesuai untuk tepung dan pati
sesuai untuk pati dan tepung
Agak tahan Cassava Bacterial Blight
Agak tahan hama tungau merah
Adaptif pada tanah bertekstur ringan
Beradaptasi dengan baik pada lahan kurang subur dan bertekstur berat
Malang 6
CMM 99008-3 (Calon Varietas)
Hasil 40 t/ha






Hasil umbi rata-rata 32 t/ha. 





umur panen 9 bulan
Umur panen 9–10 bulan. 
Daging umbi putih, rasa pahit;
Rasa enak, warna daging umbi putih, 
sesuai untuk pati dan tepung
sesuai untuk bahan pangan, 
Agak tahan hama tungau merah 
hemat untuk bahan bioetanol (4,23 kg/liter bioetanol)
Beradaptasi dengan baik pada lahan kurang subur dan tekstur berat
CMM 02048-6 (Calon Varietas)
Hasil umbi rata-rata 32 t/ha.
Umur panen 7–8 bulan.
Rasa enak, 
warna umbi agak kuning (kaya vitamin A),
sesuai untuk pangan dan industri.
Toleran hama tungau



Manfaat ubi kayu dalam http://maulanabijak.blogspot.com/2013/06/kandungan-dan-manfaat-ubi-kayu.html manfaat ubi kayu sendiri untuk kesehatan sangatlah baik, dan juga sangat berguna untuk mengobati macam penyakit, ubi kayu sendiri Memiliki banyak kandunagn dan banyak penyakit yang bisa diobati antara nya adalah demam, diare dan luka bernanah selain itu masih ada lagi.
A.    Kandungan kimia ubi kayu per 100 gram
Kalori 146 kal
Protein 1,2 gram
Lemak 0,3 gram
Hidrat arang 34,7 gram
Kalsium 33 mg
Fosfor 40 mg
Zat besi 0,7 mg
B.     Kandungan gizi ubi kayu per 100 gram 
Vitamin B1 0,06 mg
Vitamin C 30 mg 
Dan 70% bagian buah umbi kayu dapat dimakan.
C.     Kandungan daun ubi kayu per 100 gram
Vitamin A 11000 SI
Vitamin C 275 mg
Vitamin B1 0,12 mg
Kalsium 165 mg
Kalori 73 kal
Fosfor 54 mg
Protein 6,8 gram
Lemak 1,2 gram
Hidrat arang 13 gram 
Zat besi 2 mg
87% Bagian daun daun dapat dimakan.
D.    Kulit batang ubi kayu
Tanin
Enzim peroksidase
Glikosida
Kalsium oksalat.
Dari sekian banyaknya kandungan gizi dan kimia ubi kayu, sehingga tak mengherankan kalau khasiat ubi kayu sangat banyak sekali dibidang kesehatan, Berikut ini adalah beberapa khasiat ubi kayu untuk mengobati beberapa penyakit dan cara mengolahnya.
1.      Sakit demam
Siap 1 potong batang daun ubi kayu, rebus dengan 3 gelas air sampai mendidih. Kemudian saring untuk diambil airnya, lalu minum dua kali sehari pagi dan sore.
2.      Obat diare
Ambil tujuh lembar daun ubi kayu, cuci sampai bersih kemudian rebus dengan volume air 4 gelas sampai mendidih dan tersisa 2 gelas, kemudian saring ambil airnya. Minum dua kali sehari, pagi dan sore, Untuk anak-anak yang masih menyusui terkena diare, ibunya yang minum air ramuan tersebut.
3.      Luka baru barang panas
Ambil 1 potong buah ubi kayu buang kulitnya lalu parut peras ambil airnya. Biarkan beberapa saat sampai tepungnya mengendap. Ambil tepungnya dan gunakan untuk mengolesi bagian tubuh yang luka.
4.      Luka bernanah
Ambil batang daun ubi kayu yang masih muda secukupnya, tumbuk sampai halus, gunakan untuk membalur tubuh yang mengalami luka.

B.     HORTIKULTURA
Hortikultura berasal dari kata “hortus” (= garden atau kebun) dan “colere” (= to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias (Janick, 1972 ; Edmond et al., 1975). Sehingga Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan.
Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga).
Peranan hortikultura adalah : a). Memperbaiki gizi masyarakat, b) memperbesar devisa negara, c) memperluas kesempatan kerja, d) meningkatkan pendapatan petani, dan  e)pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Namun dalam kita membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a). Tidak dpat disimpan lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c) mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan e) fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997). Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut.
Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah menilik dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang. Oleh karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan devisanya dari hasil hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas hortikultura yang serba  Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, bahkan Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan sebagainya.
Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam skala perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional, sedangkan jenis komoditas hortikultura yang diusahakan masih terbatas. Apabila dilihat dari data selama Pelita V pengembangan hortikultura yang lebih ditekankan pada peningkatan keragaman komoditas telah menunjukkan hasil  yang cukup menggembirakan, yaitu pada periode 1988 – 1992 telah terjadi peningkatan produktivitas sayuran dari 3,3 ton/ha menjadi 7,7 ton/ha,  dan buah-buahan dari 7,5 ton/ha menjadi 9,9 ton/ha (Amrin Kahar, 1994).
Terjadinya peningkatan tersebut dapat dikatakan bahwa petani hortikultura merupakan petani yang responsif terhadap inovasi teknologi berupa : penerapan teknologi budidaya, penggunaan sarana produksi dan pemakaian benih/bibit yang bermutu. Tampak disini bahwa komoditas hortikultura memiliki potensi untuk menjadi salah satu pertumbuhan baru di sektor pertanian. Oleh karena itu dimasa mendatang perlu ditingkatkan lagi penanganannya terutama dalam menyongsong pasar bebas abad 21.
TANTANGAN DAN PELUANG
Indonesia adalah negara tropis dengan wilayah cukup luas, dengan variasi agroklimat yang tinggi,  merupakan daerah yang potensial bagi pengembangan Hortikultura baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Variasi agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun.
Peluang pasar dalam negeri bagi komoditas hortikultura diharapkan akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan masyarakat. Peningkatan kebutuhan komoditas hortikultura ini juga ditunjang oleh perkembangan sektor industri pariwisata dan peningkatan ekspor. Apabila dilihat terhadap kebutuhan konsumsi buah dan sayuran, nampak bahwa kebutuhan masing-masing adalah 32,6 kg/kapita/tahun dan 32 kg/kapita/tahun, ternyata baru tercapai sekitar 21,1 kg/kapita/tahun dan 14 kg/kapita/tahun (Sunaryono, 1987, dalam Notodimedjo, 1997). Dari kenyataan tersebut tercermin adanya peluang dan tantangan yang harus kita hadapi.
Di era globalisasi ini, kita dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat, oleh karena itu kita harus mampu memanfaatkan keunggulan yang kita miliki, baik keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang perlu ditingkatkan secara kualitatif. Globalisasi ini jelas akan menimbulkan peluang sekaligus ancaman bagi pembangunan pertanian dan perdagangan nasional di masa mendatang. Sukses tidaknya Indonesia dalam memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman akan ditentukan oleh kemampuan untuk mendayagunakan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan yang ada secara efisien, produktif dan efektif dalam rangka mewujudkan daya saing yang semakin meningkat dalam skala global atas barang dan jasa yang dihasilkan.
Menghadapi persaingan yang semakin tajam mutlak diperlukan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan terlebih dunia usaha diharuskan mempersiapkan diri dengan langkah-langkah yang konkrit, sehingga mampu membangun suatu sistem ekonomi yang memiliki daya hidup dan berkembang secara mandiri serta mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat Indonesia.
Kita perlu menyadari bahwa kita dikelilingi oleh negara-negara yang memiliki daya saing yang kuat, apabila kita tidak meningkatkan daya saing maka tidak akan mampu bersaing, bukan hanya di pasar luar negeri, tetapi juga di pasar dalam negeri sendiri, yang telah nampak pada kasus sekarang ini, seperti : beras, gula, buah-buahan dan lainnya.
Rendahnya daya saing sektor pertanian kita disebabkan oleh : sempitnya penguasaan lahan, tidak efisiennya usahatani, dan iklim usaha yang kurang kondusif serta ketergantungan pada alam masih tinggi.  Untuk meningkatkan daya saing sektor pertanian ini tidak ada jalan lain, selain kerja keras masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pertanian, membuka areal pertanian baru yang dibagikan kepada petani-petani gurem/buruh tani, memperluas pengusahaan lahan oleh setiap keluarga tani dan menggunakan teknologi maju untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian (Siswono Yudohusodo, 1999).
Dengan adanya arus globalisasi, tidak mungkin dihindari semakin lama produk hortikultura yang masuk ke Indonesia dari negara-negara lain akan semakin beragam jenisnya dan volumenya semakin banyak. Menghadapi realitas ini mau tidak mau produk hortikultura harus bersaing dengan produk dari negara lain. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut dengan tanpa mengesampingkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai tentunya perlu dikaji berbagai permasalahan yang ada sehingga upaya pencapaian tujuan di atas dapat terlaksana dengan baik.
Permasalahan yang menonjol dalam upaya pengembangan hortikultura ialah produktivitas yang masih tergolong rendah, hal ini merupakan refleksi dari rangkaian berbagai faktor yang ada, antara lain : pola usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya penerapan teknologi budidaya  (Dudung Abdul Adjid, 1993).
Selanjutnya Dudung Abdul Adjid (1993) menyatakan bahwa pada Pelita VI yang merupakan awal PJPT II ditandai dengan terjadinya arus globalisasi yang mengakibatkan pembangunan nasional semakin terkait dengan perkembangan dunia internasional antara lain dengan adanya putaran Uruguay (GATT) sehingga pasar Indonesia khususnya di bidang pertanian makin terbuka akan produk pertanian dari luar negeri. Kondisi ini selain mengandung berbagai kendala juga membuka peluang pasar internasional yang besar bagi produk pertanian yang sifatnya kompetitif.
Kondisi tersebut merupakan tantangan yang cukup berat bagi pengembangan hortikultura pada khususnya, karena dalam pengusahaannya dituntut untuk efisien, mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil, meningkatkan mutu pengolahan hasil serta menunjang pembangunan wilayah. Oleh karena itu dalam pengembangan hortikultura tidak lagi hanya memperhatikan aspek produksi, tetapi lebih menitik beratkan pada pengembangan komoditi yang berorientasi pasar (agribisnis).
PENGELOLAAN HORTIKULTURA YANG BERKELANJUTAN
Komoditas hortikultura selain menjadi salah satu komoditas andalan ekspor non migas, tanaman dan produk yang dihasilkannya banyak memberikan keuntungan bagi manusia dan lingkungan hidup. Buah-buahan dan sayuran yang dikonsumsi bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia; pohon buah-buahan, sayuran dan tanaman hias dapat berfungsi sebagai penyejuk, penyerap air hujan, peneduh dan penyerap CO2 atau pencemar udara lainnya; limbah tanamannya serta limbah buah atau sayuran dapat dipergunakan sebagai pupuk organik atau kompos yang dapat menyuburkan tanah, sedang keindahannya dapat dinikmati dan berpengaruh baik bagi kesehatan jiwa. Tetapi keuntungan-keuntungan tersebut menjadi berkurang manakala teknik budidaya yang dilaksanakan malah menimbulkan pencemaran, baik terhadap lingkungan hidup  maupun terhadap kesehatan manusia.
Dalam GBHN 1993 pembangunan pertanian hortikultura yang meliputi tanaman sayuran, buah-buahan dan tanaman hias ditumbuh kembangkan menjadi agribisnis dalam rangka memanfaatkan peluang dan keunggulan komparatif berupa : iklim yang bervariasi, tanah yang subur, tenaga kerja yang banyak serta lahan yang tersedia. Produksi hortikultura diarahkan agar mampu mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri termasuk agroindustri serta memenuhi kebutuhan pasar luar negeri.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu penerapan sistem budidaya hortikultura yang lebih baik serta penggunaan teknologi yang tepat dan berwawasan lingkungan, yang sering dikenal dengan sistem GAP (Good Agricultural Practice). Sebagaimana kita ketahui sektor hortikultura baru mendapat perhatian setelah usaha swasembada beras tercapai, sehingga hasil-hasil penelitian yang dapat diterapkan untuk pengembangan hortikultura di Indonesia masih terbatas.
Teknologi yang saat ini diterapkan merupakan teknologi yang berorientasi pada pencapaian target produksi dengan menggunakan masukan produksi yang semakin meningkat, seperti bibit unggul, pupuk buatan, pestisida dan zat pengatur tumbuh. Disamping hasil positif dengan peningkatan produksi, penggunaan masukan modern juga mendatangkan dampak negatif bagi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat, antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Penggunaan pupuk buatan mendatangkan pencemaran pada air permukaan dan air tanah dengan adanya residu  nitrat dan fosfat, dan tanah menjadi semakin berkurang kesuburannya karena penggunaan pupuk berlebihan.
2.      Penggunaan varietas unggul yang monogenik dan seragam secara spesial dan temporal mengurangi keanekaragaman hayati, dan hilangnya berbagai jenis tanaman asli.
3.      Penggunaan pestisida yang berlebihan akan mengakibatkan resistensi, resurjensi hama, timbulnya hama sekunder, terbunuhnya binatang bukan sasaran dan residu racun pada buah dan sayuran serta lingkungan.
Selain itu kegiatan pertanian secara intensif juga berperan dalam proses pemanasan bumi atau efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon antara lain melalui emisi gas metan dan N2O akibat penggunaan pupuk buatan ( Kasumbogo Untung, 1994). Dengan demikian usaha pencapaian sasaran produksi untuk memenuhi permintaan dan target dikhawatirkan akan semakin mengurangi sumber daya alam, mengurangi keaneka ragaman hayati dan meningkatkan pencemaran lingkungan.
Dewasa ini lingkungan yang dikaitkan dengan produk pertanian sedemikian kuatnya diluncurkan terutama di negara-negara maju, sehingga penduduknya menuntut agar produk pertanian bebas dari cemaran bahan kimia, dan mereka  mulai lebih suka mengkonsumsi produk yang dihasilkan melalui proses alami yang dikenal dengan pertanian organik (“organic farming”).
Pertanian organik merupakan salah satu alternatif budidaya pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yang bebas dari segala bentuk bahan inorganik seperti pupuk buatan,  pestisida dan zat pengatur tumbuh.  Pertanian organik memadukan  berbagai cara seperti pergiliran tanaman, tumpangsari, penggunaan sisa bahan organik sebagai pupuk, serta pengendalian hama secara terpadu dengan mengoptimalkan cara biologis (Kasumbogo Untung, 1994). Kecenderungan seperti ini membuka suatu peluang baru dalam bisnis di bidang pertanian terutama tanaman hortikultura yang produknya sering dikonsumsi secara langsung atau dalam keadaan segar.
Selain itu ada alasan-alasan yang mendorong berkembangnya teknik bertani yang berwawasan lingkungan yaitu ratifikasi hasil KTT Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992 yang dicantumkan dalam agenda 21, chapter 14, yang meminta agar setiap negara meninjau kembali berbagai kebijaksanaan pembangunan pertanian sayuran atau buah-buahan yang diproduksi secara konvensional. Dewasa ini banyak negara telah memberlakukan persyaratan akan “ecolabelling” atau “green product” terhadap produk pertanian yang akan diimpornya (Kasumbogo Untung, 1994), sehingga hal ini harus mulai direncanakan sejak dari sekarang apabila kita para pelaku hortikultura ingin mengembangkan Hortikultura dalam menghadapi Pasar Bebas pada abad 21 mendatang.
Selanjutnya dikemukakan oleh Kasumbogo Untung (1994), bahwa berbagai bentuk dan konsep pertanian berwawasan lingkungan banyak dihubungkan dengan perkembangan berbagai jenis praktek pertanian yang telah mulai banyak dilakukan pada tingkat petani, antara lain dengan istilah pertanian ekologi, pertanian biologi, ecofarming (Egger dan Martens, 1988), pertanian hemat energi, LISA (Low Input Sustainable Agriculture), serta pertanian alternatif (Vogtmann, 1988; NAS, 1990).



PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
Peran Perguruan Tinggi untuk ikut mensukseskan pengembangan Hortikultura perlu ditingkatkan melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu : Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Dalam pendidikan manusia yang bermutu, untuk memiliki sumber daya manusia yang berwatak membangun, bukan hanya pengetahuan semata yang perlu diajarkan, tetapi juga sikap hidup yang baik. Pendukung pembangunan masa depan  dengan makin majunya pengetahuan dan teknologi (industri), namun makin padatnya manusia Indonesia dan makin menciutnya sumber daya alam, menuntut kita makin peduli lingkungan, berarti harus lebih beradab dan santun, serta akrab dengan lingkungan. Bukannya angka produksi semata yang perlu kita raih, namun juga perlu diperhatikan mutu produknya.
Untuk mencapai hal tersebut, masyarakat Hortikultura  dituntut untuk peduli pada kehidupan subsisten di berbagai pelosok marginal, namun juga menyiapkan perkembangan ekonomi global yang menuntut sistem produksi hortikultura yang canggih dan efisien untuk meraih devisa yang memiliki daya saing internal maupun internasional. Untuk menjadi hortikulturis modern, pendidikan dasar secara konvensional dalam hal teknik bercocok tanam intensif masih perlu diketahui, tetapi inovasi teknologi (bioteknologi dalam penciptaan varietas, sistem hidroponik maupun organic farming dalam produksi, atmosfir terkendali dalam penanganan segar, cara-cara prosesing canggih) perlu diajarkan (Sri Setyati, 1994).
Melihat tantangan dan peluang di bidang hortikultura yang masih membentang luas, perlulah kiranya dipikirkan mengenai pendidikan bagi para pelaku hortikultura nantinya dengan kurikulum yang diharapkan mampu menjawab tantangan yang dihadapi sesuai dengan sumberdaya dan fasilitas yang dimiliki. Dalam hal ini mencakup : level Sarjana S1; Diploma ataupun tingkat SLTA yang saling mendukung untuk mencapai pengembangan hortikultura di Indonesia. Pendidikan hortikultura harusnya disertai dengan mengembangkan inisiatif, serta menanamkan disiplin dan dedikasi yang tinggi.
Sri Setyati (1994) menyatakan bahwa perbaikan pendidikan hortikultura di level S1 diharapkan agar lulusannya menjadi : 1) Pengantar teknologi atau penyuluh hortikultura. 2). Pendidik hortikultura di tingkat Diploma atau SLTA. 3). Asisten Peneliti hortikultura yang tangguh. Salah satu tujuan pengembangan hortikultura adalah peningkatan pendapatan petani yang dicapai melalui peningkatan produksi dan produktivitas. Menurut Amrin Kahar (1994) upaya tersebut dapat dicapai antara lain melalui pemanfaatan IPTEK yang mencakup kegiatan :
a.       Menghasilkan teknologi tepat guna sesuai dengan kebutuhan oleh para peneliti.
b.      Penyampaian teknologi yaitu menyampaikan dan mengembangkan teknologi yang dihasilkan peneliti melalui para penyuluh kepada para pengguna.
c.       Penggunaan teknologi, yaitu penerimaan dan adopsi teknologi oleh para petani.
Dari uraian di atas nampak jelas bahwa salah satu kunci keberhasilan dalam pengembangan hortikultura ialah kualitas sumber daya manusia dari pelaku-pelaku yang berperan dalam pengembangan tersebut, yang erat kaitannya dengan tingkat pendidikannya. Oleh karena itu salah satu faktor penting dalam upaya pengembangan hortikultura adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Petani sebagai mata rantai akhir dari suatu proses alih teknologi dan sebagai pengguna teknologi tentunya kualitasnya perlu ditingkatkan pula,  sehingga mereka dapat responsif terhadap informasi teknologi yang disampaikan. Mengingat keragaman karakteristik budaya, wilayah, sosial ekonomi dan komoditas yang dikembangkan petani, maka pola peningkatan kualitasnya perlu mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut. Pola pendidikan yang dianggap sesuai untuk diterapkan di tingkat petani adalah dalam bentuk Sekolah Lapang dengan sasaran para kelompok tani. Dengan porsi lapangan lebih besar dari pada teori dan sebagai obyek pembahasan adalah kondisi di wilayah mereka, maka pola ini dinilai sangat efektif dalam penyampaian informasi teknologi kepada petani (Amrin Kahar, 1994).
Puslitbang Hortikultura menekankan kegiatan dari program penelitian hortikultura dewasa ini mencakup beberapa bidang (Adhi Santika , 1994), yaitu :
1.      Bidang Penelitian Teknologi Pertanian meliputi :
a.       Rekayasa genetik dan perbaikan mutu bebrapa tanaman hortikultura.
b.      Diversifikasi produk tanaman hortikultura.
c.       Peningkatan efisiensi produk dan standar mutu.
d.      Rekayasa, rancang bangun dan pengujian alat dan mesin pertanian termasuk konstruksi rumah kaca (Green House) dan pengendalian suhu, penanganan produk segar dan pengemasan hasil.
2.      Bidang Penelitian Sarana dan Prasarana meliputi :  Sistem produksi, penyimpanan dan distri- busi benih dan bibit hortikultura.
3.      Bidang Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan, meliputi :
a.       Pemanfaatan lahan marginal untuk pengembangan hortikultura.
b.      Penggunaan pestisida secara bijaksana dalam pengendalian hama penyakit tanaman hortikultura.
c.       Konservasi, karakteristik, evaluasi dan pemanfaatan plasma nutfah.
4.      Bidang Penelitian Sunber Daya Manusia, meliputi : Pengkajian perilaku dan kinerja petani serta pedagang dalam menyelenggarakan usahatani hortikultura.
5.      Bidang Penelitian Kebijaksanaan dan Kelembagaan, meliputi :
a.       Pengkajian sistem insentif, investasi usahatani hortikultura
b.      Pengkajian masalah paten produk penelitian hortikultura
c.       Pengkajian pembinaan, pengawasan dan sertifikasi benih dan bibit hortikultura.
Adapun hasil-hasil penelitian dari Perguruan Tinggi yang telah dilaksanakan baik oleh mahasiswa maupun Staf  Pengajarnya, dapat diterapkan pada petani hortikultura di daerah sekitarnya sesuai dengan sumberdaya dan fasilitas yang dimiliki daerah tersebut untuk dikembangkan, sehingga nantinya mampu memberdayakan masyarakat tani hortikultura menjadi mandiri, maju, sejahtera dan berkeadilan secara berkelanjutan.
Masalah penanganan produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen) sampai saat ini masih mejadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius baik dikalangan petani, pedagang, maupun dikalangan konsumen sekalipun. Walau hasil yang diperoleh petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan setelah dipanen tidak mendapat perhatian maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan mutu atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa produk hortikultura relatif tidak tahan disimpan lama dibandingkan dengan produk pertanian yang lain.
Hal tersebutlah yang menjadi perhatian kita semua, bagaimana agar produk hortikultura yang telah dengan susah payah diupayakan agar hasil yang dapat panen mencapai jumlah yang setinggi-tingginya dengan kualitas yang sebaik-baiknya dapat dipertahankan kesegarannya atau kualitasnya selama mungkin. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangatlah perlu diketahui terlebih dahulu tentang macam-macam penyebab kerusakan pada produk hortikultura tersebut, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap penyebab kerusakannya. Selanjutnya perlu pula diketahui bagaimana atau upaya-upaya apa saja yang mungkin dapat dilakukan untuk mengurangi atau meniadakan terjadinya kerusakan tersebut sehingga kalaupun tejadi kerusakan terjadinya sekecil mungkin.
JENIS KERUSAKAN PADA PRODUK HORTIKULTURA
A.    Kehilangan Berat dan Kualitas
Secara umum produk hortikultura yang telah dipanen sebelum sampai ke konsumen atau dalam simpanan penyebab kerusakan yang utama adalah terjadinya kehilangan air dari produk tersebut. Kalau kehilangan air dari dalam produk yang telah dipanen  jumlahnya relatif masih kecil mungkin tidak akan menyebabkan kerugian atau dapat ditolelir, tetapi apabila kehilangan air tersebut jumlahnya banyak akan menyebabkan hasil panen yang diperoleh menjadi layu dan bahkan dapat menyebabkan produk hortikultura menjadi mengkerut.

B.     Mikroorganisme
Agar produk hortikultura tidak lekas layu maka dalam penyimpanannya diusahakan kelembaban lingkungan simpannya tinggi, tetapi kondisi kelembaban tinggi dipenyimpanan sering menyebabkan munculnya jamur pada permukaan produk hortikultura yang disimpan. Munculnya jamur pada permukaan produk hortikultura yang disimpan akan menyebabkan kenampakan produknya menjadi kurang menarik atau jelek sehingga akan menurunkan nilai kualitas dari produk tersebut.
Agar produk hortikultura yang disimpan tidak cepat mengalami proses kerusakan oleh mikroorganisme, diantaranya diupayakan dengan:
o   Menjaga kebersihan pada seluruh ruang penyimpanan
o   Menjaga sirkulasi uara pada ruang
o   Mengurangi terjadinya proses pegembunan pada produk yang dikemas
o   Mengurangi / menghindari menjalarnya perkembangan spora dari jamur.
o   Menggunakan bahan pencegah jamur, misalnya: dengan uap yang sangat panas selama kurang lebih dua (2) menit pada ruang simpan atau kalau sangat terpaksa dipergunakan bahan kimia seperti: Sodium Hypochlorit / trisodium Phosphat, larutan Calsium Hypochlorit.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERUSAKAN PRODUK
A.    Relatif Humidity (Kelembaban Relatif)
Relatif humidity (RH) ruangan di mana produk hortikultura disimpan akan mempengaruhi kualitas produknya. Apabila RH ruang simpan produk hortikulura terlalu rendah maka akan menyebabkan produk hortikulura yang disimpan akan mengalami kelayuan dan pengkerutan yang lebih cepat. Tetapi sebaliknya apabila RH ruang simpan produk hortikultura terlalu tinggi  juga akan mempercepat proses kerusakan produk simpanan, karena akan memacu munculnya jamur-jamur pada produk simpanan. Pada RH mendekati 100 % akan memberikan kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan jamur atau pertumbuhan jamur akan sangat hebat sehingga sampai pada bagian dinding ruang simpan juga bagian atapnyapun akan ditumbuhi jamur.
B.     Sirkulasi Udara
Pergeseran atau sikulasi udara diruang penyimpanan yang cepat selama proses precooling produk simpanan dimaksudkan untuk menghilangkan panas dari produk hortikultura yang dibawa dari lapang, setelah panas dari lapang tersebut dipindahkan maka selanjutnya kecepatan sirkulasi udaranya dikurangi. Di dalam ruang penyimpanan sirkulasi udara diperlukan  dengan tujuan agar panas yang terjadi selama berlangsungnya proses respirasi dari produk dapat diturunkan atau dihilangkan juga dengan maksud untuk menyeragamkan kondisi / suhu ruang simpan dari ujung satu dengan ujung yang lainnya.
C.     Respirasi
Produk hortikultura yang disimpan dalam bentuk segar baik itu sayur-sayuran ataupun buah-buahan proses yang terjadi dalam produk adalah respirasi. Dalam proses respirasi ini akan terjadi perombakan gula menjadi CO2  dan air (H2O).
USAHA UNTUK MENGURANGI KERUSAKAN PRODUK HORTIKULTURA DALAM SIMPANAN
A.    Sanitasi
Ruang penyimpanan produk hortikultura  perlu dipelihara dalam kondisi yang bersih dan sehat hal ini sangat penting dilakukan untuk menjaga agar produk hortikultura yang disimpan tetap dapat terjaga dalam kondisi segar. Ruang penyimpanan yang dijaga tetap dalam kondisi bersih dan sehat akan memperkecil serangan jamur dan organisme lainnya. Dalam sanitasi sering dipergunakan senyawa kimiawi yang bersifat racun seperti insektisida, untuk penggunaannya perlu memperhatikan konsep keamanan pangan/HACCP.
B.     Refrigeration
Tujuan dari refrigerasi dalam ruang penyimpanan produk hortikultura terutama adalah untuk menekan aktivitas enzym respirasi, agar aktivitasnya menjadi serendah mungkin sehingga laju respirasinya sekecil/selambat mungkin produk hortikultura yang disimpan tetap terjaga kesegarannya.
C.     Pelilinan (Waxing)
Perlakuan dengan menggunakan lilin atau emulsi lilin buatan pada produk hortikultura yang mudah busuk yang disimpan telah banyak dilakukan. Maksud dari pelilinan pada produk yang disimpan ini terutama adalah untuk mengambat sirkulasi udara dan menghambat kelayuan (menjadi layunya produk simpanan), sehingga produk yang disimpan tidak cepat kehilangan berat karena adanya proses transpirasi.
D.    Irradiasi
Pengendalian proses pembusukan produk hortikultura yang disimpan serta perpanjangan umur simpannya baik itu produk buah-buahan maupun sayur-sayuran segar dapat dilakukan dengan perlakuan penyinaran dengan mempergunakan sinar  Gamma.
E.     Perlakuan Kimiawi dan Fumigasi
Perlakuan dengan menggunakan senyawa kimiawi telah banyak dipergunakan dalam usaha memperpanjang lama penyimpanan produk-produk pertanian termasuk produk hortikultura baik buah-buahan maupun sayur-sayuran, dan dapat dikatakan sebagai cara yang umum dilakukan atau biasa dilakukan. Yang harus diperhatikan dalam pemakaian senyawa kimia adalah penggunaan tetap menjaga keamanan pangan sehingga tidak memberikan dampak yang merugikan bagi keselamatan manusia mengingat produk hortikulura merupakan produk yang dikonsumsi dan sering dokonsumsi dalam bentuk mentah / bukan olahan.
F.      Pengemasan
Upaya lain untuk memperpanjang waktu simpan produk hortikultura adalah dengan pewadahan / pengemasan yang baik. Dengan pewadahan ini diharapkan paling tidak dapat mengurangi terjadinya kerusakan karena terjadinya benturan sesama produk selama proses penyimpanan, selain juga dapat mengendalikan kelembaban dari produk sehingga produk dapat tetap segar.
Dalam paper ini kami membahas tentang buah manggis.
MANGGIS
A.    SEJARAH
Manggis (mangosteen) dengan nama Garciniamangostana ini berasal dari Asia Tenggara. The queen of fruits ini hanya tumbuh di hutan dan dataran tinggi beriklim tropis seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, Vietnam, Myanmar, Thailand, selain itu juga tumbuh di Hawaii, dan Australia Utara. Manggis juga dikenal sebagai tanaman budidaya yang pertumbuhannya paling lambat, tetapi umurnya paling panjang. Buah tropik ini memerlukan waktu pertumbuhan untuk berbuah selama 10-15 tahun dengn tinggi 10-30 meter. Manggis (mangosteen) sudah dipergunakan masyarakat Indonesia untuk berbagai macam pengobatan seperti untuk mengobati luka,demam, diare, sariawan, sembelit, serta penyakit-penyakit lainnya sejak ratusan tahun yang lalu dengan menggunakan air rebusan kulit manggis.
Konon kabarnya, tahun 1800-an Ratu Victoria dari Inggris pernah menawarkan hadiah uang yang sangat banyak kepada barang siapa yang dapat membawakan buah manggis untuknya, dimana buah manggis dianggap sebagai buah dalam dongeng. Mungkin karena itu lalu buah manggis mendapat julukan ‘ ratu dari segala buah’ (the queen of fruits).
Asal-usul tanaman manggis ini diduga berasal dari Indonesia tepatnya berasal dari pulau kalimantan. Tanaman manggis menyebar dari Indonesia lalu ke timur sampai ke Papua Nugini dan kepulauan Mindanau (Filipina), lalu ke utara menuju Semenanjung Malaysia dan terus menyebar ke Thailand bagian selatan, myanmar, vietnam, dan kamboja. Tanaman manggis ini sudah dikenal oleh peneliti dari negara-negara Barat sejak awal tahun 1631.
Dalam dua abad terakhir, tanaman manggis telah menyebar ke negara-negara tropik lainnya seperti India bagian selatan, Brasil, Amerika Tengah, dan Australia Utara. Yang pertama kali menemukan buah manggis ini adalah penjelajah dari Prancis bernama Laurent Garcin (1683-1751) dan dibudidayakan dengan waktu yang lama di daerah tropik basah. Dan nama dari penemu itulah yang kemudian penamaan latin  buah manggis disebut Garcinia Mangostana.
Di Asia Tenggara, manggis dikenal dengan berbagai nama, manggis di Indonesia, di Malaysia, selain dikenal dengan nama manggis kadang juga dikenal dengan nama setor, mesetor, atau sementah, di Filipina dikenal dengan nama mangustan atau manggis,  di Kamboja dikenal dengan nama mongkhul, di Laos dikenal dengan nama mangkhud, di Thailand dikenal dengan dodol, atau mangkhut, di Vietnam dikenal dengan cay mang cut, di Tamil dikenal dengan mangustai. Di Prancis disebut mangotanaier, mangouste, atau mangostier, di Spanyol disebut mangostan, di Jerman mangostane, di Belanda mangoestan, atau manggis, sedangkan di Portugis dikenal dengan mangosta atau mangusta.
B.     JENIS TANAMAN 
Klasifikasi botani pohon manggis adalah sebagai berikut: 
o Divisi : Spermatophyta 
o Sub divisi : Angiospermae 
o Kelas : Dicotyledonae 
o Keluarga : Guttiferae 
o Genus : Garcinia 
o Spesies : Garcinia mangostana L 
Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok merekomendasikan tiga klon manggis, yaitu: 
1.      Kelompok besar: panjang daun>20 cm; lebar>10 cm; ketebalan kulit buah>9 mm; diameter buah>6,5 cm; berat buah>140 gram; buah tiap tandan 1 butir. 
2.      Kelompok sedang: panjang daun 17-20 cm; lebar 8,5-10 cm; ketebalan kulit buah 6-9 mm; diameter buah 5,5-6,5 cm; berat buah 70-140 gram; buah tiap tandan 1-2 butir. 
3.      Kelompok kecil: panjang daun<17 cm; lebar<8,5 cm; ketebalan kulit buah<6 mm; diameter buah<5,5, cm; berat buah<70 gram; buah tiap tandan>2 butir. Klon yang dikembangkan adalah MBS1, MBS2, MBS3, MBS4, MBS5, MBS6 & MBS 7. 
C.     MANFAAT TANAMAN 
Buah manggis dapat disajikan dlm bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir & luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk utk tekstil & air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan. 
D.    SENTRA PENANAMAN 
Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur & Sulawesi Utara.
E.     SYARAT TUMBUH
1.      Iklim
a.       Dalam budidaya manggis, angin berperan dlm penyerbukan bunga utk tumbuhnya buah. Angin yang baik tidak terlalu kencang.
b.      Daerah yang cocok utk budidaya manggis adalah daerah yang memiliki curah hujan tahunan 1.500–2.500 mm/tahun & merata sepanjang tahun.
c.       Temperatur udara yang ideal berada pada kisaran 22-32°C. 
2.      Media Tanam 
a.       Tanah yang paling baik utk budidaya manggis adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik. 
b.      Derajat keasaman tanah (pH tanah) ideal utk budidaya manggis adalah 5–7. 
c.       Untuk pertumbuhan tanaman manggis memerlukan daerah dengan drainase baik & tidak tergenang serta air tanah berada pada kedalaman 50–200 m 
3.      Ketinggian Tempat 
Pohon manggis dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai di ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500-600 m dpl.
F.      PEDOMAN BUDIDAYA 
a.       Pembibitan
Pohon manggis dapat diperbanyak dengan biji/bibit hasil penyambungan pucuk & susuan. Pohon yang ditanam dari biji baru berbunga pada umur 10-15 tahun sedangkan yang ditanam dari bibit hasil sambungan dapat berbunga pada umur 5-7 tahun.
Persyaratan Benih 
i.      Perbanyakan dengan biji utk batang bawah Biji yang akan dijadikan benih diambil dari buah tua yang berisi 5-6 segmen daging buah dengan 1-2 segmen yang berbiji, tidak rusak, beratnya minimal satu gram & daya kecambah sedikitnya 75%. Buah diambil dari pohon yang berumur sedikitnya 10 tahun. 
ii.      Untuk pembuatan bibit dengan cara sambungan diperlukan batang bawah & pucuk (entres) yang sehat. Batang bawah adalah bibit dari biji berumur lebih dari dua tahun dengan diameter batang 0.5 cm & kulitnya berwarna hijau kecoklatan. 
Penyiapan Benih 
i.      Perbanyakan dengan biji utk batang bawah utk menghilangkan daging buah, rendam buah dlm air bersih selama 1 minggu (dua hari sekali air diganti) sehingga lendir & jamur terbuang. Biji akan mengelupas dengan sendirinya & biji dicuci sampai bersih. Celupkan biji kedalam fungisida Benlate dengan konsentrasi 3 g/L selama 2-5 menit. Keringanginkan biji di tempat teduh selama beberapa hari sampai kadar airnya 12-14%. 
ii.      Pucuk utk sambungan berupa pucuk (satu buku) yang masih berdaun muda berasal dari pohon induk yang unggul & sehat. Dua minggu sebelum penyambungan bagian bidang sayatan batang bawah & pucuk diolesi zat pengatur tumbuh Adenin/Kinetin dengan konsentrasi 500 ppm utk lebih memacu pertumbuhan. 
Teknik Penyemaian Benih 
i.      Perbanyakan dengan biji dlm bedengan Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100-120 cm dengan jarak antar bedengan 60-100 cm. Tanah diolah kedalam 30 cm, kemudian campurkan pasir, tanah & bahan organik halus (3:2:1) dengan merata. Persemaian diberi atap jerami/daun kelapa dengan ketinggian sisi Timur 150-175 cm & sisi Barat 10-125 cm. Benih ditanam di dlm lubang tanam berukuran 10 x 10 cm dengan jarak tanam 3 x 3 cm & jarak antar baris 5 cm pada kedalaman 0,5-1,0 cm. Tutup benih dengan tanah & selanjutnya bedengan ditutup dengan karung goni basah atau jerami setebal 3 cm. Persemaian disiram 1-2 kali sehari, diberi pupuk urea & SP-36 masing-masing 2 g/tanaman setiap bulan. Setelah berumur 1 tahun, bibit dipindahkan ke dlm polybag ukuran 20 x 30 cm berisi campuran tanah & kompos/pupuk kandang (1:1). Bibit ini dipelihara sampai berumur 2 tahun & siap ditanam dilapangan/dijadikan batang bawah pada penyambungan.
ii.      Penyemaian & pembibitan di dlm polybag berukuran 20 x 30 cm. Satu/dua benih disemai di dlm polybag 20 x 30 cm yang dasarnya dilubangi kecil-kecil pada kedalaman 0.5-1.0 cm. Media tanam berupa campuran tanah halus, kompos/pupuk kandang halus & pasir (1:1:1). Simpan polybag di bedengan yang sisinya dilingkari papan/bilah bambu agar polybag tidak roboh. Persemaian disiram 1-2 hari sekali & diberi urea & SP-36 sebanyak 2-3 g/tanaman setiap bulan. Bibit ini dipelihara sampai berumur 2 tahun & siap ditanam di lapangan atau dijadikan batang bawah pada penyambungan. 
Perbanyakan dengan penyambungan pucuk
Adapun cara penyambungan pucuk adalah sebagai berikut: 
i.      Potong bahan bawah setinggi 15-25 cm dari pangkal leher lalu buat celah di ujung batang sepanjang 3-5 cm. 
ii.      Runcingkan pangkal batang atas sepanjang 3-5 cm. 
iii.      Selipkan bagian runcing batang atas (pucuk) ke dlm celah batang bawah. 
iv.      Balut bidang pertautan batang bawah & atas dengan tali rafia. Pembalutan dimulai dari atas, lalu ikat ujung balutan dengan kuat. 
v.      Tutupi hasil sambungan dengan kantung plastik transparan & simpan di tempat teduh. Setelah 2-3 minggu penutup dibuka & bibit dibiarkan tumbuh selama 3-4 minggu. Balutan dapat dilepas setelah berumur 3 bulan yaitu pada saat bibit telah bertunas. Setelah berumur 6 bulan bibit siap dipindahtanamkan ke kebun. 
vi.      Selama penyambungan siram bibit secara rutin & siangi gulma. 
Perbanyakan dengan penyambungan susuan
Adapun cara penyambungan susuan adalah sebagai berikut: 
a.       Pilih pohon induk yang produktif sebagai batang atas. 
b.      Siapkan batang bawah di dlm polibag & letakan di atas tempat yang lebih tinggi daripada pohon induk. 
c.       Pilih satu cabang (entres) dari pohon induk utk bahan cabang atas. Diameter cabang lebih kecil atau sama dengan batang bawah. 
d.      Sayat batang bawah dengan kayunya kira-kira 1/3-1/2 diameter batang sepanjang 5-8 cm. 
e.       Sayat pula cabang entres dengan cara yang sama. 
f.       Satukan bidang sayatan kedua batang & balut dengan tali rafia. 
g.      Biarkan bibit susuan selama 5 - 6 bulan. 
h.      Pelihara pohon induk & batang bawah di dlm polibag dengan intensif. 
i.        Susuan berhasil jika tumbuh tunas muda pada pucuk batang atas (entres) & ada pembengkakan (kalus) di tempat ikatan tali. 
j.        Bibit susuan yang baru dipotong segera disimpan di tempat teduh dengan penyinaran 30% selama 3-6 bulan sampai tumbuh tunas baru. Pada saat ini bibit siap dipindahtanamkan.
Pengolahan Media Tanam 
1.      Persiapan : Penetapan areal utk perkebunan mangga harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi & sumber air.
2.      Pembukaan Lahan 
          i.          Membongkar tanaman yang tidak diperlukan & mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar & perdu dari areal tanam. 
        ii.          Membajak tanah utk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.
3.      Pengaturan Jarak Tanam : Pada tanah yang kurang subur, jarak tanam dirapatkan sedangkan pada tanah subur, jarak tanam lebih renggang. Jarak tanam standar adalah 10 m & diatur dengan cara: 
1. segi tiga sama kaki. 
2. diagonal. 
3. bujur sangkar (segi empat). 
4. Pemupukan : Bibit ditanam di musim hujan kecuali di daerah yang beririgasi sepanjang tahun. Sebelum tanam taburkan campuran 500 gram ZA, 250 gram SP-36 & 200 gram KCl ke dlm lubang tanam & tutup dengan tanah. 
Teknik Penanaman
1) Pembuatan Lubang Tanam 
Buat lubang tanam ukuran 50 x 50 cm sedalam 25 cm & tempatkan tanah galian tanah di satu sisi. Perdalam lubang tanam sampai 50 cm & tempatkan tanah galian di sisi lain. Keringanginkan lubang tanam 15-30 hari sebelum tanam. Kemudian masukkan tanah bagian dlm (galian ke dua) & masukkan kembali lapisan tanah atas yang telah dicampur 20-30 kg pupuk kandang. Jarak antar lubang 8 x 10 m atau 10 x 10 m dihitung dari titik tengah lubang. utk lahan berlereng perlu dibuat teras, tanggul & saluran drainase utk mencegah erosi. 
2) Cara Penanaman 
Dengan jarak tanam 10x 10 m atau 8 x 10 m diperlukan 100-125 bibit per hektar. Cara menanam bibit yang benar adalah sebagai berikut: 
1. Siram bibit di dlm polybag dengan air sampai polibag dapat dilepaskan dengan mudah. 
2. Buang sebagian akar yang terlalu panjang dengan pisau/gunting tajam. 
3. Masukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam, timbun dengan tanah sampai batas akar & padatkan tanah perlahan-lahan. 
4. Siram sampai tanah cukup lembab. 

5. Beri naungan yang terbuat dari tiang-tiang bambu beratap jerami. Jika sudah ada pepohonan di sekitarnya, pohon-pohon ini bisa berfungsi sebagai pelindung alami. Pohon pelindung harus bersifat alami & mengubah iklim mikro, misalnya tanaman Albisia & Lamtoro. 
Pemeliharaan Tanaman 
1) Penyiangan 
Lakukan penyiangan secara kontinyu & sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pemupukan & penggemburanyaitu dua kali dlm setahun. 
2) Perempalan/Pemangkasan 
Ranting-ranting yang tumbuh kembar & sudah tidak berbuah perlu dipangkas utk mencegah serangan hama & penyakit. Gunakan gunting pangkas yang bersih & tajam utk menghindari infeksi & lapisi bekas pangkasan dengan ter. 
3) Pemupukan 
Jenis & dosis pemupukan anjuran adalah: 
a.       Pohon berumur 6 bulan dipupuk campuran urea, SP-36 & KCl (3:2:1) sebanyak 200-250 gram/pohon. 
b.      Pohon berumur 1-3 tahun dipupuk campuran 400-500 gram Urea, 650-700 gram SP-36 & 900-1000 gram KCl (3:1:2) yang diberikan dlm dua sampai tiga kali. 
c.       Pohon berumur 4 tahun & seterusnya dipupuk campuran urea, SP-36 & KCl (1:4:3) sebanyak 3-6 kg.pohon ditambah 40 kg/pohon pupuk kandang. Pupuk ditaburkan di dlm larikan/di dlm lubang-lubang di sekeliling batang dengan diameter sejauh ukuran tajuk pohon. dlm larikan & lubang sekitar 10-20 cm sedangkan jarak antar lubang sekitar 100-150 cm. 
Pengairan & Penyiraman 
Tanaman yang berumur di bawah lima tahun memerlukan ketersediaan air yang cukup & terus menerus sehingga harus disiram satu sampai dua hari sekali. Sedangkan pada pohon manggis yang berumur lebih dari lima tahun, frekuensi penyiraman berangsur-angsur dapat dikurangi. Penyiraman dilakukan pagi hari dengan cara menggenangi saluran irigasi atau disiram. 
Pemberian Mulsa
Mulsa jerami dihamparkan setebal 3-5 cm menutupi tanah di sekeliling batang yang masih kecil utk menekan gulma, menjaga kelembaban & aerasi & mengurangi penguapan air.
HAMA & PENYAKIT
1.      Hama
i.      Ulat bulu 
ii.      Hama ini melubangi daun. 
iii.      Pengendalian: (1) menjaga sanitasi lingkungan & pemeliharaan tanaman yang baik; (2) penyemprotan insektisida Bayrusil 250 EC/Cymbush 50 EC dengan konsentrasi 0.1-0.2 %. 
2.      Penyakit
a.       Bercak daun
Penyebab: jamur Pestalotia sp., Gloesporium sp. & Helminthosporium sp
Gejala: bercak pada daun yang tidak beraturan berwarna abu-abu pada pusatnya (Pestalotia sp.), coklat (Helminthosporium sp.) & hitam pada sisi atas & bawah daun (Gloesporium sp.).
Pengendalian: mengurangi kelembaban yang berasal dari tanaman pelindung, memotong bagian yang terserang & menyemprotkan fungisida Bayfidan 250 EC/Baycolar 300 EC dengan konsentrasi 0.1-0.2 %. 
b.      Jamur upas 
Penyebab: Corticium salmonicolor Berk.et Br. 
Gejala: cabang/ranting mati karena jaringan kulit mengering. 
Pengendalian: memotong cabang/ranting, mengerok kulit & kayu yang terserang parah & mengolesi bagian yang dipotong dengan cat, atau disemprot dengan Derosal 60 WP 0.1-0.2 %. 
c.       Hawar benang 
Penyebab: jamur Marasmius scandens Mass Dennis et Reid. 
Gejala: miselium jamur tumbuh pada permukaan cabang & ranting membentuk benang putih yang dapat meluas sampai menutupi permukaan bawah daun. 
Pengendalian: menjaga kebersihan & memangkas daun yang terserang. 
d.      Kanker batang
Penyebab: jamur Botryophaerisa ribis.
Gejala: warna kulit batang & cabang berubah & mengeluarkan getah. 
Pengendalian: 
o   perbaikan drainase, menjaga kebersihan kebun, pemotongan tanaman yang sakit; 
o   penyemprotan fungisida Benlate utk kanker batang, Cobox atau Cupravit bagi penyakit lainnya. 
e.       Hawar rambut 
§  Penyebab: jamur Marasmius equicrinis Mull
§  Gejala: permukaan tanaman manggis ditutupi bentuk serupa benang berwarna coklat tua kehitaman mirip ekor kuda. 
§  Pengendalian: sama dengan kanker batang.
f.     Busuk buah
    i.      Penyebab: jamur Botryodiplodia theobromae Penz
  ii.      Gejala: diawali dengan dengan membusuknya pangkal buah & meluas ke seluruh bagian buah sehingga kulit buah menjadi suram. 
iii.      Pengendalian: sama dengan kanker batang. 
g.      Busuk akar 
o Penyebab: jamur Fomes noxious Corner
o Gejala: akar busuk & berwarna coklat. 
o Pengendalian: sama dengan kanker batang 
PANEN 
A.    Ciri & Umur Panen 
Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu & daya simpan manggis. Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM). Umur panen & ciri fisik manggis siap panen dapat dilihat berikut ini :
1.      Panen 104 hari: warna kulit hijau bintik ungu; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.
2.      Panen 106 hari: warna kulit ungu merah 10-25%; berat 80-130 gram; diameter 55- 60 mm. 
3.      Panen 108 hari: warna kulit ungu merah 25-50%; berat 80-130 gram; diameter 55- 60 mm.
4.      Panen 110 hari: warna kulit ungu merah 50-75%; berat 80-130 gram; diameter 55- 60 mm.
5.      Panen 114 hari: warna kulit ungu merah; berat 80-130 gram; diameter 55-65 mm.
Untuk konsumsi lokal, buah dipetik pada umur 114 SBM sedangkan utk ekspor pada umur 104-108 SBM. 
B.     Cara Panen 
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik/memotong pangkal tangkai buah dengan alat bantu pisau tajam. utk mencapai buah di tempat yang tinggi dapat digunakan tangga bertingkat dari kayu/galah yang dilengkapi pisau & keranjang di ujungnya. Pemanjatan seringkali diperlukan karena manggis adalah pohon hutan yang umurnya dapat lebih dari 25 tahun.
C.     Periode Panen 
Pohon manggis di Indonesia dipanen pada bulan November sampai Maret tahun berikutnya. 
D.    Perkiraan Produksi 
Produksi panen pertama hanya 5-10 buah/pohon, kedua rata-rata 30 buah/pohon selanjutnya 600-1.000 buah/pohon sesuai dengan umur pohon. Pada puncak produksi, tanaman yang dipelihara intensif dapat menghasilkan 3.000 buah/pohon dengan rata-rata 2.000 buah/pohon. Produksi satu hektar (100 tanaman) dapat mencapai 200.000 butir atau sekitar 20 ton buah.
PASCAPANEN
a.       Pengumpulan : Buah dikumpulkan di dlm wadah & ditempatkan di lokasi yang teduh & nyaman. 
b.      Penyortiran & Penggolongan : Tempatkan buah yang baik dengan yang rusak & yang busuk dlm wadah yang berbeda. Lakukan penyortiran berdasarkan ukuran buah hasil pengelompokan dari Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok yaitu besar, sedang & kecil.
c.       Penyimpanan : Pada ruangan dengan temperatur 4-6 derajat C buah dapat tetap segar selama 40 hari sedangkan pada 9-12 derajat C tahan sampai 33 hari. 


Pengenalan Berbagai Jenis Tanaman Perkebunan
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Buah alpukat kaya vitamin A dan karoten yang baik , biasa tumbuh di dataran tinggi. Demikian juga dengan mineral kalium dan rendah natrium. Manfaat alpukat adalah sebagai penghitam rambut., untuk penderita diabetes, untuk kecantikan dan mengatasi mata lelah dan sembab.
Buah manggis biasa di tanam di daerah perkebunan karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.. Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari buah. Dapat pula dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan.

Pengenalan Berbagai Jenis Tanaman Kehutanan
Hutan adalah kawasan yang ditumbuhi dengan pepohonan terutama pepohonan berkayu , yang menempati daerah yang cukup luas.
Contoh Tanaman Kehutanan
Gaharu atau Aquilaria merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat di sejumlah negara di Timur Tengah. Manfaatnya untuk obat, kayu Gaharu juga digunakan sebagai dupa untuk ritual keagamaan, minyaknya digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik dengan nilai sangat mahal.
Cengkeh adalah kuntum bunga kering yang dihasilkan dari pohon cengkeh, pohon cengkeh banyak tumbuh di daerah tropis. Cengkeh dimanfaatkan untuk penyedap makanan, minyaknya untuk meningkatkan metabolisme tubuh dengan meningkatkan sirkulasi darah dan pembasmi kuman yang ampuh dan penyembuh luka serta dapat melegakan tenggorokan.

Pengenalan Berbagai Jenis Tanaman Obat-obatan

Tanaman obat adalah tanaman hasil budidaya rumahan yang berkhasiat sebagai oabat. Tanaman obat biasanya ditanam pada sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang. Budidaya tanaman dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual. Setiap orang dapat membudidayakan tanaman obat dan memanfaatkannya.
Temulawak (Curcuma xanthorhiza roxb) sebagai tanaman obat asli Indonesia.Temulawak digunakan secara turun temurun untuk mengobati sakit kuning, diare, maag, perut kembung , pegal-pegal, menurunkan lemak darah, mencegah penggumpalan darah sebagai antioksidan dan meningkatkan daya kekebalan tubuh.
Kencur (Kaempferia galangal), rimpang ini adalah bagian tubuh yang paling penting, kencur dapat hidup di mana saja, selama tanah gembur dan subur, dengan sedikit teduh. Manfaat kencur dapat sebagai obat, seperti Influenza, sakit kepala, dan keseleo.
Beluntas merupakan tanaman perdu tegak, berkayu, bercabang banyak, dengan tinggi bisa mencapai dua meter. Secara tradisional daun beluntas digunakan sebagai obat untuk menghilangkan bau badan, obat turun panas, obat batuk, dan obat diare. Daun beluntas yang telah direbus sangat baik untuk mengobati sakit kulit.





















DAFTAR PUSTAKA

Aldhous, J. R. & Low, A. J. 1974. The potential of Western Hemlock, Western Red Cedar, Grand Fir and Noble Fir in Britain. Forestry Commission Bulletin 49.

Andrianto, Rudi. 2012. Pengantar Agribisnis(online)(http://rudi-andrianto.blogspot.com/2012/12/materi-pengantar-agribisnis-pertanian.html  diakses pada tanggal 02 Oktober 2013).

Anonim. 2010. Ubi kayu, (Online). http://shirodwikka.blogspot.com/2010/04/ubi-kayu.html. Diakses 4 Oktober 2013.

Anonim. 2012. Sejarah Singkat Buah Manggis, (Online). http://atahadixamthoneplus93.blogspot.com/2012/08/sejarah-singkat-buah-manggis-queen-of.html. Diakses 4 Oktober 2013.

Anonim.http://id.wikipedia.org/wiki/Komoditas, Diakses 4 Oktober 2013.

Anonim. 2013. Teknis Budidaya Tanaman Manggis.,(Online). http://om-tani.blogspot.com/2013/02/teknis-budidaya-tanaman-manggis.html. Diakses 4 Oktober 2013.

Anonim. 2013. Kandungan dan Manfaat Ubi Kayu, (Online).http://maulanabijak.blogspot.com/2013/06/kandungan-dan-manfaat-ubi-kayu.html. Diakses 4 Oktober 2013.


Adhi Santika, 1994.  Program Penelitian dan Pengembangan Hortikultura dalam Pelita VI.  Proc. Simp. Hort. Nas., Malang. P. 36 – 42.

Amrin Kahar, 1994. Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.       Proc. Simp. Hort. Nas., Malang. P.  54 -59.

Beveridge, T. H. J. (2003). Maturity and Quality Grades for Fruits and Vegetables”. In Handbook of Postharvest Technology, cereals, fuits, vegetables, tea and spices. Ed. A. Chakraverty, .. Mujumdar, G.S.V. Raghavan and H. S. Ramaswamy. Marcel Dekker, Inc. New York.

DEPTAN. 2012. Hasil Penelitian Ubi Kayu, (Online). http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/hasil-penelitian/ubi-kayu/250-teknologiproduksiubikayu.html. Diakses 4 Oktober 2013.

Dudung Abdul Adjid,  1993.  Kebijaksanaan Pengembangan Hortikultura di Indonesia dalam Pelita VI.  Seminar dan Konggres PERHORTI.  Malang 20-21 Nopember 1993. 13 pp.

Edmond, J.B., T.L. Senn, F.S. Andrew and R.G. Halfacre,  1975.  Fundamentals of Horticulture.  Tata McGraw Hill Publ. Co. Ltd.  New Delhi.  560 pp.

Erlangga, Donny. 2012. Definisi Komunikasi Agribisnis. http://donny-erlangga.blogspot.com/2012/04/definisi-komunikasi-agribisnis.html. Diakses tanggal 2 Oktober 2013

Everard, J. E. & Fourt, D. F. 1974. Monterey Pine and Bishop Pine as plantation trees in southern Britain. Quarterly Journal of Forestry 68: 111-125.

Fadli, Riski.2013. Sosialisasi UU Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan,(Online). http://www.p2hp.kkp.go.id/berita-sosialisasi-uu-nomor-18-tahun-2012-tentang-pangan-.html. Diakses 4 Oktober 2013.

Imatetani, 2010. Inovasi Lingkungan Hidup Berbasis Pertanian Kehutanan. Siaran pers. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2013.

Janick, J., 1972.  Horticultural Science.  W.H. Freeman and Co.  San Francisco.  586 pp.

Kasryno F. 2000. Sumberdaya Manusia dan Pengelolaan Lahan Pertanian di Indonesia. FAE, Vol. 18 No. 1 dan 2, Desember 2000. Pusat  Penelitian  Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Hal.25-51.

Kasumbogo Untung,  1994.  Peranan Hortikultura dalam Perbaikan Lingkungan Hidup.  Proc. Simp. Hort. Nas., Malang.  P 22 – 25.

Kenzha.2012. Peran Komunikasi dalam Sektor Agribisnis. http://dimykenzha.blogspot.com/2012/03/peran-komunikasi-dalam-sektor.html. Diakses tanggal 2 Oktober 2013

Notodimedjo, Soewarno. 1997. Strategi Pengembangan Hortikultura Khususnya  Buah-buahan dalam menyongsong  Era Pasar Bebas.  Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Hortikultura, Fak.Pertanian Unibraw, Malang. 74 pp.

Pantastico, E.B. 1975. Postharvest Phyisiology, Handling and Utilization of Tropical and Subtropical Fruits and Vegetables. The Avi Publishing Company, Inc. Westport, Conecticut

Siswono Yudohusodo,  1999. Upaya Pemberdayaan Petani sebagai Faktor Utama Program Pembangunan Nasional. Gerakan Terpadu Peduli Pertanian, Undip Semarang. 11 pp.

Sri Setyati Haryadi,  1994.  Perbaikan Pendidikan di Bidang Hortikultura. Proc. Simp. Hort.  Nas.,  Malang.  P 27 – 29.

Sugiyanto. 2013. Komunikasi Efektif Dalam Pengembangan Agribisnis. Malang: Universitas Brawijaya


Tim Dosen. 2012. Modul Praktikum Dasar Komunikasi. Malang: Universitas Brawijaya.

Trubus. 2003. Bergandeng Tangan Sambut AFTA. No.401, April 2003 XXXIV. Topik: Lobster Akuarium 10 Bulan Balik Modal. Hal.67.