Pertanian Adalah penompang hidup bagi umat manusia analisis vegetasi | Pertanian

Pages

Monday 1 December 2014

analisis vegetasi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh - tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977). Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi dapat digunakan.
Dalam kaitannya dengan gulma, analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma- gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Penguasaan sarana tumbuh  pada umumnya menentukan gulmatersebut penting atau tidak. Populasi gulma yang bersifat dominan ini nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengendalian gulma.
1.2  Tujuan
Berikut beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini, seperti:
1.     Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis vegetasi.
2.    Sebagai sumber referensi untuk mengetahui metode dalam penelitian tentang vegatasi.
3.     Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Pengendalian Gulma.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analisis Vegetasi
Analysis of vegetation is a way of studying the structure and composition of vegetation or in the form (structure) of vegetation plant communities. Vegetation structure element is a form of growth, stratification and canopy closure. For the purposes of vegetation analysis required data type, diameter and height to determine the index constituent community of the importance of the forest. With the analysis of vegetation can be obtained quantitative information about the structure and composition of a plant community (Greig-Smith, 1983).  Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983).
Analysis was by studying the composition of the vegetation (species composition) and form (structure) of vegetation or plant communities (George, 2001).. In forest ecology investigation unit is a stand, which is a concrete association. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit (George, 2001).
2.2 Macam-Macam Metode Analisis Vegetasi
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam makalah ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
1.     Metode  Garis
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990). Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi.
Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Kelebihan
Menghemat waktu di lapangan karena tidak memerlukan pembuatan petak contoh di lapangan, kesalahan sampling dalam proses pembuatan petak contoh dan penentuan individu tumbuhan berada dalam atau luar kuadrat dapat di kurangi

2.     Metode Titik
merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).

3.    Metode Kuadran
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh  (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling ( anakan/semai ).
            Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat digunanakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik.  Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.

4.  Metode Estimasi
Setelah letak letak dan kuas petak contoh yang akan diamati ditentukan, lazimnya berbentuk lingkaran, pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, m isalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak contoh yang telah terbatas.  Besaran yang dihitung berupa dominasi yang dinyatakan dalam persentse penyebaran.  Karena nilai penyebaran tiap jenis dalam area dihitung dalam persen, maka bila dijumlah akan diperoleh 100% (termasuk % daerah kosong jika ada).  Dapat juga dominansi dihitung berdasar suatu skala abundansi (scale abundance) yang bernilai 1 – 5 (Braun-Blannquat; Weaver), 1 – 10 (Domin) atau 1 – 3 (Wirahardja & Dekker). Cara ini sangat berguna bilamana populasi vegetasi cukup merata dan tidak banyak waktu tersedia.  Tetapi memiliki kelemahan yaitu terdapat kecenderungan untuk menaksir lebih besar jenis-jenis yang menyolok (warna maupun bentuknya), sebaliknya menaksir lebih sedikit jenis-jenis yang sulit dan kurang menarik perhatian.  Juga sulit untuk dapat mewakili keadaan populasi vegetasi seluruhnya, dan penaksiran luas penyebaran msing-masing komponen tidak terkamin ketepatannya.

2.3 Summed Dominance Ratio
A. Frekuensi terhadap Analisis Vegetasi
Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekwensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasiny terhadap lingkungan. Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi fekwensi dalm lima kelas berdasarkan besarnya persentase.
Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat.
Jumlah unit contoh di mana sp. A ditemukan
FK A = ---------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah semua unit contoh
Apabila
FK = 0%-25% : Kehadiran sangat jarang (aksidental)
FK = 25%-50% : Kahadiran jarang (assesori)
FK = 50%-75% : Kehadiran sedang (konstan)
FK = 75%-100% : Kehadiran absolut

B. Dominasi dalam Analisis Vegetasi
Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah. Untuk menentukan nilai indeks dominasi digunakan rumus Simpson (1949) dalam Misra (1973) sebagai berikut :
Dimana :
C : Indeks dominasi
n: Nilai penting masing-masing jenis ke-n
N : Total nilai penting dari seluruh jenis
Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta Indeks Nilai Penting menggunakan rumus Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974)

 C. Kerapatan Didalam Analisis Vegetasi
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekwensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekwensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter batang (Kusuma, 1997). Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Ludwiq and Reynolds, 1988).
Berdasarkan data kerapatan, dapat diketahui symbol atau singkatan pada kerapatan pada analisis vegetasi:
· Kerapatan Mutlak (KM)
· Kerapatan Nisbi (KN)
· Berat Kering Mutlak (BKM)
· Berat Kering Nisbi (BKN)  
· Frekuensi Mutlak (FM)
· Frekuensi Nisbi (FN)
· Nilai Penting (NP)
· Nisbah Jumlah Dominasi (NJD) =
Kerapatan dapat juga dapat diartikan banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung. Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat( Ishernat Soerianegara dan Andry indrawan, 1982). Jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan (Odum 1975) yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau volume,missal 200 pohon per Ha.


2.4 Manfaat Analisis Vegetasi
Manfaat analisa vegetasi adalah sebagai berikut (Prawoto, dkk, 2008) :
1.    Dapat mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang dominan. Biasanya hal ini dilakukan untuk keperluan perencanaan, misalnya untuk memilih herbisida yang sesuai.
2.    Dapat mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi. Hal ini penting misalnya untuk membandingkan apakah terjadi perubahan komposisi vegetasi gulma sebelum dan setelah dilakukan  pengendalian dengan cara tertentu.
3.    Dapat mengetahui gulma - gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup.



BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Peraktikum analisi vegetasi ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 30 Oktober 2014 pukul 15.00 sampai selesai yang bertempat di lapangang Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya .

3.2 Bahan dan Alat
- Tali Rafia
- Meteran
- Hand counter
- Lapangan Berumput
3.3 Metode Pengamatan
Adapun cara yang dilakukan pada praktikum ini dalam menganalisis vegetasi adalah sebagai berikut :
Rounded Rectangle: Setelah selesai mengumpulkan data dari lapangan, menghitung Kerapatan Mutlak, Kerapatan Nisbi, Frekuensi Mutlak,  Frekuensi Nisbi, Dominansi Mutlak, Dominansi Nisbi, Nilai Penting dan Summed Dominance ratio (SDR) untuk setiap jenis gulma
 

















Pada kegiatan praktikum analisis vegetasi yang dilakukan dilapangan teknik semua mahasiswa dibagi menurut jam prktikumnya. Pertama, setiap grup mahasiswa mencari areal untuk dianalisa. Kemudian membuat petak contoh 1 m x 1 m di areal tersebut. Kedua, melakukan analisa vegetasi secara bersama-sama dalam satu grup.  Ketiga, mencatat dan menghitung semua jenis/spesies gulma yang ada pada petak contoh. Keempat, menghitung gulma pada petak pertama, kemudian mencari petak contoh kedua dengan melemparkan petak kuadrat. Pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali dengan cara yang sama dengan sebelumnya. Kemudian di dokumentasikan petak – petak contoh tersebut beserta gulmanya untuk laporan. Setelah selesai mengumpulkan data dari lapangan, menghitung Kerapatan Mutlak, Kerapatan Nisbi, Frekuensi Mutlak, Frekuensi Nisbi, Dominansi Mutlak, Dominansi Nisbi, Nilai Penting, dan Summed Dominance ratio (SDR) untuk setiap jenis gulma yang di dapatkan.

3.4 Analisis Perhitungan
1.    Kerapatan adalah jumlah dari tiap – tiap spesies dalam tiap unit area.
Kerapatan Mutlak (KM)   =
Kerapatan Nisbi (KN)       =  
2.    Frekuensi ialah parameter yang menunjukkan perbandingan dari jumlah kenampakannya dengan kemungkinannya pada suatu petak contoh yang dibuat.
Frekuensi Mutlak (FM)     =
Frekuensi Nisbi (FN)        =
3.    Dominansi ialah parameter yang digunakan untuk menunjukkan luas suatu area yang ditumbuhi suatu spesies atau area yang berada dalam pengaruh komunitas suatu spesies.
Dominansi Mutlak (DM)  =
Dominansi Nisbi (DN)      =
Luas basal area =
Dimana d1 = diameter terpanjang suatu spesies
  d2 = diameter spesies yang tegak lurus dengan d1
4.    Menentukan Nilai Penting (Importance Value = IV)
    Importance Value (IV)                      = KN + FN + DN
5.    Menentukan Summed Dominance Ratio (SDR)
    Summed Dominance Ratio (SDR)= 



BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Analisis Vegetasi
No.
Spesies
D
Petak
Total
D1
D2
1
2
3
4
5
1.
Grinting
70
30
11
10
7
9
25
62
2.
Tanaman 1
9
7
20
7
8
8
2
45
3.
Krokot
11
7
0
2
1
1
5
9
4.
Tanaman 3
45
21
0
2
2
0
0
4
5.
Tanaman 4
32
15
0
6
0
0
0
6

Tabel Perhitungan Analisis Vegetasi
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan 5 pengambilan titik sampel dengan luas 1m x 1 m. Dari kelima titik sampel tersebut, didapatkan 5 jenis gulma yang dominan. Gulma yang paling dominan dari sebelas jenis gulma tersebut adalah Grintin dengan nilai SDR 49,39.  Berikut adalah urutan gulma yang dominan sampai yang tidak dominan, yaitu Tanaman 1 (19,36), Tanaman 3 (11,39), Krokot  (10,25), Tnaman 4 (9,65).
Dari semua plot yang kita amati, gulma grinting sangat mendominasi pada area tersebut. Karena pada setiap plot gulma grinting selalu ada dan jumlahnya banyak dibandingkan dengan spesies yang lain. Dari tabel perhitungan diatas dapat kita lihat bahwa gulma grinting yang mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan spesies yang lain. Antara lain : KN (39,2 %), FN (29,41 %), DN (79,55 %), IV (148,16 %), dan  SDR gulma grinting yaitu 49,39 %. Gulma grinting  mampu mendominasi karena perkembangbiakannya menggunakan umbi batang, sehingga mampu bertahan di dalam tanah selama berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat (Sutikno, 1990). Sedangkan yang paling sedikit adalah tanaman 4 yang hanya ditemukan pada plot 2. Dari tabel perhitungan diatas dapat kita lihat bahwa tanaman 4 yang mempunyai nilai yang rendah dibandingkan dengan spesies yang lain. Antara lain : KN (18,9 %), FN (5,88 %), DN (4,16 %), IV (28,94 %), dan  SDR gulma grinting yaitu 9,65 %.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data dan pembahasan di atas bahwasannya bisa di simpulkan gulma memiliki pertumbuhan hidup cepat serta penyebaran yang cukup luas dengan sendirinya. kompetisi dan kemampuan beradaptasi gulmapun sangat baik dalam lingkungan maupun cuaca tertentu. Contoh gulma di atas adalah grinting yang mana pertumbuhannya sangat cepat dan sangat mudah sekali dalam beradaptasi terhadap lingkungannya.


DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, P., Abdul S. J., Adam P., Ahmad S., Azmi M. and Abdul H. 2011.Seeding method and rate influence on weed suppression in aerobic rice. African Journal of Biotechnology Vol. 10(68), pp. 15259-15271
Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Jakarta.
Mas’ud, hidayati. 2009. Komposisi dan efisiensi pengendalian gulma pada pertanaman kedelai dengan penggunaan bokashi . Jurnal Agroland 16 (2) : 118 – 123.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. UnitPenerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Syakir, Muhammad et al. 2008. Pemanfaatan limbah sagu sebagai pengendalian gulma pada lada perdu. Jurnal Littri Vol. 14 No. 3 : 107 – 112.
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan.       PT Gramedia, Jakarta.



Lampiran
 



















 

0 comments:

Post a Comment