1.1 Latar
Belakang
Dalam
studi Dasar Perlindungan Tanaman terdapat suatu konsep segitiga interaksi
antara tanaman, lingkungan dan hama. Dari komponen tanaman terdapat dua jenis
tanaman yaitu, tanaman peka dan tanaman tahan. Kemudian, tanaman tahan terbagi
atas tanaman toleran, Antibiosis dan Antisinosis.
Salah
satu cara pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah pengendalian dengan
kualitas tahan, dimana maksudnya adalah menggunakan tanaman dengan varietas
tahan agar tidak merusak maupun mengganggu keseimbangan ekosistem.
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa
mengetahui dan memahami definisi tanaman dengan varietas tahan.
b. Mahasiswa
memahami mekanisme dan sifat-sifat tahan dari suatu tanaman.
c. Mahasiswa
mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan penggunaan varietas tahan.
d. Mahasiswa
memahami efektifitas pengendalian dengan memanfaatkan varietas tanaman tahan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definsi
varietas tahan
a. Varietas
tahan adalah sifat tanaman yang menderita kerusakan yang lebih
sedikit dibandingkan dengan tanaman lain
dalam keadaan tingkat populasi
hama yang sama dan keadaan lingkungan yang
sama. (Tuhfah,2011)
b. Varietas
tahan adalah suatu sifat genetic tanaman yang mampu menghasilkan
produk yang lebih banyak dan lebih baik
dibandingkan dengan varietas lain
pada tingkat populasi hama yang sama.
(Samsudin,2011)
c. Varietas
tahan adalah sifat tanaman yang memungkinkan tanaman itu
menghindar datau pulih kembali dari serangan
hama pada keadaan yang akan
mengakibatkan kerusakan pada varietas lain
yang tidak tahan. (Samsudin,2011)
2.2 Macam-macam
sifat ketahanan tanaman
Ketahanan
tanaman inang terhadap hama, dapat bersifat : (1) genetik, yaitu sifat
tahan yang diatur oleh sifat-sifat genetik yang dapat diwariskan, (2) morfologi,
yaitu sifat tahan yang disebabkan oleh sifat morfologi tanaman yang tidak
menguntungkan hama, dan (3) ekologi, yaitu ketahanan tanaman yang
disebabkan oleh pengaruh faktor lingkungan.
3.1. Ketahanan Genetik
Berdasarkan
susunan dan sifat-sifat gen, ketahanan genetik dapat dibedakan menjadi : (1) monogenik,
sifat tahan diatur oleh satu gen dominan atau resesif, (2) oligogenik,
sifat tahan diatur oleh beberapa gen yang saling menguatkan satu sama lain, (3)
polygenik, sifat tahan diatur oleh banyak gen yang saling menambah dan
masing-masing gen memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap biotipe hama
sehingga mengakibatkan timbulnya ketahanan yang luas. Ketahanan genetik juga
dapat dibedakan menjadi beberapa tipe : (1) ketahanan vertikal,
ketahanan hanya terhadap satu biotipe hama, dan biasanya bersifat sangat tahan
tetapi mudah patah oleh munculnya biotipe baru, (2) ketahanan horizontal
atau ketahanan umum, ketahanan terhadap banyak biotipe hama dengan derajat
ketahanan “agak tahan “, dan (3) ketahanan ganda, memiliki sifat tahan terhadap
beberapa jenis hama.
Tipe ketahanan vertikal
dikendalikan oleh gen tunggal (monogenik) atau oleh beberapa gen (oligogenik
) dan hanya efektif terhadap biotipe hama tertentu. Secara umum sifat ketahanan
vertikal mempunyai ciri-ciri : (1) biasanya diwariskan oleh gen tunggal atau
hanya sejumlah kecil gen, (2) relatif mudah diidentifikasi dan banyak dipakai
dalam program perbaikan ketahanan genetik, (3) biasanya dikaitkan dengan
hipotesis “gen for gen” dari flor, (4) menghasilkan ketahanan genetik
tingkat tinggi, tidak jarang mencapai imunitas, tetapi jika timbul biotipe baru
maka ketahanan ini akan mudah patah dan biasanya tanaman menjadi sangat rentan
terhadap biotipe tersebut, dan (5) biasanya menunda awal terjadinya epidemi,
tetapi apabila terjadi epidemi maka kerentanannya tidak akan berbeda dengan
kultivar yang rentan
Tipe
Ketahanan horizontal disebut juga ketahanan kuantitatif. Tanaman yang
memiliki ketahanan demikian masih menunjukan sedikit kepekaan terhadap hama
tetapi memiliki kemampuan untuk memperlambat laju perkembangan epidemi. Secara
teoritis, ketahanan horisontal efektif untuk semua biotipe suatu hama. Oleh
karena itu, umumnya sulit dipatahkan meskipun muncul biotipe baru dengan daya
serang yang lebih tinggi. Varietas dengan tipe ketahanan demikian dapat
diperoleh dengan cara mempersatukan beberapa gen ketahanan minor ke dalam suatu
varietas dengan karakter agronomik yang unggul melalui pemuliaan
konvensional maupun non-konvesional.
Ciri-ciri khusus ketahanan horizontal adalah : (1) biasanya memiliki tingkat
ketahanan yang lebih rendah dibandingkan dengan tipe ketahanan vertikal, dan jarang
didapat immunitas, (2) diwariskan secara poligenik dan dikendalikan oleh
beberapa atau banyak gen, (3) pengaruhnya terlihat dari penurunan laju
perkembangan epidemi.
Berdasarkan
gambaran di atas dapat disimpulkan, bahwa pemanfaatan varietas unggul dengan
tipe ketahanan horisontal akan efektif terutama bila pada daerah pertanaman
terdapat beberapa biotipe hama, karena varietas ini mempunyai beberapa gen
pengendali ketahanan (poligenik) sehingga akan mampu mengendalikan
serangan beberapa biotipe hama. Salah satu kerugian
pemanfaatan varietas unggul dengan ketahanan horizontal adalah karena sifat
ketahanan ini masih memungkinkan terjadinya infestasi oleh hama. Walaupun
tingkat infestasi tersebut tidak menimbulkan kerugian ekonomik, tetapi tingkat
penerimaan konsumen mungkin menjadi rendah. Misalnya, rendahnya permintaan
konsumen atas buah yang luka atau sedikit berlubang, juga hasil biji-bijian
yang berubah warnanya akibat serangan hama
3. 2. Ketahanan Morfologi
Bentuk fisik dan struktur jaringan tanaman
mempengaruhi penggunaannya sebagai inang oleh serangga. Dalam Tabel 1 dapat dilihat beberapa
faktor fisik tanaman yang menyebabkan ketahanan dan pengaruhnya terhadap
serangga
3. 3. Ketahanan Ekologi
Ketahanan ekologi atau ketahanan
kelihatan (apparent resistance) atau ketahanan palsu (pseudo
resistance) dikendalikan oleh keadaan lingkungan. Ketahanan ekologi ini
tidak diturunkan dan tergantung dari kekuatan tekanan dari lingkungan. Ada 3
bentuk ketahanan ekologi yaitu; a) pengelakan inang (escape),
misalnya fenologi tanaman dan fenologi serangga sangat jauh berbeda, b) ketahanan
dorongan, misalnya; ketahanan yang disebabkan adanya unsur hara N,P,K yang
sangat mempengaruhi populasi hama, contohnya adalah Aphis sangat peka
terhadap kandungan N pada tanaman dan mempunyai respon negatif terhadap
kandungan K, c) ketahanan karena luput dari serangan hama, hal ini
terjadi dikarenakan serangga hama menyerang tanaman inang secara acak, sehingga
ada beberapa tanaman luput dari serangan.
Tabel 1. Faktor-faktor ketahanan morfologi yang umum
ditemukan pada tanaman
Faktor-faktor
tanaman
|
Pengaruhnya
terhadap serangga
|
Ketebalan
dinding sel, peningkatan kekerasan jaringan
Pemulihan
jaringan-jaringan yang terluka
Kekokohan
dan sifat-sifat lain dari batang
Rambut-rambut
Akumulasi
lilin pada permukaan
Kandungan
silica
|
Gangguan
pada makan dan mekanisme peletakan telur
Serangga
mati setelah pelukaan awal
Gangguan
pada makan, mekanisme peletakan telur, dehidrasi telur
Pengaruh
pada makan, pencernaan, peletakan telur, daya gerak,
menempel, pengaruh racun dan pengacauan oleh alelokimia
kelenjar rambut, halangan sebagai tempat tinggal
Pengaruh
pada kolonisasi dan peletakan telur
Abrasi
kutikula, hambatan makan
Berbagai
pengaruh
|
(Samsudin,2011)
2.3 Mekanisme
ketahanan tanaman
Mekanisme
resistensi tanaman terhadap serangan hama dan penyakit ke dalam 3 bentuk,
yaitu:
a. Ketidaksukaan
(non preferences) atau juga disebut antixenotis, yaitu menolak kehadiran
serangga pada tanaman. Bentuk mekanisme resistensi non preferences dibagi
dalam dua kelompok, yaitu: antixenotis kimiawi, menolak kerana adanya
senyawa allelokimia, dan antixenotis fisik, menolak karena adanya
struktur atau morfologik tanaman.
b. Antibiotis
yaitu semua pengaruh fisiologis pada hama yang merugikan dan bersifat sementara
atau yang tetap, yang merupakan akibat dari hama yang memakan dan mencerna
jaringan atau cairan tanaman tertentu. Gejala-gejala akibat antibiotis
pada hama diantaranya, adalah: kematian larva atau pradewasa, pengurangan laju
pertumbuhan, peningkatan mortalitas pupa, ketidakberhasilan dewasa keluar dari
pupa, imago tidak normal dan fekunditas serta fertilitas rendah, masa hidup
serangga berkurang, terjadi malformasi morfologik, kegagalan mengumpulkan cadangan
makanan dan kegagalan hibernasi, perilaku gelisah dan abnormalitas lainnya.
Gejala-gejala abnormal tersebut terjadi diakibatkan
oleh beberapa hal, antara lain: adanya metabolit toksik pada jaringan tanaman
seperti alkaloid, glukosid dan quinon, tidak ada atau kurang tersedianya unsur
nutrisi utama bagi hama, ketidakseimbangan perbandingan unsur-unsur nutrisi
yang tersedia, adanya antimetabolit yang menghalangi ketersediaan beberapa
unsur nutrisi bagi hama, dan adanya enzim-enzim yang mampu menghalangi proses
pencernaan makanan dan pemanfaatan unsur nutrisi oleh serangga.
c. Toleran
merupakan respon tanaman terhadap hama, sehingga beberapa ahli tidak
memasukannya dalam ketahanan. Beberapa faktor yang mengakibatkan tanaman
toleran terhadap serangan hama, adalah:
kekuatan tanaman secara umum,
pertumbuhan kembali jaringan tanaman
yang rusak,
ketegaran batang dan ketahanan
terhadap rebah,
produksi cabang tambahan,
pemanfaatan lebih efisien oleh
serangga dan kompensasi lateral oleh tanaman tetangganya.
Ketahanan tanaman inang terhadap hama,
dapat bersifat :
(1) genetik,
yaitu sifat tahan yang diatur oleh sifat-sifat genetik yang dapat diwariskan,
(2) morfologi, yaitu sifat tahan
yang disebabkan oleh sifat morfologi tanaman yang tidak menguntungkan hama, dan
(3) ekologi, yaitu ketahanan
tanaman yang disebabkan oleh pengaruh faktor lingkungan.
(Sylvia,2011)
2.4
Kelebihan dan kekurangan penggunaan varietas tahan
Sebagai komponen PHT beberapa kelebihan
penggunaan varietas tahan hama adalah:
1. Penggunaan praktis dan secara
ekonomi menguntungkan
2. Sasaran pengendalian yang spesifik
3. Evektifitas pengendalian bersifat
komulatif dan persisten
4. Kompatibilitas dengan komponen PHT
lainnya
5. Dampak negative terhadap lingkungan
terbatas
Disamping
keuntungan-keuntungan tersebut diatas teknik pengendalian ini juga memiliki
beberapa keterbatasan atau permasalahan yang perlu kita ketahui antara lain:
1. Waktu dan biaya pengembangan yang
besar
2. Keterbatasan sumber ketahanan
3. Timbulnya biotipe hama
4. Sifat ketahanan yang berlawanan
(Tuhfah,2011)
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan (beserta fungsi)
Ø Alat
a.
Kotak preferensi :
sebagai tempat menyimpan tanaman dan imago hama bongkeng
Ø Bahan
a. Ubi jalar (warna ungu) : sebagai
tanaman inang
b. Imago hama bongkeng : sebagai
hama
|
3.2 Cara Kerja
|
↓
|
↓
|
↓
|
↓
|
↓
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Tabel Pengamatan (sebelum dan sesudah pengamatan)
No.
|
Bahan pengamatan
|
Jumlah hama sebelum pengamatan
|
Jumlah hama sesudah pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Ubi jalar
|
5
|
0
|
Ubi
tetap utuh seperti semula
|
4.2
Analisa Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan, ubi jalar yang di uji
coba merupakan tanaman dengan varietas tahan,sebab, pada ubi tersebut tampak
gejala-gejala serangan dari imago Cylas formicarius, dan tetap utuh seperti
semula, sedangakan imago Cylas formicarius jumlahnya berkurang,bahkan tidak ada
imago yang masih hidup setelah satu minggu.
Gejala serangan hama bongkeng terdapat lubang-lubang
kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau
menyengat. (Rahmat,1997)
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman ubi jalar yang
digunakan sebagai bahan praktikum merupakan tanaman dengan varietas
tahan,sebab,setelah melakukan percobaan selama satu minggu, tanaman tersebut
tetap utuh dan sehat, serta tidak tampak gejala-gejala serangan, dan juga
jumlah imago hama yang dimasukkan ke dalam kotak preferensi menjadi nol.
5.2
Saran
a. Sesekali praktikum langsung di alam,
sehingga paham bagaimanan cara
pengaplikasiannya pada keadaan yang
sebenarnya.
b. Pengembalian
laporan mohon jangan lama-lama, sehingga bila revisi tidak menumpuk dan cepat
diketahui kesalahan dalam pembuatan laporan agar pada laporan berikutnya tidak
terjadi kesalahan yang sama.
Daftar Pustaka
Ramadhani, Sylvia Rahmawati. 2011.
Pengendalian dengan Varietas Tahan.
Rukmana,
Rahmat, Ir. H.1997. UBI JALAR, Budi Daya Dan Pascapanen.
Kanisius
: Bandung
Samsudin,Ir. H. 2011. Varietas
tanaman tahan. http://www.pertaniansehat.or.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=75 Di akses 27 November 2011
Tuhfah,Riecha. 2011. Penggunaan
Varietas Tahan. http://riecha-aryani.blogspot.com/2011/02/penggunaan-varietas-tahan.html Di akses
27 November 2011
0 comments:
Post a Comment